Trust me, he's crazy!
•••
Sinar bulan yang masuk, menembus kaca jendela dan memberi sedikit pencahayaan pada sebuah kamar. Gadis itu merangkak ke atas ranjang dan menarik selimutnya hingga batas kaki.
Akhirnya, dia bisa bernafas lega setelah sebagian kekacauan yang terjadi beberapa waktu yang lalu sudah teratasi. Serpihan kaca dan kayu-kayu yang berserakan sudah ia bersihkan.
Sementara pria yang kini ikut berbaring di sebelahnya mengambil bagian untuk membersihkan bercak-bercak darah yang mengotori lantai, menambal jendela yang pecah dengan beberapa potong kayu, membersihkan dan menyimpan pisau yang ia gunakan untuk membantai Mark.
"O-Oppa?"
"Hm?"
"Ka-kau mau tidur dimana?"
Salah satu alis Chanyeol terangkat, "Apa? Tentu saja aku akan tidur di kasur."
"Di-di kasur?" Wendy gelagapan saat melihat Chanyeol sudah ada di sampingnya. Biasanya pria itu memilih untuk tidur di sofa panjang yang letaknya tidak jauh dari kasur ataupun menghabiskan malamnya dengan layar komputer sebelum keluar dari kamar dan tidak kembali lagi dalam waktu yang lama.
Tak langsung menjawab, Chanyeol menarik pinggang ramping Wendy dan menyandarkan kepalanya di bahu Wendy, menutup matanya dan bergumam, "Malam ini adalah malam terakhir kau tinggal bersamaku. Dan besok kau akan pergi. Tentu saja aku harus menikmatinya, bukan?"
"Ah, be-begitu ya." balas Wendy dengan nada terbata-bata. Dia gugup. Jika seorang pria dan wanita yang memiliki perasaan lalu berduaan dalam satu ranjang. Biasanya selalu saja ada hal aneh yang terjadi.
Chanyeol mengangkat wajahnya, "Apa ... Kau tidak suka jika aku tidur di sampingmu?"
Wendy tidak ingin menghancurkan mood Chanyeol yang sedang baik malam ini, dia mengangguk pelan tanpa membuat kontak mata dengannya, "A-aku suka kok."
Chanyeol tersenyum, ia mengapit dagu mungil Wendy dan menuntun gadis itu untuk menatap kedua matanya, "Jangan menghindar dariku. Aku hanya ingin kau menatap kedua mataku, Son Wendy."
Wendy menuruti permintaan Chanyeol, membalas kontak matanya, tatapan Chanyeol yang begitu lembut dan penuh cinta.
Terbuai dalam suasana, Chanyeol mendekatkan wajahnya pada gadis itu, memiringkan kepalanya dan mendaratkan kecupan manis di atas bibir mungil itu. Ciumannya begitu lembut, namun semakin intens hingga ciuman itu berubah menjadi lumatan kasar.
"Mmnnhh! Mnnhh!" Wendy memukul dada bidang Chanyeol saat ia merasakan oksigen yang ada di dalam paru-parunya mulai menipis.
Pria itu akhirnya melepaskan lumatannya, Wendy meletakkan tangannya di depan dada bidang pria itu, dadanya terengah-engah, ia mengangkat wajahnya dan mendapati kedua manik hitam itu tak lagi melembut. Tatapannya begitu dalam dan penuh dengan kabut.
Pria itu menidurkan tubuh ringkih Wendy di atas ranjang, ia menurunkan salah satu tali dress yang gadis itu kenakan, membiarkan bahu indah dan sebagian dada gadis itu terekspos, ia menunduk dan mengecup bahu itu.
"O-Oppa." kecupan demi kecupan yang pria itu lancarkan membuai tubuhnya seperti lilin yang telah meleleh. Wajahnya merah padam saat merasakan bibir kissable pria itu sedang berada di atas buah dada kanannya.
"Sangat indah." gumamnya dengan suara serak, ia menghisap kuat dada kanan Wendy dan memberikan beberapa buah kissmark di atasnya. Wendy mengerang tertahan, kedua matanya meredup, tubuhnya menggeliat seiring sentuhannya yang kian intens menggerayangi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanficWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020