Chapter 21

377 55 10
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

Park Joan mengusap keningnya yang terasa berkedut nyeri. Berbagai macam masalah seolah menimpa dirinya secara beruntun minggu ini. Masalah kinerja dan keuangan perusahaan yang terkadang membuatnya hampir jungkir balik. Belum lagi masalah internal keluarga kecilnya yang semakin runyam. Cukup kuat untuk menjadi alasannya untuk mengkonsumsi obat tidur untuk membantunya beristirahat dengan tenang, hampir setiap malam.

Belum lagi laporan dari kepala asisten rumah tangganya—Bibi Alice—yang tadi pagi melaporkan kalau salah satu anak buahnya yaitu Joo Man sama sekali tak bisa dihubungi dan menghilang tanpa meninggalkan kabar apapun sejak beberapa hari yang lalu. Joan mengumpat dalam hati. Ada saja hal yang membuatnya pusing. Kalau memang ada masalah dengan pekerjaannya selama ini. Seharusnya bisa mereka bicarakan baik-baik. Dan kalaupun dia mau berhenti dari tempatnya, bukan begitu caranya.

"Apa yang mengganggu pikiranmu, hm?"

Joan mengalihkan atensinya pada pria yang telah menjadi teman kencannya kurang lebih 1 minggu terakhir ini. Pertama kali bertemu di sebuah club ternama dan berakhir di atas ranjang tanpa sehelai benangpun. Joan tersenyum, kembali menindih tubuh kekar lawan jenisnya yang polos tanpa penghalang dan menghadiahkan ciuman singkat pada rahang tegas pria itu.

Tubuhnya juga sama polosnya. Sedikit mengkilap karena keringat akibat kegiatan panas yang baru saja selesai beberapa belas menit yang lalu. Bercinta memang dapat membuat mood nya menjadi lebih baik. Terlena dengan kenikmatan seksual yang begitu memabukkan. Setidaknya, dia dapat melepaskan apa yang tertahan di ujung kerongkongannya dengan segala umpatan dan kenikmatan walau hanya sesaat.

"Tidak penting. Hanya masalah kecil soal pekerjaan." ia mengusap kedua sisi rahang tegas pria itu, "Kau ini ... Agh! Nickhun, kau nakal seka ... Aaahh!"

Joan mendongakkan kepalanya, memekik nikmat saat pria itu tanpa aba-aba kembali menusuk vaginanya. Meremas kedua bokongnya dengan gemas dan menghentakkan penisnya dengan kecepatan konstan di bawah sana. Jari-jari besar Nickhun juga ikut bermain dengan menusuk lubang anal wanita itu mengikuti ritme permainannya.

"Aaahh! Aaahh! Aaahh! Nickhuuun! Engh!"

"C'mon. Aku tahu kau menyukainya, baby." bisik Nickhun dengan suara serak. Terus menghantamkan kejantanannya tanpa peduli jika mereka telah menghabiskan waktu hampir 1 jam bergumul di atas ranjang. Joan kembali meremas kedua bahu lebar Nickhun. Melampiaskan sensasi nikmat yang kembali timbul.

Tak tahan dengan posisinya yang berada di bawah, Nickhun langsung membalikkan posisinya menjadi man on the top. Desahan Joan semakin keras terdengar saat Nickhun kembali menggerakkan pinggulnya dengan kasar. Meletakkan kedua kaki jenjang wanita itu di kedua bahu lebarnya. Tak lupa juga memanjakan kedua buah dada wanita itu dengan remasan tangan kekarnya. Joan menggigit bibirnya, sesekali menghisap jarinya dan mengamati bagaimana penis besar milik Nickhun bergerak dengan cepat, keluar dan masuk dari dalam tubuhnya. Memenuhi dirinya.

"Oh, God! Aaahh! Aaahh! Nick! Yes! Yes! Harder! Aaaakh!"

Kembali melupakan segala beban yang memberatkan otaknya dan segala kesalahannya di masa lalu yang kembali berusaha bangkit dari neraka untuk mengkerangkeng kedua kakinya.

•••

"Selamat datang, Nyonya." Joan mengangguk, berjalan dengan anggun melewati beberapa orang pelayan yang memberikan salam padanya. Sebelum kembali pada tempatnya masing-masing. Tak ada lagi aktivitas di rumah ini. Dan kebetulan hari sudah larut malam. Joan mengulum senyum tipis saat mengingat permainan ranjangnya tadi bersama Nickhun.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang