Trust me, he's crazy!
•••
Bersembunyi di balik pepohonan yang rindang. Gadis bermarga Son itu hanya bisa melihat dari arah kejauhan. Acara pemakaman sederhana yang berlangsung sore ini. Berita kematiannya benar-benar membuat gempar masyarakat. Siapa yang tak kenal dengan Park Joan. Salah satu wanita kaya dan terpandang di Korea Selatan itu harus menghembuskan nafas dengan cara yang cukup tragis akibat overdosis obat tidur. Beberapa orang penting dan wajah-wajah lain yang Wendy kenal sebagai pelayan di keluarga Park hadir di sana.
Berpakaian serba hitam dengan seikat bunga mawar putih di genggaman tangan mereka. Meletakkan bunga itu di depan batu nisan dan mulai beranjak meninggalkan area pemakaman. Satu persatu menghilang hingga menyisakan seorang wanita yang telah renta dan seorang remaja laki-laki yang masih setia berdiri di depan sana.
Wendy kini keluar dari tempat persembunyiannya. Mendekati pemakaman itu dan meletakkan seikat bunga mawar putih di atas sana.
'Beristirahatlah dengan tenang, Ibu Joan.'
Ia kemudian bangkit, "Aku ... Aku turun berduka cita atas apa yang telah terjadi, Bibi Alice, Oppa." tutur Wendy.
Bibi Alice tersenyum lemah, "Terimakasih sudah menyempatkan untuk hadir disini, Nak."
Dari sudut mata Wendy, ia dapat melihat wajah Chanyeol yang terlampau kacau. Kedua matanya terdapat lingkar hitam yang cukup kentara. Dia tidak menangis. Namun, wajahnya tampak murung. Cahaya di kedua matanya juga menghilang. Tatapannya terlihat kosong. Dia sama sekali tak membalas ucapannya, hanya diam membisu seperti patung sembari meratap ke arah batu nisan.
"Tuan Muda, Bibi ..."
"Bibi Alice, tolong berhenti memanggilku Tuan Muda."
Bibi Alice tampak salah tingkah, menyadari kesalahan kecilnya kali ini, "Maaf, Nak. Tapi, ini sudah sore. Ayo, kita pulang."
Chanyeol menggeleng, "Tidak, Bibi. Aku masih ingin berada disini."
"Nak, Bibi mohon-"
"Tolong, Bi. Untuk kali ini, tinggalkan aku sendiri." Chanyeol memalingkan wajahnya dari Bibi Alice. Menolak permintaannya secara halus. Bibi Alice hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada. Dia tak bisa memaksa. Bibi Alice mengalihkan atensinya pada Wendy. Dengan gurat wajah penuh harap seolah berkata tolong-jaga-tuan-muda.
Wendy hanya tersenyum tipis lalu mengangguk, tanda mengerti. Bibi Alice lalu pergi, meninggalkan keduanya, Chanyeol dan Wendy di area pemakaman.
Swush!
Cahaya matahari kian meredup, sapuan angin yang berhembus mulai terasa dingin, menusuk kulit, bersamaan dengan suara gemerisik daun yang bergesekan dengan angin berjatuhan di atas permukaan tanah. Namun, dia masih disana. Diam berdiri tanpa berhasrat sedikitpun untuk mengadakan kontak mata ataupun sekedar mengucapkan sepatah kata.
Wendy semakin gusar. Disatu sisi. Dia ingin menghibur Chanyeol. Tetapi, disisi lain, dia juga bingung apa dan bagaimana cara untuk melakukannya. Wendy paham betul bagaimana rasanya jika ditinggal pergi oleh orang yang berarti baginya. Pastilah sangat menyakitkan. Ditambah hal lain yang baru ia ketahui beberapa waktu belakangan ini. Park Chanyeol, sekarang dia sebatang kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanfictionWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020