Trust me, he's crazy!
•••
Flashback on
"Sayang, kau mau kemana?"
"Bukan urusanmu, Tuan Park."
Pria berkepala empat itu hanya bisa menggeleng dan menghela nafas berat. Ia sudah tahu betul tabiat wanita yang telah sah menjadi istrinya selama 10 tahun terakhir. Dingin dan menusuk. Tak ada satupun sambutan ataupun pelukan hangat yang seharusnya seorang istri berikan pada suaminya. Bahkan, kehadiran seorang putra di antara merekapun masih belum mampu mencairkan suasana yang ada.
Grep!
"Joan, mau sampai kapan kau bersikap seperti ini?"
"Park Go Yong, bisa kau lepaskan tanganku."
"Joan, kita sudah lama menikah! Dan sekarang kau adalah istriku! Apa salahnya jika aku bertanya kemana istriku pergi!?"
"Sial, aku bilang lepas!" Joan menghempaskan tangannya kuat hingga cengkeraman pria itu lepas darinya. Dengan langkah tergesa-gesa kembali meninggalkan suaminya dan membanting pintu utama. Terdengar keras hingga membuat seseorang yang bersembunyi di balik tangga terkejut bukan main karenanya.
Go Yong, pria itu mengusap wajahnya kasar, "Ya Tuhan." gumamnya. Menatap pintu yang untuk kesekian kalinya menjadi korban akibat pertengkaran mereka.
Go Yong lantas menghempaskan tubuhnya di sofa sembari menutup erat pelupuk matanya dengan telapak tangannya. Dia marah, frustasi dan terkadang bingung. Apalagi yang harus ia perbuat untuk mempertahankan pernikahan mereka. Walau pernikahan yang mereka jalani adalah buah dari perjodohan orang tua mereka. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia sangat mencintai Joan lebih dari yang wanita itu tahu. Tapi, kenapa? Kenapa Joan tak mampu merasakan rasa cinta yang telah ia berikan untuk keluarga kecil mereka?
"Ayah."
Tubuh pria itu tersentak pelan, ia membuka pelupuk matanya, sedikit terkejut saat sang buah hati yang entah sejak kapan telah berdiri tepat di sampingnya. Sudah berapa lama dia berdiri disana? Apa dia melihat semuanya? Begitulah yang Go Yong pikirkan saat ini. Namun dengan cepat ia menepis semua pikiran negatif yang sempat memenuhi otaknya itu dan fokus kepada anak semata wayangnya. Beruntung, hari ini semua maid yang bekerja di rumah ini sedang menjalani cuti akhir tahun, kurang lebih 3 hari. Jadi, tak ada satupun dari mereka yang mendengar pertengkaran konyol yang hampir terjadi di setiap malamnya.
"Sayang, kemarilah." Go Yong tersenyum dan menarik tubuh pria kecil itu untuk duduk di sampingnya.
"Chanyeol, kenapa belum tidur, hm? Bukannya besok kamu sekolah?" tanya Go Yong sembari mengusap lembut puncak kepala buah hatinya yang kini sudah menginjak usia 10 tahun. Tumbuh menjadi bocah yang tampan dan juga cerdas. Dan lagi, wajah buah hatinya ini hampir 99% mirip dengannya. Hanya tone kulitnya saja yang turun dari ibunya.
"Ayah, Ibu pergi lagi ya?"
Go Yong kembali memaksa bibirnya untuk tersenyum, "Iya, sayang. Ibu bilang pada Ayah, Ibu ada urusan penting. Jadi, Ibu harus pergi."
"Tapi, kenapa setiap malam Ibu selalu saja pergi Ayah? Apakah urusan Ibu jauh lebih penting daripada kita?"
Go Yong menggeleng, menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, "Kau salah, Chanyeol. Ibu sangat menyayangi kita. Terutama kau." jawab Go Yong dengan nada ceria, mencubit kedua pipi anaknya yang sempat membuat Chanyeol mengaduh kesakitan.
"Ayah, pipiku sakit." Chanyeol merengut tak suka, mengusap pipinya yang menjadi korban keganasan dari cubitan sang ayah.
"Nah, sekarang Chanyeol tidur ya. Ini sudah malam. Besok Chanyeol kan harus sekolah. Okay?" Go Yong membopong tubuh putra semata wayangnya. Menepuk punggungnya pelan sembari melangkah santai menuju kamar buah hatinya yang terletak di lantai atas. Sementara itu, Chanyeol kecil melingkarkan kedua tangannya di leher kokoh sang ayah dan menaruh kepalanya tepat di atas bahu lebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
ФанфикWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020