With Park Charis

921 50 28
                                    

Apa mereka pikir mereka bisa mengalahkan aku? Setelah semua yang aku lakukan demi Wendy, aku akan membiarkan diriku kalah oleh cecunguk-cecenguk sialan itu? Cih, dasar bodoh! Kita lihat saja, akan aku buktikan siapa bosnya!

•••

Aku tak dapat menahan diriku untuk tidak tertawa keras. Memperhatikan kedua telapak tangan yang kini telah resmi menjadi tanganku.

"Ahahahahaha!" aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan untuk melampiaskan rasa bahagiaku sekarang. Tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan. Tidak ada lagi pengganggu di dalam hubunganku dengan gadisku tercinta. Mereka berdua sudah aku habisi. Mark juga sudah pergi menjauh dari kehidupan kami berdua. Pergi jauh dari kota Seoul tanpa meninggalkan apapun disini.

Aku terakhir kali melihatnya saat aku pergi ke acara kelulusan sekolah Wendy. Saat itu, aku belum sepenuhnya menguasai tubuh ini. Chanyeol masih memegang kendali atas tubuhnya. Chandra juga masih memberikan perlawanan. Kami bertemu dengannya dan dia hanya menatap sekilas lalu pergi meninggalkan kami. Seperti 2 orang asing yang tidak saling mengenal.

Apa pukulanku membuat otaknya sedikit bermasalah? Ahahahahahaha! Jika benar itu karena aku. Aku akan sangat berterimakasih dengan tenagaku yang kuat ini.

Aku terus berjalan, sesekali terkikik geli. Berjalan di tengah malam dengan pakaian serba hitam yang sekilas menyamarkan penampilanku. Aku tidak peduli dengan pandangan orang terhadapku. Mereka memandangku dengan tatapan bingung dan ngeri.

Mereka pasti berpikir aku ini gila, bukan? Apa aku gila? Dasar orang-orang bodoh! Apa mereka tidak bisa membedakan mana orang gila dan mana orang yang tengah bahagia?

"Aku datang, sayang." aku tersenyum miring. Ah, itu dia rumah kekasihku tercinta. Aku mendongak ke atas. Lampu kamarnya masih menyala, jendela kamarnya juga masih terbuka lebar. Sepertinya, dia masih belum tidur.

Aku memandang area di sekitarku. Perfect! Sekarang suasananya sedang sepi. Pasti tidak ada yang menyadari perbuatanku saat ini.

Aku menggapai pohon besar yang tumbuh menjulang di depan kamar Wendy. Memanjat dahannya dengan mudah dan masuk ke dalam melalui celah jendela yang terbuka lebar.

Tap!

Aku menapakkan kakiku, masuk ke kamarnya. Kamar kekasihku ini sangat lucu, bernuansa pink khas warna perempuan dan beberapa hiasan bertengger di permukaan dinding. Di atas kepala ranjangnya juga ada papan mading yang berhiaskan foto-foto dirinya. Mataku tertuju pada foto dia dan Chanyeol yang sedang berlibur. Aku berjalan ke arah foto itu dan mengusapnya perlahan. Dia sangat cantik.

Ah, tidak. Aku lupa. Chanyeol sudah tidak ada. Yang ada hanya aku sekarang. Ya, hanya aku.

Ceklek!

Aku berbalik, kedua mataku berbinar saat melihat bidadari cantik yang baru saja keluar dengan mantel mandi yang menyelimuti tubuh sempurnanya. Dia masih asyik menggesek-gesekkan handuk di rambutnya tanpa berniat untuk membuka matanya. Sepertinya, dia masih belum menyadari kehadiranku.

Dia mengangkat wajahnya, kedua matanya membola, hampir saja mau keluar dari tempatnya. Aku terkikik geli, mendatangi bidadari cantikku dan memeluk tubuhnya yang ... Hmmm~ sangat menggoda.

Pasti dia sangat senang melihatku. Lihat saja, tubuhnya sampai kaku begitu ketika aku peluk.

"Aku merindukanmu, sayang." aku mencium rambutnya, "Hm, strawberry? I love it."

"O-Oppa, apa yang kau lakukan di kamarku?" tubuhnya bergetar hebat.

Hm, sepertinya dia sangat kedinginan. Aku tidak mau dia kedinginan, jadi aku menuntun Wendy ke arah ranjang dan duduk di atasnya. Aku duduk di sebelah gadis itu dan mengangkat tubuh mungilnya untuk duduk di atas pangkuanku.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang