Chapter 35

378 54 4
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

Wendy tak mampu lagi menahan bibirnya untuk tidak melengkung ke bawah. Perasaan bingung bercampur kesal dengan suasana hening yang tiba-tiba melanda atmosfer di sekitarnya. Dia tidak bisa bergerak bebas dengan rantai yang melingkar kuat di kakinya. Wendy hanya sibuk membolak-balikkan halaman novel yang tengah ia baca. Tapi, tetap saja. Hal itu tak mengurangi rasa bosan yang mendera gadis itu. Dia butuh teman bicara atau paling tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain duduk dan membaca buku. Bermain game misalnya.

"Oppa, apa aku boleh pinjam ponselmu?"

Sementara, di depan ranjang empuk yang ia tempati. Pria yang masih berstatus sebagai pacarnya itu tengah asyik sendiri dengan layar monitornya.

"Untuk apa?"

Kedua matanya berkedip dalam tempo cepat saat mendengar balasan Chanyeol yang terdengar sangat ketus. Berbeda jauh 180 derajat dari perangainya tadi. Beberapa belas menit lagi yang lalu. Dia memperlihatkan tatapan super mesum dan selalu mengincar kesempatan untuk menyentuh area pribadinya. Let's just say, he's trying to touch her breast.

Tapi, coba lihat sekarang. Dia begitu dingin dan bersikap acuh tak acuh padanya. Membuat Wendy merasa kehadirannya sama seperti butiran debu yang berterbangan di aspal jalan, tidak berarti apa-apa baginya.

"Aku bosan. Aku cuma mau main game kok, Oppa. Boleh ya?"

Dia berbalik, matanya menyempit, menatap gadis itu dengan tatapan penuh curiga, "Tidak boleh."

"Loh, kenapa?"

"Kau pikir aku bodoh, hah?"

"Bu-bukan begitu."

"Heh, aku rasa kau tidak hanya sekedar ingin bermain game, bukan?" ucapnya dengan nada sarkastik, "Bisa saja kau diam-diam ingin menghubungi seseorang, hm?"

Dia mematikan komputernya. Bangkit dan berbalik ke arah Wendy. Mendatangi gadis yang duduk manis di atas ranjangnya. Merangkak pelan mendekati gadis itu. Hingga jarak yang membentang di antara mereka tertinggal beberapa belas sentimeter.

"Apa dugaanku itu benar, Son Wendy?"

Wendy meneguk air ludahnya sendiri. Apa yang harus ia katakan padanya?

"Aku cuma mau main game. Sungguh." cicit Wendy.

Pria itu memainkan helai rambut gadis itu, dengan jarinya menggulung-gulung dan melepaskannya begitu saja. Dia menjauhkan wajahnya, tertawa pelan, "Astaga, kau lucu sekali, Wendy."

"Huh?"

Dia menekan ujung hidung gadis itu, senyuman kemenangan mengembang sempurna di bibir tipisnya, "Dasar baru dibentak sedikit saja sudah takut."

"Ti-tidak! Siapa bilang!?" Wendy bersidekap dada, dia tidak terima dibilang sebagai gadis penakut. Walau pada kenyataannya memang dia ketakutan melihat ekspresi dingin nan menusuk yang pria itu perlihatkan padanya.

"Aku selalu memperhatikanmu, Wendy. Setiap kali ketakutan, gadis menyebalkan, kau selalu saja bertingkah seperti anak-anak."

"A-apa maksudmu, Charis?"

Dahi pria itu reflek mengkerut, "Kau menyamakan aku dengan si mesum itu?" dia menepuk dahinya, tak percaya dengan apa yang dia dengar, "What the hell! Are you kidding me?"

"Ja-jadi siapa kau?" tubuh Wendy bergetar hebat. Dia yakin pria di hadapannya ini bukanlah Chanyeol yang dia kenal. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Apa dia Charis? Ah, tidak. Charis bukan tipe orang yang berperangai super dingin seperti dia.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang