Suspect

834 139 32
                                    

***

Mark dan yang lainnya sudah selesai mengemasi barang-barang kedalam mobil bahkan mereka sudah siap untuk masuk kedalam mobil tapi jaemin dan hina masih berdiri dengan tenang.

"Jaemin ayo masuk", Ajak Mark.

"Kalian pulang saja hyung, aku dan hina akan pergi ke suatu tempat dulu", Mark dan krystal saling bertatapan lalu tersenyum kecil.

"Arraseo... Jangan pulang terlalu malam dan ingat jaemin, jangan duduk di jok belakang... duduk disamping supir", kata mark mengingatkan.

"Aku tahu hyung... ", Mark dan yang lainnya akhirnya masuk kedalam mobil lalu pergi meninggalkan jaemin, hina, jeno dan herin.

"Kalian mau kemana?", Tanya jeno berusaha bersikap tenang.

"Ada,.. hanya ke suatu tempat", jawab jaemin seadanya. Jaemin dan hina hanya tidak ingin jika sampai yeri tahu. Lagi pula ini masalah hina jadi menurut jaemin keluarganya tidak perlu tahu. Mengingat jaemin juga masih sakit, mereka pasti akan marah jika jaemin ikut campur dengan masalah hina.

"Ayo bicara sebentar", Ajak jeno.

"Sekarang?... Apa tidak bisa nanti?",

"Iya sekarang.. ini penting", Jeno menarik tangan jaemin dan menjauhi herin dan hina.

-

"Hya... ada apa denganmu?... ada hal penting apa?", Tanya jaemin sambil sesekali melirik kea rah hina dan herin yang berdiri dengan canggung.

"Kau baik-baik saja?... kau masih belum sembuh benar, bagaimana kau bisa bepergian hanya dengan hina saja?.. bagaimana jika terjadi-"

"Tidak akan... jangan takuti aku jeno... Jika aku takut dan mengurung diri lagi bukankah kalian juga khawatir... aku baik-baik saja", tegas jaemin memotong semua pertanyaan jeno.

"hanya itu saja?"

"Kau benar-benar tertarik pada hina?", Jeno sebenarnya tidak ingin menanyakan hal itu tapi hanya ini yang bisa jeno lakukan untuk mengulur waktu jaemin. Persidangan sudah mulai dan jika jeno harus bisa mengulurnya setidaknya hingga siding selesai.

"Iya... aku tertarik... waeyo?",

"Terlihat terlalu jelas... tidak bisakah kau menghargai herin sedikit saja sebagai tunanganmu?", Jaemin terdiam. Kedua alisnya tertaut, jaemin bingung. Kenapa jeno justru terlihat tidak senang dengan fakta bahwa jaemin menyukai hina. Bukankah itu berarti jeno memiliki kesempatan lebih besar untuk mendekati herin.

"Bukankah kau seharusnya senang?.... dan... herin dan aku sama-sama tidak memiliki perasaan apapun, jadi bukankah aku berhak menyukai hina?... Aku sudah berbicara dengan orang tuaku, aku akan membatalkan pertunangan kami sesuai dengan perjanjian kami-"

"Jung Jaemin!", Jaemin sedikit tersentak karena jeno tiba-tiba berteriak padanya.

"Kau... kau kenapa?", Tanya jaemin sedikit takut.

"Itu... maaf...aku.... Maafkan aku", Jeno mencengkram erat kedua tangan jaemin, dia sungguh menyesal membentak jaemin sementara dia sendiri tahu bagaimana kondisi jaemin.

"Jaemin-ah... aku tahu bahwa seharusnya aku bahagia... tapi.. herin sepertinya tidak akan membuka hatinya untukku", Lirih jeno.

"Kau ingin menyerah?... hya!... kau mencintainya kenapa menyerah begitu saja?... tidak...aku tidak mendukungmu... kau seharusnya memberi tahunya dan meminta kesempatan-"

"Dia mulai menyukaimu", ucap jeno telak hingga jaemin terdiam. Pikirannya tiba-tiba gelisah memikirkan semua ucapan jeno.

"Hah?... Itu tidak mungkin", Jaemin tertawa pahit. Ucapan jeno terdengar seperti omong kosong baginya. Sangat tidak mungkin herin menyukainya.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang