Trust me, he's crazy!
•••
Rasanya kepalanya masih pening karena dihantam berbagai kenyataan pahit dari bibir kekasihnya. Wendy memang sudah tahu tentang penyakit psikologis yang Chanyeol derita. Wendy sudah sering melihatnya di film-film ataupun di cerita novel. Hanya saja, dia tidak mengira hal yang Chanyeol derita lebih buruk dari itu.
Chanyeol memang tidak menderita kepribadian ganda sebanyak 24 kepribadian seperti yang diderita oleh Billy Milligan. Pelaku pencurian, penculikan dan pemerkosaan pada 3 orang wanita yang menyebabkan ia harus menjalani hampir sebagian hidupnya di dalam karantina. Hanya saja, ada orang lain yang bersemayam di dalam tubuhnya. Memiliki sifat yang sangat berbahaya dan juga sangat licik.
Kalian ingat bukan bagaimana sadisnya dia membantai 3 orang preman kemarin?
Chanyeol berusaha untuk tidak mengulum senyuman bahagia saat melihat Wendy dengan perlahan mau memasukkan beberapa potongan buah ke dalam mulutnya. Walau ekspresi yang gadis itu perlihatkan dari tadi hanyalah ekspresi datar tanpa minat padanya. Bahkan, beberapa kali gadis itu sengaja menghindari kontak mata dengannya. Tapi, Chanyeol bersyukur, gadis itu akhirnya mau menuruti permintaannya untuk mengisi lambungnya yang kosong karena tidak makan seharian.
Gadis itu menyerahkan piring yang telah tandas kepada Chanyeol. Chanyeol lantas mengambil piring itu dan menyodorkan segelas susu segar padanya.
"Ini minumlah. Kau pasti haus."
Wendy hanya mengangguk dan meminumnya hingga habis. Chanyeol kembali tersenyum.
"Sebentar." Chanyeol menarik ponsel yang ia letakkan di saku celananya. Sebuah nomor yang tidak dikenal. Chanyeol bangkit dari ranjang, berjalan ke sudut ruangan dan menjawab panggilan itu.
"Ya, halo."
"..."
"Ya, benar. Saya sendiri. Ada apa ya?"
"..."
"Keperluan penyelidikan?"
Wendy memperhatikan dengan seksama percakapan yang terjadi di antara Chanyeol dan si penelepon. Kelihatannya sangat seriuas. Wajah Chanyeol bahkan langsung tegang setelah kata-kata itu terucap dari bibirnya. Keperluan penyelidikan? Apa itu dari pihak kepolisian?
"Baiklah, bisa-bisa. Selamat sore." dia langsung menutup panggilannya. Chanyeol mengusap kasar wajahnya.
"Ada apa?" Wendy tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Besok malam, pihak kepolisian memintaku untuk hadir dalam proses interogasi." jelas Chanyeol. Dia memilih untuk jujur dan mengatakan semuanya pada Wendy. Selain perbuatan kejinya di masa lalu. Tidak ada hal yang perlu disembunyikan lagi dari gadis itu.
"Oppa akan pergi kesana?"
"Ya, tentu saja."
"Apa sekarang, Oppa akan melepaskanku?"
"Aku tidak ingin membahasnya sekarang." Chanyeol menghela nafas, "Ah, Wendy, apa kau sudah bisa berjalan?" mengalihkan topik pembicaraan.
"Oppa, aku ini bukan orang lumpuh." gadis itu mengerucut bibirnya kesal. Chanyeol tertawa kecil melihat gadis itu jengkel padanya.
"Aku sudah ... Uhm~" Chanyeol tampak malu-malu melihat penampilan Wendy yang kelewat seksi, "Menyiapkan beberapa helai pakaian untukmu di kamar." Chanyeol membuka pintu yang membatasi ruang rahasia yang saat ini mereka tempati dengan kamar pribadinya.
Wendy hendak berdiri tetapi kedua kakinya masih terlalu lemah untuk digerakkan.
"Sini biar aku gendong." Chanyeol tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya dan menggendong gadis itu. Wendy sedikit terkejut spontan mengalungkan kedua tangannya pada leher kokoh milik Chanyeol. Dengan perlahan, membawa gadis itu keluar dari tempat itu.
Chanyeol meletakkan Wendy di bathup yang sudah ia isi dengan air hangat, "Bersihkan tubuhmu. Ah, pakaiannya aku taruh di atas sana." ujar Chanyeol sembari menunjuk sepasang pakaian yang ia letakkan di tepi wastafel.
Wendy menutup kedua matanya saat mendengar suara pintu yang kini telah tertutup rapat. Saat ini, pasti teman-teman dan juga ibunya sangat mengkhawatirkannya. Dia ingin sekali menangis tetapi air matanya kini sudah mengering.
Chanyeol tidak bisa lengah. Sementara Wendy menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi. Bisa saja Wendy tengah berpikir keras bagaimana caranya melarikan diri dari tempat ini. Cara terbaik yang bisa dia ambil saat ini adalah memasang rantai pada salah satu pergelangan kaki gadisnya yang dikaitkan pada besi ranjang guna membatasi ruang gerak gadis itu.
Sudah selesai. Rantai itu sudah terpasang kuat di tiang ranjang. Yang pastinya tidak mudah bagi gadis itu untuk melepaskan diri tanpa bantuan orang lain. Dan sekarang, dia tinggal memikirkan bagaimana caranya untuk memasang rantai itu pada kaki Wendy.
Dia tersenyum.
Kamar ini juga kedap suara dan sangat tersembunyi. Jadi, dia tidak perlu khawatir jika sewaktu-waktu seseorang datang berkunjung ke rumahnya. Cukup aman untuk saat ini.
•••
Chanyeol memainkan kakinya sembari menatap langit-langit kamar. Menghabiskan tiap detik, menunggu gadis itu untuk keluar dari aktivitasnya di dalam kamar mandi.
Ceklek!
Pintu kamar mandi telah terbuka. Gadis itu keluar dengan perlahan dari kamar mandi. Rambutnya tampak masih basah.
Chanyeol memutar kepalanya, menatap lekat Wendy dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sedikit lega karena baju yang ia pilih cukup pas di tubuh gadis itu. Ia menghampiri Wendy lalu mengeringkan rambut gadis itu dengan handuk kecil.
"Nah, sudah selesai." senyum di bibir Chanyeol mengembang. Ia menunduk, memberikan kecupan singkat pada dahi lebar gadis itu.
"Terimakasih." bisik Wendy, dengan rona merah yang samar-samar muncul di atas pipinya. Mereka sudah seperti pasutri muda yang menghabiskan waktu bersama.
Chanyeol menggandeng tangan Wendy. Menuntun Wendy untuk duduk di atas ranjangnya.
"Kau haus?"
Wendy mengangguk, "Sedikit."
"Ini minumlah." Chanyeol menyodorkan segelas teh dingin pada Wendy. Wendy menerima tawaran Chanyeol dan meminum air itu hingga habis. Tanpa sedikitpun menaruh curiga padanya.
Kedua mata Wendy mengerjab dalam tempo lambat. Kepalanya terasa berat, "Oppa, kepalaku pusing." lirih gadis itu.
"Apa? Kepalamu pusing?" Chanyeol memijit lembut bahu Wendy, "Tidak apa. Pusingnya pasti sebentar lagi akan hilang."
Chanyeol menggunakan kesempatan itu untuk memapah gadis itu. Membawa gadis itu kembali ke ruangan itu dan membaringkan tubuh ringkihnya di atas ranjang.
"Sekarang beristirahatlah." Chanyeol mengusap lembut puncak kepala gadis itu. Gadis itu mengerjabkan kedua matanya. Pandangannya meredup. Rasa kantuk yang melanda tubuhnya semakin terasa saat pria itu mulai menepuk lengannya dan menyanyikan sebuah lagu untuknya. Perlahan namun pasti membawa gadis itu untuk semakin tenggelam dalam tidurnya.
Dan rantai besi kini telah sukses melingkar di pergelangan kaki Wendy. Tidak bisa digambarkan bagaimana girangnya Charis saat Chanyeol berhasil menjalankan rencana jahatnya untuk membuat Wendy terperangkap di dalam rumah ini.
.
.
.
.
.To Be Continues
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
أدب الهواةWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020