Jeno-Herin

1K 157 18
                                    

Jeno terdiam ketika ayahnya tiba-tiba saja masuk kedalam kamarnya dengan wajah yang sulit untuk jeno artikan. Jeno ingin sekali bertanya tentang keadaan jaemin tapi dia mengurungkan niatnya. Dia tidak berani bicara pada orang tuanya.

"Bersiap-siaplah... Jaemin ingin bertemu denganmu", Kedua mata jeno membulat sempurna. Jaemin ingin bertemu dengannya?, apakah jaemin akan baik-baik saja jika bertemu dengannya?

"Tapi aku tidak berani bertemu dengan paman dan bibik", cicit jeno pelan.

"Baguslah jika kau masih punya rasa malu", jeno semakin menundukkan wajahnya mendengar ucapan menusuk dari ayahnya. "Tapi akan lebih memalukan lagi jika kau menolak untuk datang... Memohon ampun saja mungkin tidak akan cukup. Kau harus memperbaiki sikapmu dan jangan harap ayah akan mengijinkanmu bertemu dengan herin lagi. Besok Ponsel lamamu akan ayah buang dan Ayah akan memberikan ponsel baru padamu", Jeno hanya mengangguk pelan, tidak berniat untuk membantah.

"Ayah"

"Iya"

"Apa omma masih marah padaku?", tanya jeno ragu.

"Tentu saja.... Tapi orang tua mana yang bisa mendiami anaknya dalam jangka waktu lama?.... tidak ada Jung Jeno... jadi bersabarlah. Ibumu hanya perlu waktu", Donghae akhirnya mau mendekati jeno lagi setelah beberapa hari ini menjaga jarak dengannya.

"Jeno ya.... Ayah menyayangimu, ibumu juga... Mark juga menyayangimu. Tolong terbukalah dengan kami jika kau punya masalah... Jangan berpikir kami membedakan kasih sayang kami. Ibumu lebih mengkhawatirkan mark karena ibumu pernah hampir kehilangan dirinya dan bahkan mark sampai saat ini masih punya depresi. Meskipun depresinya ringan tidak separah jaemin, tapi itu cukup membuat kami khawatir. Jadi jangan berpikir itu berarti kami lebih menyayangi mark karena jika hal itu juga terjadi padamu, kami juga akan melakukan hal yang sama... kau mengerti?", Jeno mengangguk pelan.

"Maafkan aku ayah", sesal jeno. Donghae tersenyum kecil, membelai rambut putranya.

"Ayah akan menemanimu ke rumah sakit... bersiap-siaplah", donghae memberikan kecupan kecil untuk jeno sebelum keluar dari kamar jeno.

***

Johnny mengeram kesal, Gugatan Siwon untuk putrinya sudah masuk dan sekarang dia dalam posisi tidak diijinkan bergerak karena setelah mereka menyerang jaemin, Siwon menjaga kedua putranya dengan sangat ketat.

"Ayah", Herin memanggil ayahnya dengan ragu.

"Keluar!.. aku sedang tidak ingin diganggu!.. Kau benar-benar bodoh!, seharusnya kau tidak mengakui kesalahanmu", kesal johnny tanpa memandang sang putri.

"Jadi... Semua yang dikatakan Paman siwon adalah benar?, Ayah yang sudah menculik jaemin dan saudaranya dulu?", Tanya herin masih tak percaya.

"Iya... kenapa?, kau malu mempunyai ayah sepertiku?"

"Kenapa ayah bertindak sekejam itu?",

"Kejam?, lebih kejam aku atau kau yang membunuh 13 orang sekaligus tapi kabur mencari perlindungan?", Herin tertohok. Ayahnya benar-benar menyakiti hatinya dengan menghakimi dirinya seperti itu.

"Tidak usah munafik dan diam saja!... memaanfaatkan Jung Jeno saja kau tidak becus... Besok kau akan pergi ke Australia!, bersembunyi dan jangan kembali sampai aku mengurus masalahmu!"

"Tapi aku masih punya pekerjaan disini ayah!"

"Kau pikir mereka masih mau bekerja sama denganmu setelah tahu kau seorang pembunuh?... sudah kubilang jangan munafik!", Herin menggepalkan kedua tangannya kuat-kuat, dia benar-benar tidak menyangka akan melihat sisi ayahnya yang kejam dan lebih tidak berperasaan.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang