Brother

1.1K 164 12
                                    

***

Jaemin pulang ke apartemennya ketika jam menunjukkan pukul 10 malam. Seharusnya jaemin pulang jam 9 malam tapi karena jaemin terlambat jadi jaemin bekerja satu jam lebih lama dari jam seharusnya.

Jaemin membuang jaketnya sembarangan, merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu menutup matanya sebentar.

"Kau tumbuh dengan baik Jaemin-ah", Dokter Lee tersenyum kecil tapi ada kegugupan yang jaemin tangkap dari tatapan matanya.

"Apa kau datang kesini sudah sepengetahuan orang tuamu?", dengan polos jaemin hanya menggeleng.

"Kau mulai mengingat sesuatu?", Jaemin mengangguk pelan. "Apa yang sakit saat kau mengingat sesuatu?"

"Kepalaku dan dadaku", jawab jaemin sejujurnya.

"Kau datang kesini dengan mobil?"

"Ya... aku naik mobil...apa itu penting?", jaemin tidak mengerti kenapa dokter lee justru bertanya tentang hal itu.

"Kau yang mengendarainya atau kau duduk dikursi penumpang?"

"Aku mengendarainya", Jaemin tidak mengerti tapi dia memilih menjawab apapun yang ik joon tanyakan.

"Pernah sakit kepala saat duduk dikursi penumpang?", dengan ragu jaemin mengangguk, tentu dia masih ingat saat dia mengerang kesakitan ketika perjalan pulang dari rumah sakit.

"hmmmm.... Sepertinya aku tidak bisa memberi tahumu tanpa orang tuamu", jaemin menautkan alisnya tak suka.

"Kenapa tidak bisa?... saya sudah berusia 23 tahun... saya berhak tahu kondisi saya?... bukankah saya kecelakaan?",

"Apa orang tuamu tidak pernah memberi tahumu kejadian 18 tahun yang lalu?",

"Ne... Karena itu saya datang kemari... saya hanya ingin tahu tapi kenapa semua orang menyembunyikannya?", Tanya jaemin sedikit tidak terima jika dokter lee juga tidak memberi tahunya.

"Jaemin-ah"

"Tolong beri tahu saya", pinta jaemin. Dokter lee menghembuskan nafas pelan, dia khawatir jaemin tidak siap mendengarnya.

"Berjanjilah padaku, kau akan memberi tahuku jika ada sesuatu yang sakit lagi", jaemin dengan cepat mengangguk. Dokter lee meraih gagang telfon disampingnya lalu menghubungi seseorang.

"Catatan medismu akan sampai besok, kemana aku harus mengantarnya?",

"Rumah sakit Haneul, saya bekerja disana", Ik Joon sedikit terkejut. Ternyata jaemin benar-benar menjadi seorang dokter.

"Kalau begitu kau pasti mengerti dengan catatan medis yang aku kirimkan"

"ijinkan saya bertanya satu hal lagi", pinta jaemin.

"ya... kau boleh bertanya",

"Apa....Apa anda tahu kecelakaan seperti apa yang aku alami?... dan... siapa itu Jung Woo Jae?", Ik Joon menghela nafas pelan. Jaemin sudah besar, mungkin memang sudah saatnya jaemin tahu apa yang terjadi dulu, meskipun kemungkinan besarnya adalah trauma masa kecil jaemin akan kembali.

"Kau diculik bersama dengan 3 saudaramu... dan kau mengalami kecelakaan bersama dengan para penculik itu", Jaemin menahan nafasnya mendengarkan penjelasan Ik Joon.

"Lalu...Jung Woo Jae?", Jaemin menatap ik joon penuh harap. Sungguh dia berharap ik joon memberi tahunya dengan jujur. Jaemin tidak suka dihantui rasa penasaran.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang