Trust me, he's crazy!
•••
Ke kanan lalu berputar ke kiri. Sudah berbagai macam posisi tidur yang gadis itu coba malam ini. Namun, tak ada satupun yang berhasil membuatnya terlelap. Kedua pelupuk matanya masih ngotot terbuka lebar, tak mau bekerja sama dengan otaknya yang sudah lelah untuk terus bekerja.
Chanyeol, Chanyeol dan Chanyeol. Bayang-bayang pria bermarga Park itu tak mau lepas dari dalam otaknya. Wendy menggeram pelan, merutuk dirinya sendiri.
Bagaimana bisa ia memikirkan seorang namja yang bahkan tak memiliki hubungan spesial dengannya? Please, dia bahkan belum sampai seminggu mengenal Chanyeol.
Ah, tidak. Ralat.
Mungkin lebih tepatnya seperti ini.
Hari ini terhitung hari kelima ia mengenalnya. Garis bawahi sekali lagi, baru 5 hari! Kalau dipikir-pikir, pria itu masih tergolong sebagai orang asing dalam hidupnya. To be honest, terlalu asing untuk ia pikirkan. Wendy belum tahu seluk beluk kehidupannya, apa makanan kesukaannya, hobinya dan hal lain yang masih menjadi tanda tanya besar baginya.
Ya, tanda tanya besar yang sialnya membuat gadis bermarga Son itu tergelitik bukan main untuk mencari tahu seperti apa jawaban apa yang akan menantinya di ujung sana.
Bagi Wendy, Chanyeol itu mirip seperti aliran air yang ada di sungai. Kadang deras, kadang juga tenang. Tak pelak membuat Wendy terkadang kebingungan bagaimana cara menghadapinya perangainya yang bisa dibilang mudah berubah-ubah.
Gadis itu bangkit dari kasurnya, menguap lalu mengucek-ngucek matanya dengan tangan kirinya.
"Hoaam~" Wendy memalingkan wajahnya ke arah jam digital yang ia letakkan di atas nakas meja berukuran kecil. Tepat di sebelah kasur single bed yang ia tiduri. Angka yang tertera di atas sana adalah 11:36 p.m. Hampir tengah malam, ia terkena insomia dadakan dan besok ada ujian praktek kimia yang gurunya super duper killer. Lengkap sudah.
Berdecak kesal, wajah Wendy merengut tak suka ketika teringat bayang-bayang wajah garang dan kumis tebal dari guru yang paling ia benci di sekolah.
Wendy menghidupkan layar ponselnya. Kedua matanya yang awalnya tampak malas selang beberapa detik langsung menyala saat melihat lonceng pesan dengan nama pengirim Bibi Alice.
Bibi Alice
Nak, besok kamu tidak usah mengajar les dulu ya. Soalnya, keadaan Tuan Muda masih belum pulih. Dan butuh banyak istirahat. Mohon pengertiannya ya, Nak. Terima kasih.Kerutan perlahan tercipta di atas kening gadis itu saat kedua matanya menjajak pesan yang Bibi Alice kirim, "Lama amat sakitnya? Chanyeol Oppa sakit apa sih?"
Suara decakan timbul dari bibir mungilnya, mengetik pesan balasan yang isinya kurang lebih seperti ini.
Wendy
Baiklah, Bibi. Tolong sampaikan salamku ya, Bi. Semoga cepat sembuh.Dan send. Wendy tak tahu lagi apa yang bisa ia ketik selain kalimat di atas. Dia ingin sekali menjenguk Chanyeol di rumahnya. Tapi, entah bagaimana secara kebetulan Bibi Alice selalu mengirimkan pesan singkat yang kesannya seolah-olah menghalangi niatannya untung menjenguk pemuda itu.
Dari mana Wendy berpikir Bibi Alice menghalangi? Coba lihat salah satu kalimat yang tertera di atas sana. Kalimat yang mana? Mereka adalah tidak usah pergi les dan butuh banyak istirahat. Dua kalimat itu sangatlah kontras dan tegas mengatakan pada Wendy bahwa ia-tidak-boleh-mengganggu-Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanficWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020