Trust me, he's crazy!
•••
Wendy mengerjabkan matanya beberapa kali, menarik nafas dan membuangnya perlahan. Melihat pemandangan mewah di hadapannya sedikit membuat batinnya gugup bukan main. Untuk seorang gadis dari kalangan rakyat biasa seperti dirinya. Ini merupakan sebuah penghormatan yang sangat besar.
Bagaimana ia tidak bangga? Mendapatkan kepercayaan dari keluarga besar Park, dikenal sebagai salah satu dari keluarga besar terkaya di Korea serta menjalankan berbagai macam bisnis yang ada di dalam maupun di luar negeri bukanlah hal yang mudah baginya.
Wendy memang baru berusia 17 tahun. Tapi, jangan ragukan kemampuan otaknya. Ia dikenal cerdas di bangku sekolah. Berkat kerja keras dan otak cerdas yang Wendy miliki, ia berhasil memenangkan berbagai macam lomba akedemi antar murid, sekolah, maupun di tingkat nasional. Bersaing dengan ribuan murid berprestasi lainnya. Bahkan, tahun lalu ia berhasil menyabet gelar sebagai 10 siswa terbaik di Korea Selatan.
Mengesankan, bukan?
"Permisi, apa Nyonya Park ada di dalam?" ujar Wendy kepada seorang pria berseragam yang berjaga di pos penjagaan.
"Maaf, Nona siapa ya? Ada perlu apa datang kemari?" tanya petugas itu dengan tatapan menyelidik.
"Perkenalkan, namaku Son Wendy, Ahjussi. Aku sudah membuat janji dengan Nyonya Park untuk menemuinya hari ini." jelas Wendy.
"Son Wendy?"
"Iya, betul, Ahjussi."
Petugas itu mengangguk paham. Mendengar ucapannya, petugas itu mengisyaratkan Wendy untuk segera mengikuti langkahnya. Dia membuka pintu berukuran sedang yang terletak tepat dibelakang posnya dan menuntun Wendy untuk masuk ke area perumahan elit itu hingga sampai ke pintu utama.
Gila, halaman rumah ini luas sekali. Begitu pikir Wendy saat mulai menyusurinya. Kedua matanya begitu dimanjakan dengan segala keindahan yang ada. Belum lagi berbagai ornamen antik dan tanaman-tanaman hias nan cantik yang mengisi pekarangan rumahnya. Begitu sejuk dan enak dipandang.
Saat Wendy tengah asyik melalang buana di alam pikirannya sendiri, mengagumi keindahan taman yang tersaji didepan matanya. Tak terasa, mereka berdua telah sampai di depan pintu utama kediaman keluarga Park.
Bibir mungil Wendy sedikit terbuka saat melihat pintu utama rumah ini, 'Astaga, pintunya besar sekali. Uh, pasti itu sangat berat.'
Pria berumur itu lantas mengambil langkah pertama, membuka pintu besar itu dan masuk ke dalam. Sementara, Wendy dengan setia mengikutinya dari belakang. Tak banyak bicara. Lagipula, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang, bukan?
Kedua mata Wendy kembali dibuat terpukau dengan segala kemewahan yang tersaji didalam rumah ini. Lagi-lagi, ia hanya bisa mengelus dada saat ini. Berbagai ornamen bernilai seni tinggi banyak menghiasi berbagai sudut rumah. Ada patung, lukisan dan juga berbagai hal yang sulit untuk dijabarkan satu persatu. Dan Wendy sangat yakin, harga yang di keluarkan untuk 1 ornamen saja tidaklah sedikit. Mungkin 1 patung cupid berukuran sedang di sudut sana cukup untuk membiayai sekolahnya selama 1 tahun atau bahkan lebih.
Tak hanya itu, Wendy juga dibuat tercengang dengan sebuah lukisan berukuran besar yang menempel di dinding, tepat dihadapannya. Sebuah lukisan dengan nuansa gelap yang sekilas mengambarkan kesengsaraan bagi orang-orang yang pertama kali melihatnya.
Secara umum—seharusnya—seseorang pasti akan memperlihatkan kesan elegan yang membuat setiap mata iri atau kesan ceria yang menyegarkan mata. Tapi, ini malah sebaliknya, dingin dan menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanfictionWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020