Chapter 20

399 59 15
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

"Aagh! Aaakh!" Joo Man berusaha memberontak, melepaskan tali yang mencekik lehernya. Namun, semakin kuat ia berusaha. Cekikan itu malah semakin kuat. Bahkan, pria tua itu merasakan tali itu seperti ingin memutus habis lehernya.

Kedua matanya terbelalak. Perlawanannya kian melemah dan akhirnya berhenti. Joo Man tak mampu lagi mengeluarkan sepatah katapun saat tali itu berhasil menyayat tenggorokannya. Darah segar mengalir dari sana. Nafasnya kini tersendat-sendat. Kesadarannya berangsur-angsur hilang. Cahaya di matanya perlahan memudar dan akhirnya lenyap.

Brak!

Joo Man menghembuskan nafas terakhirnya. Pria yang tahun ini hampir menyentuh kepala 6 itu sudah terkapar tak berdaya di atas tanah dengan tali—yang ternyata adalah tali senar—melingkar di lehernya.

Srak! Srak!

Tanpa belas kasihan. Tubuh pria tua itu di tarik begitu saja seperti layaknya binatang hasil buruan ke belakang melewati semak-semak hingga sampai pada lapangan di dekat sebuah gudang kecil yang tak terawat dimana tukang kebun menyimpan peralatan mereka untuk merawat tanaman. Tanah di sini cukup lapang. Tak ada satupun rumput yang tumbuh di atasnya. Senyum iblis di bibir pria itu kian melebar. Ia segera melangkah ke dalam gudang itu dan mencari sebuah benda yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari.

"Maaf ya, Paman. Sepertinya aku sudah tak membutuhkan bantuanmu lagi." dia kembali dengan sebuah kapak di tangan kanannya dan sebuah koper besar di tangan kirinya. Tak lupa ia juga memakai sarung tangan agar tak meninggalkan sidik jari di atas sana.

Dia membuka lebar koper hitam itu, kemudian mengalihkan atensinya pada Joo Man, tepatnya pada bagian alat geraknya. Bagian yang paling mudah untuk di potong.

"Mungkin ini akan sedikit sakit. Cuma sebentar kok. Jadi, tahan saja ya."

Krak! Krak! Zraash!

Satu tangan telah putus. Dia beralih pada tangan yang satunya. Dengan sekuat tenaga mengayunkan kapaknya hingga membuat tulang-tulang pria tua itu retak tak berdaya. Dia memasukkan 2 bagian tubuh itu ke dalam koper. Hal yang sama juga ia lakukan pada kedua kakinya. Memotongnya menjadi bagian yang lebih kecil agar muat saat dimasukkan ke dalam koper.

Kini tersisa tubuh dan bagian kepalanya. Perlahan, dia melepaskan tali senar yang melingkar di lehernya. Sedikit tak percaya dengan kekuatannya sendiri saat melihat bekas luka menganga yang tertinggal di sekitar leher Joo Man. Dia bangkit dan mulai mengumpulkan energi yang ada.

Sekali lagi, dia mengangkat kapaknya tinggi-tinggi di udara.

"Paman tahukan? Aku paling tidak suka yang namanya pengkhianat."

Mengayunkannya dengan kekuatan penuh, menuju pada satu sasaran. Tepat di perpotongan lehernya. Dan dengan sekali ayunan saja, kepala itu telah terputus dari badannya.

Sorot matanya kian menggelap, tanpa rasa bersalah dia berujar santai, "Dan yang namanya pengkhianat itu harus mati."

•••

"Jauhi namja itu sejauh mungkin."

"Dia gila! Dia hampir saja mencongkel keluar mata temanku dengan sebuah bolpoin, Wendy!"

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang