The Bond

1.2K 157 8
                                    

DAY 12

***

Mungkin selama 25 tahun Jaehyun hidup dan mungkin selama 18 tahun jaehyun tinggal di Panti Asuhan. Jaehyun tidak pernah berpikir untuk mencari tahu siapa sebenarnya keluarga kandungnya. Jaehyun selalu berpikir jika dia sudah dibuang lalu untuk apa mencari tahu?, tapi perasaan ingin tahunya muncul seiring seringnya Yoon ho meminta itu padanya bahkan jaemin juga sempat mengusulkan hal itu padanya.

Jaehyun menyentuh dadanya pelan, perasaan aneh yang muncul ketika krystal memegang tangannya atau bahkan saat tiffany yang tidak sengaja melewati tubuh transparannya. Ada hubungan apa sebenarnya jaehyun dengan keluarga jung?, Jaehyun tidak mungkin mengatakan hal ini kepada jaemin, dia tahu jaemin akhir-akhir ini memiliki masalahnya sendiri. Jaehyun tidak ingin menambah beban pikiran jaemin.

"Kau sendirian?", Jaehyun sontak menoleh dan mendapati chaeyeon sudah duduk disampingnya, namun tatapan matanya tertuju kedepan seolah dia sedang tidak bicara dengan jaehyun. Wajar saja jika chaeyeon berpura-pura tidak bicara dengannya karena sekarang mereka sedang duduk di lobi rumah sakit.

"Kau juga sendirian... Kau mengunjungi Lami?", Jaehyun tersenyum kecil, tatapannya kini memperhatikan pakaian chaeyeon yang terkesan nyentrik. Dia memakai pakaian dengan warna yang tidak cocok satu sama lain, belum lagi dia mewarnai rambutnya dengan gaya ombre berwarna putih dan biru.

"Iya, dia merengek agar aku menemuinya tapi dia malah menghilang", gerutu chaeyeon.

"Menghilang?... apa maksudmu?"

"Kau tidak tahu?... dia sudah sadar, aku juga baru mengetahuinya tadi",

"Jinja?", Chaeyeon otomatis mengangguk meskipun tidak menatap langsung kea rah jaehyun.

"Dia beruntung", gumam jaehyun. Jaehyun iri, tentu saja. Dia juga ingin secepatnya sadar dan sembuh untuk meringankan bebab adik-adiknya.

"Menurutku tidak", Kata chaeyeon santai.

"Waeyo?"

"Ketika kalian dalam wujud roh, kalian tidak perlu merasakan sakit tapi saat kalian kembali kedalam tubuh kalian, rasa sakit yang sangat menyiksa hanya akan membuat kalian berpikir untuk mati... kau tahu... terkadang memang manusia tidak puas dengan apa yang mereka dapatkan", Jaehyun mengangguk. Dia akui jika apa yang chaeyeon katakana adalah sebuah kebenaran. Manusia memang tidak pernah puas.

"Kau sudah bicara dengan lami?", Chaeyeon menautkan kedua alisnya tak mengerti.

"Apa maksudmu?...aku?... kenapa aku harus bicara dengannya?", Sekarang justru jaehyun yang tidak mengerti.

"Tentu saja untuk menyapanya, dia pasti senang bisa melihatmu", Chaeyeon sontak tertawa miris.

"Jung Jaehyun apa kau berpikir dia mengingatku?", dengan polosnya jaehyun mengangguk.

"Astaga kau polos sekali.... Ingatan ketika kau gentayangan sebagai roh tidak akan ada saat kau sadar jung jaehyun... Kau tidak akan ingat siapa yang kau temui atau apa yang kau ketahui saat gentayangan... bahkan kau belum tentu ingat apa yang terjadi sampai kau bisa terbaring koma", Jaehyun termenung, kenapa suho tidak memberi tahunya tentang hal itu?... itu berarti jaehyun akan melupakan jaemin ketika dia sadar nanti. Dia akan melupakan semua kebaikan yang jaemin lakukan untuknya.

"Wae?... ada seseorang yang tidak ingin kau lupakan?", Jaehyun mengangguk pelan.

"Sayang sekali", kata chaeyeon ikut sedih karena jaehyun benar-benar menunjukkan betapa dia tidak siap dengan hal itu.

"Jung Chaeyeon ssi"

"Hmm.. wae?",

"Mau membantuku?",

***

Jaemin keras kepala, keluarganya sangat mengingat hal itu. Karena itu bukan hal yang mengejutkan lagi ketika jaemin tetap bekerja meskipun orang tuanya sebenarnya sudah melarang. Jaemin juga membuang obatnya tanpa sepengetahuan siapapun, sungguh dia bosan minum obat meski baru 2 hari.

"Kau memang keras kepala", Jaemin menaikan bahunya acuh lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa di ruangan kerja mark. Jaemin malas bersosialisasi dengan Residen lainnya karena dimata mereka jaemin hanyalah anak manja yang memanfaatkan kekuasaan. Jadi setiap kali istirahat dia akan masuk keruangan mark atau pergi ke rooftop saat mark tidak ada.

"Ku dengar hyung pergi ke daegu dengan kakek kemarin", Mark menahan nafasnya sebentar, Krystal sudah memberi tahu mark jika jaemin sudah mengetahui sesuatu. Meskipun krystal tidak memberi tahu mark dari mana jaemin mengetahuinya.

"Iya... Kakek rindu kampung halamannya", Jawab mark se adanya.

"Tidak biasanya", komentar jaemin dengan cebikan.

"Waeyo?... apa sekarang kau marah karena kakek tidak menjengukmu?... bukankah kau yang meminta kebebasan-"

"Iya tapi bukan berarti kakek sampai tidak menelfonku kan?", Jaemin kembali mencebik lalu memutar tubuhnya untuk memunggungi mark. Mark terkekeh pelan, adiknya itu benar-benar menggemaskan. Dia sudah terbiasa dimanja jadi pasti jaemin merasa ada yang kurang saat kakeknya mencoba mengurangi kasih sayangnya, padahal jaemin sendiri yang meminta.

"Baiklah, aku akan meminta kakek menelfonmu nanti",

"Terserah", gerutu jaemin sambil mencoba memejamkan matanya.

"Jaemin-ah"

"Hmm"

"Hyung akan tinggal di daegu selama 2 minggu ke depan",

"Mwo?", Jaemin langsung terduduk dan menatap kakaknya itu dengan tajam.

"Kenapa tinggal di daegu?, ada urusan apa?, mulai kapan hyung tinggal disana?, dengan siapa hyung tinggal disana?, dimana-"

"Jung Jaemin", Mark melembutkan suaranya dan tersenyum kecil. Adiknya itu bertanya bertubi-tubi seolah dia lupa bagaimana caranya bernafas.

"Mwo?... Cepat katakan kenapa hyung tinggal disana?", Tuntut jaemin tak sabaran.

"Ayah memintaku mengambil alih perjalanan dinasnya... aku tinggal dirumah kakek yang dulu... aku pergi sendiri dan aku akan berangkat besok pagi",

"Hol... dan hyung baru memberi tahuku?", kesal jaemin

"Ayah baru memberi tahuku tadi malam", Jaemin mendengus pelan. Jaemin mungkin tampak dewasa tapi jika sudah dengan kakak-kakaknya dia berubah menjadi manja dan kekanakan.

"Ya sudah... aku akan sering menganggumu hyung", Mark terkekeh pelan.

"Arraseo...arraseo... kau bisa melakukannya", jaemin kembali membaringkan tubuhnya lalu menutup kedua matanya. Jaemin sangat menyayangi mark, bukan hanya karena mark sangat mengerti dirinya tapi jaemin mendapatkan kasih sayang seorang kakak laki-laki dari mark. Entah kenapa jaemin selalu ingin mendapatkan kasih sayang dari seorang kakak laki-laki.

***

Sudah menjadi rutinitas bagi hina Selama hampir 12 hari jaehyun dirawat dirumah sakit. Hina harus membersihkan tubuh jaehyun sebelum dia pergi bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan itu artinya hina harus berangkat ke tempat kerjanya. Hari ini hina mendapatkan shift malam lagi karena jungwoo bekerja shift siang.

"Gong Hina", Jaemin berlari kecil untuk menghampiri hina yang sudah berhenti melangkah.

"Anyeonghaseyo oppa", Sapa hina sesopan mungkin.

"Kau akan pergi bekerja?", Tanya jaemin dengan nafas sedikit terengah.

"Ne"

"Mau ku antar?", tawar jaemin penuh harap. Jaemin hanya sedang bosan karena mark sedang rapat sementara jaehyun sejak kemarin tidak terlihat sama sekali.

"Tapi-"

"Hina!", Jaemin dan hina kompak menoleh dan mendapati seseorang dengan tubuh tinggi menghampiri mereka.

"Ah mianhae oppa... sepertinya tidak perlu, sudah ada Lucas oppa", Jaemin mengangguk pelan sambil memperhatikan lucas yang melangkah semakin dekat. Dia ingat kalau lucas ini yang jaehyun katakana mencintai hina.

"Tidak apa-apa... pergilah.. aku akan kembali bekerja saja kalau begitu", Jaemin tersenyum lalu pergi tepat sebelum lucas sampai dihadapannya.

"Bukankah dia dokter yang menangani jaehyun hyung?", Tanya lucas setelah sampai dihadapan hina.

"Ne... Namanya jung jaemin, dia sangat baik", Lucas hanya mengangguk pelan lalu menarik hina untuk pergi bersamanya.

-

"Jungwoo hyung bilang beberapa hari ini kau sibuk, apa kau memiliki pekerjaan lain lagi?", Lucas sebenarnya tidak tega jika harus membiarkan hina bekerja terlalu keras tapi lucas tidak bisa berbuat banyak. Orang tua lucas membatasi penggunaan uangnya sebagai akibat dari kemauan lucas membiayai perawatan jaehyun.

"Aku bekerja sebagai pelayan diapartemen jaemin oppa... hanya membersihkan dan membuatkan makanan", Lucas terdiam, sepertinya perkiraan lucas tentang jaemin benar. Mungkinkah jaemin tertarik pada hina?, lucas tiba-tiba tidak senang dengan pemikiran itu.

"Bagaimana bisa?",

"Oppa ingat krystal onni?... krystal onni itu kakak sepupu jaemin oppa jadi oppa dan keluarganya sangat baik padaku karena menganggap aku menolong krystal onni", Lucas menganggukan kepalanya beberapa kali. Sedikit tidaknya dia mengerti dan rasa cemburunya sedikit berkurang.

"Hina-ya",

"Ne Oppa",

"Itu.... Aku akan kembali ke Hongkong 2 hari lagi", Sorot mata hina perlahan memudar mendengar ucapan Lucas. Jika Lucas kembali itu berarti hina harus siap dengan kemungkinan untuk merelakan jaehyun.

"Aku sudah berusaha semampuku untuk membujuk orang tuaku tapi mereka tetap tidak mau... Aku sungguh menyesal", Lucas berharap hina akan mengatakan sesuatu tapi hina justru memalingkan tatapannya tetap diam.

"Aku sudah membayar perawatan jaehyun hyung 3 hari kedepan... aku selalu berdoa agar jaehyun hyung segera sadar... sungguh aku menyesal tidak bisa membantu lebih banyak... hina-"

"Oppa melakukan lebih banyak dari pada aku... oppa yang berjuang sementara aku tidak melakukan apapun untuk memperjuangkan hidup jaehyun oppa", Hina tersenyum getir, air matanya tiba-tiba menetes.

"Hina... kau juga bekerja keras-"

"Terima kasih oppa... sungguh seharusnya aku yang minta maaf dan menyesal karena telah merepotkanmu... Ucapkan juga terima kasihku pada orang tuamu oppa"

"Hina",

"Tidak apa-apa oppa... Oppa sudah melakukan banyak hal untuk kami. Itu sudah lebih dari cukup, Sisanya biar aku dan Jungwoo oppa yang memikirkannya"

"Tapi Jaehyun Hyung?", Hina tidak bisa menjawab. Dia bahkan tidak yakin bisa mempertahankan jaehyun, tapi bukan berarti hina akan menyerah. Dia akan berusaha mencari bantuan untuk membiayai perawatan jaehyun.

***

DAY 13

***

Pagi ini jaemin terpaksa meninggalkan hina sendirian di apartemennya karena jaemin harus melihat kepergian mark ke daegu. Sebenarnya jaemin tidak perlu mengantar tapi memang pada dasarnya jaemin ingin memastikan kakaknya itu berangkat dalam keadaan yang baik.

Meskipun jaemin meninggalkannya sendirian bukan berarti hina bisa bermalas-malasan, dia tetap memasak, membersihkan apartemen jaemin dan juga mencuci pakaian kotor jaemin.

Jaehyun hanya terdiam memperhatikan setiap gerak-gerik hina, ingin sekali jaehyun membantu saat beberapa kali hina menyeka keringatnya atau bahkan helaan nafas kelelahan keluar dari mulutnya. Seharusnya jaehyun yang bekerja banting tulang untuk adik-adiknya tapi sudah 13 hari jaehyun terjebak sebagai roh gentayangan, rasanya jaehyun ingin cepat mati saja untuk meringankan beban mereka.

Jaehyun sudah memutuskan untuk tidak meninggalkan surat wasiat apapun, jaehyun tidak ingin berhutang lebih banyak pada jaemin. Jaemin memberikan pekerjaan untuk adiknya rasanya sudah lebih dari cukup. Jaehyun juga tidak ingin hubungannya dengan jaemin menjadi terlalu dekat, entah kenapa jaehyun takut. Jaehyun takut ada hubungan lain yang dia miliki dengan keluarga jung, jadi lebih baik jaehyun menjauh sebelum terlambat. Lebih baik jaehyun tidak tahu apapun meskipun ada 2 kemungkinan. Hubungan baik atau hubungan buruk.

***

Mark telah sampai di daegu saat jam menunjukkan pukul 10.25. Mark memarkirkan mobilnya di garasi rumah sang kakek yang letaknya lebih dekat dengan perbukitan desa daegu.

"Selamat datang tuan mark", Seorang laki-laki paruh baya menyapa mark. Dia adalah pelayan setia kakeknya di daegu. Laki-laki itu membantu mark membawa kopernya masuk ke dalam rumah.

"Tidak ada yang berubah", Mark menghentikan langkahnya setelah masuk kedalam rumah dan tatapannya mulai meneliti setiap detail dekorasi Rumah masa kecilnya itu. Ini adalah pertama kalinya setelah 18 tahun, Tidak ada yang mau datang kerumah ini setelah tragedy mengerikan itu. Sejujurnya mark masih belum siap, tapi mark memutuskan untuk menemukan kebenaran tentang kematian woo jae dan mark harus memulainya dengan mencari ingatan masa kecilnya dirumah ini.

"Saya akan membuatkan anda kopi tuan",

"Tidak pak kim... tidak perlu", Mark dengan cepat melarang sebelum Laki-laki tua bernama Kim Yesung itu pergi ke dapur.

"Aku hanya akan beristirahat sebentar di kamar, aku akan pergi jam 1 siang... Pak kim hanya perlu menyiapkan makan malam untukku",

"Iya tuan", Pak kim undur diri dari hadapan mark, membiarkan tuan mudanya itu kembali bernostalgia dengan kenangannya dirumah itu.

#Flashback on

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang