DAY 18

977 160 14
                                    

***

Jaemin membuka matanya perlahan ketika dia menyadari jika dia sudah masuk kedalam dunia mimpi. Di dalam mimpinya kini jaemin sudah berdiri di tengah lapangan sepak bola yang cukup besar. Jaemin tidak tahu dimana pastinya tapi ini terlihat didalam rumah, tapi jaemin tidak ingat kalau keluarganya memiliki rumah dengan lapangan sepak bola didalamnya.

"Hyung berikan bolanya padaku!... Hyung!", Jaemin bisa melihat mark kecil berlari sambil terus mengejar seorang anak laki-laki yang jaemin ketahui bernama woo jae.

"Berikan padaku juga hyung!... hyung!", Jaemin terkekeh pelan melihat jeno kecil sedang merengek meminta bola. Tapi kekehannya berubah karena melihat dirinya juga ikut merengek dibelakang jeno.

"Hyung Jaemin ingin bola!... berikan pada jaemin!", Jaemin kecil bahkan duduk di lapangan dan menendang-nendang kakinya untuk mereka. Sungguh itu sangat memalukan bagi jaemin.

"Aigoo... uri jaemini", Woo jae menghentikan kegiatannya menendang bola, mengambil bola tersebut lalu menghampiri jaemin dan jeno.

"Kenapa menangis hmm?... Bolanya tidak akan pergi, kalian bisa bermain sepuasnya... tapi kalian harus berbagi, mengerti?", Jeno dan jaemin mengangguk patuh. Jeno menerima bola dari woo jae lalu mulai menendang bolanya dengan mark yang mengekor dibelakangnya.

"Kenapa tidak ikut jaemin?", Tanya woo jae bingung karena jaemin masih setia duduk dan menatapnya penuh permohonan.

"Gendong... Jaemin mau dengan di gendong", Rengek jaemin sambil merentangkan tangannya. Woo Jae terkekeh pelan. Adiknya itu benar-benar manja.

"Baiklah... ayo naik", Jaemin tersenyum lebar ketika woo jae menggendongnya. Woo jae kembali ikut bermain bola dengan jaemin yang ada digendongannya.

-

"Jaemin dengarkan hyung... pergi dengan mark hyung ya?... jangan menangis", Jaemin tersentak ketika dia menyadari dia sudah ada ditempat yang berbeda. Tempat yang gelap dan menyeramkan. Jaemin terdiam mematung saat melihat krystal dan mark ada diluar pagar sementara dirinya dan woo jae masih ada didalam pagar.

"Tidak Mau... jaemin tidak mau pergi tanpa hyung... hikks... hiks...hiks...hiks...", Woo jae dengan cepat membekap mulut jaemin agar tidak ada yang mendengar.

"Woo jae-"

"Nuna pergilah dengan mark... aku akan mencari jalan keluar lain bersama jaemin", Krystal tanpak ragu, tapi kemudian suara langkah kaki menyadarkan mereka.

"Woo jae-"

"Lari nuna!... lari!", Dengan deraian air mata, krystal akhirnya menarik mark ikut bersamanya. Sementara woo jae dengan cepat menggendong jaemin dan ikut berlari kearah lain.

Jaemin terdiam mematung, pemandangan apa yang barusan dia lihat?, Woo jae bahkan berlari tanpa alas kaki. Bahkan meski pencahayaan begitu gelap, jaemin bisa melihat tetesan darah yang keluar dari kaki woo jae, apakah dia terluka?, bukan hanya kaki bahkan ada luka di dahinya dan juga tangannya.

Jaemin ingin mengejar woo jae namun saat hampir sampai ditikungan, woo jae menabrak sesuatu hingga dia terjatuh bersama dengan jaemin kecil.

"HYUNG!!!",

Jaemin terbangun. Kedua matanya melebar sempurna. Keringat dingin membasahi tubuhnya dan jaemin bisa merasakan sesak yang teramat sangat didadanya lagi.

"Akghhh... ah...ah... ", Jaemin meremat dadanya kuat-kuat. Meskipun dia meringkuk tapi tetap saja rasa sakitnya begitu kuat. Jaemin meraih ponselnya dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Jaemin ingin bicara tapi tenggorokannya terasa kering. Dia perlu air, jadi dengan memaksakan tubuhnya jaemin berusaha bangun dan pergi ke dapur.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang