The New Chaos

787 61 29
                                    

Tidak ada lagi Charis.

Tidak ada lagi Chandra.

Yang ada hanyalah Park Chanyeol yang tidak pernah kau lihat sebelumnya.

•••

"Hai!"

Wendy tersenyum bangkit dari kursi yang ia tempati sembari membalas lambaian tangan dari kekasihnya.

"Aku merindukanmu, Oppa!" seru Wendy, menerjang tubuh tegap Chanyeol dengan pelukan erat.

Chanyeol tersenyum, membalas pelukan Wendy tak kalah erat sembari mengusap punggung mungil gadis itu. Sejak ia pulang sebulan yang lalu dari kewajibannya untuk negara sebagai pria untuk mengikuti wajib militer. Wendy menjadi sangat manja padanya.

Menghabiskan waktu berdua di sebuah caffe bukanlah hal yang buruk. Apalagi karena kesibukan masing-masing, mereka jadi jarang berbagi waktu untuk sekedar dating di akhir pekan. Wendy banyak menceritakan apa saja yang ia alami selama ia magang di perusahaan yang direkomendasikan oleh universitasnya. Sementara, Chanyeol hanya mendengarkan cerita Wendy dengan seksama sesekali tertawa.

"Maaf, ini minumannya." seorang pelayan pria datang dan membawa apa yang Wendy dan Chanyeol pesan. Pelayan itu tersenyum simpul dan meletakkan pesanan itu di atas meja.

"Terimakasih."

"Sama-sama, Nona."

Tetapi, Chanyeol sangat tidak menyukainya. Garis bawahi. Sangat-sangat tidak menyukainya. Chanyeol bisa melihat ada yang berbeda dari tatapan yang dia torehkan setiap kali beradu pandang dengan Wendy. Pelayan jelek ini, dia tertarik dengan kekasihnya.

"Oppa?"

"Ah, iya?" Chanyeol kembali bangun dari alam bawah sadarnya.

"Apa ada yang mau Oppa tambah lagi? Mau tambah gula?"

Chanyeol menggeleng, memasang senyum terbaik yang ia punya pada Wendy, "Tidak usah. Ini saja sudah cukup."

Wendy mengalihkan atensinya pada pelayan yang masih setia menunggu di meja mereka dan meminta tambahan menu khusus untuk dirinya sendiri. Wendy meletakkan kertas menu di atas mejanya, ia melihat notifikasi ponselnya berbunyi dan ia mendapatkan pesan singkat dari Seulgi yang meminta dirinya untuk segera menghubunginya.

"Oppa, aku telpon Seulgi sebentar ya?"

"No problem. Go ahead." jawab Chanyeol dengan nada santai. Ia menyesap kopi hangat yang tersaji di atas meja. Namun, pupil matanya berulir ke samping, ke arah meja kasir. Tatapan hangat yang selalu ia tunjukkan pada dunia luar seketika berubah menjadi tatapan dingin nan menusuk.

Pelayan itu masih ada disana dan sialnya dia sekarang berani mencuri-curi pandang ke arah Wendy. Jari-jarinya bergemeletuk. Hatinya kembali memanas. Apa pelayan bodoh itu tidak sadar jika wanita ini sudah memiliki seorang kekasih? Apa dia pikir eksistensinya hanya sekedar pajangan semata?

"Ah, iya. Nanti kita bicarakan lagi ya, Seulgi." Wendy menutup panggilannya. Memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menyantap kue manis tanpa memperhatikan perubahan ekspresi dari pria di hadapannya.

Chanyeol menyangga dagunya, menahan bibirnya untuk tidak menyeringai. Tenggelam di dalam imajinasinya sendiri. Chanyeol berandai-andai. Bagaimana jadinya jika pelayan mesum itu tidak memiliki bola mata? Ah, pasti akan sangat menyedihkan.

"Oppa, kenapa kau tersenyum seperti itu?"

Chanyeol menggeleng, ia tertawa renyah dan mengacak-acak rambut Wendy, "Itu rahasia."

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang