Chapter 9

404 64 10
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

Beberapa pasang mata yang menjadi saksi hidup di mansion sunyi itu seolah masih tak percaya dengan apa yang mereka lihat hingga detik ini. Ekspresi bingung, terkejut, senang atau bahkan takut terlukis di setiap raut wajah pelayan-pelayan yang diam-diam memperhatikan sepasang muda-mudi yang tengah berjalan menuruni tangga.

"Biar aku antar pulang ya? Enggak baik kalau gadis cantik sepertimu pulang sendirian malam-malam begini." senyum jahil mengambang di bibir Chanyeol, mencolek-colek lengan mungil gadis yang berada tepat 1 langkah di depannya.

"Enggak, makasih. Aku udah biasa kok pulang sendirian. Lagipula, malah lebih bahaya lagi kalau gadis cantik sepertiku diantar sama namja mesum pembalap liar sepertimu." ujar Wendy dengan nada santai. Chanyeol tertawa mendengar ucapan Wendy yang kelewat jujur.

Tak seperti Wendy yang ia kenal saat pertama kali bertemu. Wendy yang pendiam dan lebih banyak menuruti permintaannya. Wendy yang ini jauh lebih ekspresif dan tak segan-segan menghujatnya habis-habisan. Pedas tapi bikin ketagihan. Hal yang sangat Chanyeol sukai.

"Ya, ampun, Wendy. Jadi, yeoja kok judes amat sih. Nanti enggak ada loh yang mau dating sama kamu."

"Oppa juga sama. Jadi, namja kok cerewet banget kayak congor bebek. Pantas sampai sekarang masih jomblo."

Chanyeol terkekeh pelan, "Tenang saja, bentar lagi aku enggak bakal jomblo kok."

Wendy menoleh, "Hah? Maksudnya?"

"Karena sebentar lagi bakal jadian sama kamu, cantik~"

"Dasar kepedean! Rasakan ini!"

"Aduh! Aduh! Sakit!"

Wendy melancarkan cubitan panas pada lengan Chanyeol yang sialnya membuat Wendy tersadar, kalau dibalik kaos lengan panjang yang biasa Chanyeol gunakan terdapat otot-otot yang mampu membuat kaum hawa manapun ingin menyentuhnya. Termasuk dirinya.

'Aduh, lengannya keras juga ya. Ya, Tuhan.' batinnya sembari menahan hawa panas yang mulai timbul di permukaan pipinya.

Melihat senyum sumringah dan tawa ceria yang begitu kontras dengan apa yang mereka amati dan rasakan selama bekerja di mansion keluarga besar Park. Mereka bahkan masih tak percaya jika gadis muda yang akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumah ini mampu menghidupkan kembali suasana mansion yang semulanya sepi bak area pemakaman. Hal yang tak pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya.

Bercengkerama, membahas hal-hal sepele, tertawa bersama atau bahkan melempar cibiran pedas dan pukulan pada lengan pria muda itu. Dan yang paling membuat mereka terkejut, pria itu tak pernah menampakkan wajah dingin, amarah ataupun membalas apa yang gadis itu perbuat padanya. Malah sebaliknya, pria itu tampak begitu senang. Hal yang tak mungkin orang lain lakukan pada Chanyeol. Bahkan, Nyonya Besar sekalipun tak berani bertingkah seperti itu pada Chanyeol, anaknya sendiri.

Satu anak tangga lagi, kini kaki mereka berdua telah menapak pada lantai dasar. Dan secara bersamaan, pintu utama di rumah itu kini terbuka lebar, menampilkan seorang wanita dewasa dengan penampilan yang kelewat mewah dan elegan, tapak high hells menggema, para pelayan yang tadinya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing kini mulai berbaris, memberikan penghormatan padanya. Tanpa diberitahupun, setiap orang di rumah ini pasti tahu siapa wanita itu.

"Selamat datang, Nyonya Joan."

Nyonya Joan tak berkata apa-apa, dia hanya mengangguk dan menarik kedua sudut bibirnya, kedua manik coklat yang tersembunyi di balik kacamata hitamnya bergulir, memindai seluruh ruangan yang ada dan atensinya kini beralih pada 2 orang yang tengah berdiam diri di dekat tangga.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang