Chapter 8

437 73 4
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

Cuaca memang sedang memburuk. Sapuan angin yang terlampau lebih kuat dari hari biasa dan gumpalan awan yang mulai menghitam, membawa jutaan liter air hujan yang siap turun membasahi bumi. Sebentar lagi, badai hujan akan segera turun melanda kota Seoul. Namun, lain halnya dengan suasana hati gadis itu yang malah terbalik 180 derajat.

Hari ini, entah mengapa langkah kakinya terasa ringan. Seperti beban yang selama ini memberatkan pundaknya telah lenyap begitu saja. Tergantikan oleh luapan rasa yang mengalir hingga ke ujung saraf. Son Wendy, gadis itu tak dapat menyembunyikan raut kebahagiaannya saat mendapatkan pesan singkat dari Bibi Alice yang mengabarkan bahwa keadaan Chanyeol telah membaik dan pria itu siap menerima materi les yang Wendy persiapkan spesial untuknya.

Tak peduli dengan cuaca yang sempat menjadi penghalang bagi Wendy untuk pergi ke mansion Chanyeol. Apapun yang terjadi, Wendy tetap nekad pergi, menerjang badai yang menguasai langit hari ini.

"Hari ini Nona muda kelihatannya bahagia sekali." bahkan, Joo Man, pria tua yang menjabat sebagai kepala keamanan di mansion itupun sampai bisa menyadari gurat kegembiraan yang terpancar dari gadis itu.

Wendy tertawa pelan, mengusap salah satu lengannya yang sedikit basah akibat hujan, "Iya, Ahjussi."

"Apa itu semua karena Nona dapat bertemu dengan Tuan Muda?" ujar Joo Man dengan nada usil sembari menaik turunkan alisnya.

Wendy terkesiap, menggeleng pelan sembari menyembunyikan gejolak kebahagiaan yang sudah membumbung tinggi di dalam benaknya, "Ah, tidak. A-aku hanya senang saja bisa kembali menjalankan pekerjaan yang telah Ibu Joan tugaskan padaku, Ahjussi."

Joo Man hanya tertawa seraya mengiyakan ucapan Wendy. Joo Man juga maklum. Dia dulu juga pernah menghadapi manis pahitnya cinta. Di saat semangat anak muda masih panas membara, "Ah, baik-baiklah. Aku mengerti, Nona. Kalau begitu silahkan masuk. Tuan Muda sudah menunggu di dalam."

"Terima kasih, Ahjussi." Wendy membungkukkan tubuhnya, "Permisi."

Joo Man tersenyum lembut, kedua matanya tak lepas dari presentasi punggung mungil Wendy yang perlahan menjauh lalu menghilang di balik pintu kamar Chanyeol.

Pria tua itu sadar, sejak kedatangan gadis muda itu dirumah ini, semua hal yang dulu membuat suasana mansion seperti kuburan sedikit demi sedikit mulai berkurang. Menjadi lebih berwarna. Minus isi kepala Tuan Muda yang sulit untuk ditebak. Bahkan, oleh ibu kandungnya sendiri.

"Semoga ini adalah pertanda baik dari Tuhan untukmu, Tuan Muda."

•••

Wendy baru saja ingin mengetuk pintu kamar berukuran besar itu. Tangannya sudah terangkat ke udara, tinggal menggerakkannya saja ke arah pintu disaat yang bersamaan ada seseorang yang menyapa dirinya, tepat di belakang punggungnya.

"Loh, Wendy?"

Wendy berbalik, tersipu malu saat kedua matanya bersibobrok dengannya, menatap presentasi pria yang berdiri tegap, di hadapannya. Manik gelap itu. Ah, dia sangat merindukannya.

"Hai, Chanyeol Oppa. Bagaimana kabarmu?"

Chanyeol mengangguk, "Kabarku baik. Terima kasih sudah mau mengkhawatirkanku."

"Oppa, kau ini bicara apa sih? Baru beberapa hari les malah jatuh sakit. Bagaimana aku tidak khawatir?" balas Wendy, kedua mata beningnya memindai tubuh Chanyeol dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Mianhae."

"Hm, joahaeyo."

Awalnya biasa saja, namun tak kedua matanya membulat sempurna, perhatiannya kini jatuh pada salah satu tangan Chanyeol yang dilapisi perban putih. Sontak Wendy mendekat, menyambar dengan lembut tangan sang empu tanpa meminta persetujuan darinya. Tindakan yang sempat membuat Chanyeol terkejut di tempat ia berdiri.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang