Trust me, he's crazy!
•••
Wendy tak henti-hentinya menarik dan menghempaskan nafasnya kesal ke udara. Hatinya dongkol setengah mati saat ini. Bagaimana tidak? Ia tak habis pikir dengan jalan pria berandalan itu. Yang dengan santainya bersiul ria sembari berjalan beberapa meter di belakangnya sejak pulang sekolah tadi.
Tingkah aneh bin ajaib Park Chanyeol sudah cukup membuat isi kepalanya acak-acakan tak berdaya. Dan sekarang semakin diperparah dengan sikap aneh sejak tadi pagi Mark yang membuat gadis itu bingung bukan main.
"Bisakah kau berhenti mengikutiku, Oppa?" Wendy menyerah, ia menapak keras jalan trotoar yang ia pijak dan berbalik, melemparkan tatapan tajamnya pada Mark.
Sepertinya Wendy lupa kalau pria yang dia hadapi kali ini adalah pria bermental preman yang berhasil membuat siapapun segan atau bahkan takut saat berhadapan dengannya.
"Siapa yang mengikutimu? Aku enggak merasa tuh." Mark malah balik melempar pertanyaan pada gadis itu dengan nada masa bodoh. Yang tak pelak membuat Wendy kembali menahan geramannya setengah mati. Astaga, gadis itu baru tahu kalau pria datar seperti Mark juga bisa bersikap menyebalkan seperti ini.
"Oh, God. Why?" culas Wendy, memutar bola matanya jengah lalu memutar posisi tubuhnya, kembali melenggangkan kakinya di sepanjang trotoar dengan langkah selebar mungkin. Tapi, tetap saja, sekuat dan secepat apapun Wendy melangkah, pria itu dapat dengan mudah mengejar langkahnya. Tak sulit untuk mengejarnya. Ah, bahkan lebih buruk, tapak pria itu kini sudah sejajar dengannya.
Wendy yang menguncir rambutnya dengan gaya ekor kuda itu entah mengapa membuat pria itu gemas. Tanpa ada rasa sungkan sedikitpun, tangan besar pria itu menarik lembut rambut hitam Wendy yang bergoyang bebas di udara dan merendahkan kepalanya hingga sejajar dengan tubuh gadis itu.
"Kau ini lamban sekali." ejek Mark, tepat di telinga gadis itu.
Tubuh Wendy sempat menegang saat merasakan deru nafas Mark menyentuh daun telinganya serta permukaan lehernya. Apalagi saat gelanyar aneh mulai merambat dari leher ke seluruh tubuhnya. Wendy lantas mengambil langkah cepat, selangkah ke samping, menjauh dari tubuh tegap pria itu sambil mengusap permukaan lehernya.
"Ja-jangan macam-macam!" ucap Wendy, terbata-bata.
Mark mengendikkan bahunya, membalas tatapan tajam Wendy dengan wajah polos tanpa dosa, "Aku tidak melakukan apapun." katanya.
"Maju sekali lagi, aku akan teriak!" pekik Wendy saat Mark hendak melangkahkan kakinya.
Mark malah menyeringai, ia memasukkan salah satu tangannya di saku celananya, menatap remeh seakan ancaman pedas yang keluar dari bibir mungil gadis itu hanyalah bualan semata, "Teriak saja sesukamu, aku tidak takut. Lagipula, akukan sudah bilang kalau aku tidak mengikutimu."
"Ugh! Bohong!" Wendy berdecih tak suka, seperti yang sudah ia perkirakan sebelumnya. Pria itu tak mumpan dengan ancamannya.
Mark tertawa keras sembari memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawaannya, kedua matanya menyempit dan Mark tahu kalau tingkahnya ini akan membuat Wendy semakin berang. Pria itu sadar kalau tindakannya ini sama seperti menyiram minyak tanah di kobaran api. Dia minyaknya, Wendy adalah apinya.
"Kau menyebalkan!" pekik Wendy, wajahnya sukses merah padam, menahan amarah.
Bagi Mark, wajah masam Wendy jauh lebih menggemaskan daripada wajah sedih yang ia lihat waktu itu.
"Hahahaha! Baik, baiklah, aku menyerah." Mark memilih untuk menyudahi sesi tertawanya, menetralkan jalan nafasnya yang sempat tersendat dan menegakkan punggungnya, "Ternyata kau mudah sekali marah ya, Wendy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanfictionWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020