The Bond (2)

1.2K 160 12
                                    

***
Suho hanya tersenyum simpul menanggapi pertanyaan jaehyun. Suho bukannya tidak ingin memberi tahu, ini hanya belum saatnya memberi tahu dan juga jaehyun tidak pernah bertanya apa yang akan terjadi padanya jika dia siuman.

“Jadi kau takut jika kau melupakan kebaikan jaemin?”, Jaehyun mengangguk polos. Jika tahu seperti itu jadinya jaehyun tidak akan meminta bantuan jaemin.
Suho melipat kedua tangannya didada lalu menatap jaehyun penuh selidik.

“Aku masih tidak mengerti, bukankah kau berpikir untuk mati?, lalu kenapa kau mengkhawatirkan itu?”, Jaehyun seperti tersadar dari lamunannya setelah mendengar pertanyaan suho. Suho benar, kenapa dia harus khawatir tentang hal itu jika dia sendiri berpikir untuk mati saja.

“Aku…aku hanya-“

“Sejauh apa sebenarnya hubunganmu dengan jaemin?... ani… maksudku, kalian baru mengenal beberapa hari tapi seperti memiliki ikatan kuat… kau tahu sejak pertama kali aku ditugaskan untuk menjadi malaikat penolong, aku sudah tahu jika anak itu bisa melihat hantu. Sudah ada beberapa roh yang mecoba meminta bantuannya, tapi dia tidak peduli. Dia tetap pada pendiriannya. Tapi kau bisa meluluhkannya dan bahkan dia yang menawarkan bantuan lain padamu… aku rasa kalian mungkin punya hubungan dimasa lalu… ani… mungkin dikehidupan sebelumnya?”, Suho dan jaehyun sama-sama berpikir. Jaehyun pikir mungkin lebih masuk akal jika hubungan itu ada dikehidupan sebelumnya.

***

Ketika membuka matanya, hal yang pertama kali hina lihat adalah langit-langit kamar tamu di apartemen jaemin. Hina sudah pernah tertidur disana jadi dia tahu jika hari ini pun dia juga tertidur dan sudah pasti jaemin yang memindahkan dirinya ke kamar tamu.

“Oppa?”, Hina memanggil jaemin ragu. Dia sudah mandi dan bersiap ke rumah sakit tapi tentu saja setelah berterima kasih pada jaemin.

“Kau sudah bangun?”, Hina sedikit terperanjat. Dia pikir jaemin mungkin ada di ruang tamu tapi ternyata jaemin sedang memasak di dapur.

“Bia raku saja yang memasak oppa, oppa duduk saja”, hina bergegas menghampiri jaemin dan mengambil apron. Dia bekerja untuk jaemin tapi sekarang dia membiarkan bosnya itu memasak sendirian.

“Ania…ania..ania…. sekarang duduk… aku sudah hampir selesai jadi duduk saja dan kita akan makan siang bersama”, hina spontan terdiam karena jaemin mengomelinya.

“Duduk”, titah jaemin dan hina hanya bisa menurut meskipun sebenarnya dia tidak enak.

“Kau pasti belum makan apapun… mungkin sejak tadi malam?”, Haruskah hina jujur?, tapi dia tidak ingin jaemin khawatir ataupun marah padanya karena sebenarnya dia memang belum makan sejak kemarin sore.

“Aku..aku sudah makan”, jawab hina ragu.

“Jangan berbohong, aku tahu kau belum makan sama sekali… kau tahu… selama kau tidur, cacing diperutmu meraung-raung minta makan”

“Ne?”, Jaemin spontan tertawa puas karena hina kini sedang menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus malu.

“Maafkan aku oppa”, hina menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya. Hina benar-benar malu jika itu yang terjadi. Jaemin sudah dua kali mengangkat tubuhnya dan sekarang perutnya yang kelaparan juga didengar oleh jaemin.

“Aku hanya bercanda… hahaha… angkat kepalamu hina”, dengan perlahan hina mengangkat wajahnya dan menatap jaemin takut.

“Aku hanya ingin mengajakmu bercanda… aku tahu bagaimana wajahmu tersenyum tapi aku sama sekali belum pernah melihatmu tertawa”, Jaemin melepaskan apron dari tubuhnya lalu meletakan menu masakannya di atas meja makan.

“Ayo makan”, Ajak jaemin tapi hina hanya menatap makanannya dan tak kunjung mengambil piringnya.

“Waeyo?... kau takut makananku tak enak?”, selidik jaemin

“Ne?... aniyo…bukan begitu oppa”, elak hina gelagapan, dia takut jaemin akan marah. Jaemin tersenyum kecil, lalu mengambil piring hina dan mengambilkan sesendok nasi dan juga meletakan kimchi di atas nasi hina.

“Terima kasih oppa”, hina menatap mangkuk nasinya sendu. Hina bukannya tidak nafsu makan, hanya saja hina rindu makan di meja makan seperti ini bersama dengan jaehyun, jungwoo dan yeri.

“Hina”, panggil jaemin sekali lagi.

“Ne oppa”, hina segera tersadar dan mulai makan. Hina akan sangat tidak tahu diri jika dia tidak mau makan masakan yang sudah jaemin buat dengan susah payah.

“Kita sudah saling mengenal hampir 2 minggu, tapi kita benar-benar masih canggung”, kata jaemin disela-sela kegiatan makannya.

“Ceoseonghamnida”, hanya kata itu yang hina pikirkan dan jaemin justru terkekeh pelan.

“Kenapa kau yang minta maaf?,… kau lucu sekali”, jaemin menggelengkan kepalanya lalu kembali melahap makanannya.

“Hina-ya”, panggil jaemin lagi.

“Ne Oppa”

“Kau tidak merasa lelah?... bekerja di dua tempat?”, Jaemin pikir dia mungkin terlalu gegabah dengan meminta hina bekerja untuknya sementara hina masih bekerja di tempat lain. Melihat hin tertidur dengan wajah kelelahan membuat jaemin sadar wajar jika jaehyun tidak ingin jaemin mempekerjakan hina.

“Tidak oppa… aku baik-baik saja, lagi pula pekerjaan di minimarket tidak terlalu banyak”,

“Kenapa kau tidak meminta shift siang saja disana?, bagi seorang gadis sepertimu, terlalu berbahaya terus mengambil shift malam”,

“Gwaenchana oppa… lagi pula aku harus menyesuaikan dengan shift jungwoo oppa”, Jaemin mengaduk nasinya sebentar.

“Bagaimana jika kau berhenti saja di minimarket?... aku akan membayarmu disini 2 kali lipat?”, tawar jaemin.

“Aniyo oppa… Aku baik-baik saja sungguh… oppa tidak perlu mengkhawatirkan aku”, tolak hina. Jaemin mengangguk beberapa kali sebelum meletakan sendoknya dan mengambil segelas air untuk hina.

“Minumlah… aku akan mandi, kita kerumah sakit bersama”

“Tapi oppa belum selesai makan”, jaemin bahkan belum menghabiskan setengah nasinya tapi dia sudah memilih selesai. Apakah jaemin marah padanya?

“Aku sedang tidak benar-benar lapar…jangan khawatir, aku tidak marah padamu…itu keputusanmu”, Jaemin mengacak pelan rambut hina dengan senyuman kecil di wajahnya. Hina hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu dari jaemin. Jaemin masuk kedalam kamarnya dan tanpa sepengetahuan hina, jaemin menghembuskan nafasnya sedikit kasar. Dia tidak tahu jika tindakannya itu justru membuat dirinya malu dan juga berdebar. Ada apa sebenarnya dengan jantungnya akhir-akhir ini?

***

“Hyung!”, Jaemin memekik kesal setelah akhirnya jaehyun menunjukkan dirinya dihadapan jaemin.

“Hyung kau pergi kemana saja?, kenapa baru muncul sekarang?... hyung punya masalah lain?, kenapa tidak memberi tahuku?”, Tanya jaemin bertubi-tubi. Jaehyun tersenyum canggung, dia merasa bersalah sudah membiarkan jaemin khawatir padanya.

“Aku hanya pergi dengan suho hyung dan juga chaeyeon”, jaemin menautkan alisnya bingung.

“Chaeyeon?.... Gadis aneh yang itu?... Kenapa hyung bertemu dengannya?... atau dia yang mendekati hyung?, dia kelihatan sekali tertarik denganmu hyung”, Jaemin sedikit bergidik memikirkan betapa anehnya chaeyeon.

“Kau tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya jaemin-ah… hyung yang bicara dengannya… kau ingat gadis kecil di lobi itu?... dia sudah siuman”,

“Jinja?... wuah…. Dia beruntung”, Gumam jaemin sebelum dia tersadar jika jaehyun pasti iri.

“Ah mianhae hyung… aku yakin hyung juga pasti akan siuman”, hibur jaemin.

“Semoga saja, tapi waktuku tidak banyak”, Jaemin ingat jika besok sudah 2 minggu jaehyun terbaring koma dan juga laki-laki yang akan membiayai perawatan jaehyun akan pergi.

“Hyung tenang saja… aku akan bicara dengan kake-“

“Tidak jaemin… Aku tidak ingin berhutang banyak padamu… hanya bantu aku membuat surat wasiat”, Jaemin ingin protes tapi tatapan mata memohon dari jaehyun cukup membuat jaemin mengurungkan niatnya.

“maaf karena malam itu tidak jadi hyung,… malam itu aku sedang banyak pikiran”, Sesal jaemin setelah dia ingat jika beberapa hari lalu dia sudah berencana membantu jaehyun tapi ucapan pamannya membuat jaemin banyak pikiran.

“Tidak apa-apa, kau juga sakit besoknya”, Jaemin hanya manaikan bahunya malas.

“Hyung tahu, keluargaku menyembunyikan sesuatu dariku… dan rasanya tersiksa ketika hanya aku yang tidak tahu… Paman bilang aku dulu pernah kecelakaan, tapi anehnya aku tidak ingat sama sekali”, Jaehyun tahu bagaimana frustasinya jaemin. Sama seperti dirinya yang tidak ingat apa yang terjadi sebelum dia ditemukan oleh bibi jung.

“Jaemin-ah”

“Ne Hyung”

“Bolehkah aku meminta satu bantuan lagi darimu?”

“Tentu saja hyung… aku siap membantu apapun itu”, semangat jaemin. Entah kenapa jaemin seperti mendapatkan kebahagiaan jika dia membantu jaehyun.

“Sebelum aku pergi, aku ingin pergi ke panti asuhan….aku ingin melihat bibi jung untuk terakhir kalinya”

“Hyung ingin ke Busan?”, Jaehyun mengangguk ragu.

“Jika kau tidak bisa mengantarku besok, tidak apa-apa… aku tidak memaksa-“

“Aku bisa, Aku bisa menukar liburku dengan teman residen yang lain”, Jaemin tidak mungkin membiarkan jaehyun sedih karena tidak bisa melihat bibi jungnya.

“Terima Kasih banyak jaemin-ah…. Aku akan mengingat semua kebaikanmu”,

“eiyyy… kebaikan apanya hyung?... hyung lupa jika aku berkali-kali mengacuhkanmu?”, Jaehyun dan jaemin terkekeh mengingat bagaimana jaemin sebelumnya mengacuhkan jaehyun dan bahkan jaehyun harus mengikuti jaemin untuk meluluhkan jaemin.

***

Mark menarik nafas dalam-dalam ketika dia sudah sampai ditempat tujuannya. Tempat dimana tragedy itu terjadi. Mark butuh waktu lebih banyak hanya untuk turun dari mobil dan berjalan menyusuri jembatan dimana Mobil penculik yang membawa jaemin dan woo jae  jatuh dan meledak.

“Hyung”, Mark turun dari atas mobilnya, dengan langkah perlahan dan sesak didadanya, mark berjalan menyusuri jembatan itu. Meskipun mark tidak tahu bagaimana detail kecelakaan itu tapi mark masih ingat saat datang ke jembatan itu bersama dengan orang tuanya setelah mendengar woo jae meninggal.

Pembatas jembatan itu rusak parah dengan garis polisi yang melintang sepanjang pembatas jembatan yang terputus. Asap hitam pekat menyembul dari bawah jembatan dimana mobil penculik itu meledak. Mark masih ingat bagaimana Kakeknya menangis sambil terduduk disamping pembatas jembatan, orang tua mark juga menangis, yoon ho yang menenangkan kakeknya dan krystal yang menangis dipelukan ibunya. Sementara Hanya siwon yang satu-satunya ikut turun bersama polisi dan tim medis, berharap mereka bisa menemukan jasad woo jae atau paling tidak woo jae masih selamat.

“Jogiyo?”, Mark sedikit terperanjat ketika ada seseorang yang memanggilnya. Mark dengan cepat menghapus air matanya yang entah sejak kapan mulai membasahi wajahnya.

“Aku tahu mungkin hidupmu berat tapi tolong jangan menambah pekerjaanku dengan melompat disini”, Mark menautkan alisnya tak mengerti. Wanita yang tadi memanggil mark itu mengeluarkan tanda pengenalnya dan menunjukkannya pada mark.

“Kang Mina, Detektif”,

“Bisa kau mengurungkan niatmu karena pekerjaanku masih banyak”, Mark terkekeh pelan. Dia baru mengerti jika Mina Pasti mengira dia ingin bunuh diri.

“Ceoseonghamnida… Aku hanya sedang melihat-lihat bukan ingin bunuh diri. Aku masih waras untuk berpikir bunuh diri, pekerjaanku juga masih sangat banyak di seoul”, Mark mengeluarkan Kartu namanya dan memberikannya pada mark.

“Mark Jung, CEO Rumah Sakit Haneul”,
Mina memutar matanya lalu memasukan kartu namanya ke dalam saku.

“Ok Tuan Jung… Maaf karena salah paham… tapi anda harus tahu jika berdiri disini sedikit berbahaya”, kata mina memperingati.

“Ah ne… gamsahamnida.. maaf membuatmu salah paham”, mark membungkuk memberi hormat.

“Ah… dan tolong jangan memarkir mobilmu disana”, Mina menunjuk mobil mark yang parkir dengan hampir menghabiskan setengah jalan.

“Ceoseonghamnida”, sesal mark. Mina mengangguk pelan sebelum berbalik dan hendak pergi.

“Jogiyo”, Mina berhenti melangkah dan kembali berbalik karena mark menghentikannya.

“Ceoseonghamnida, tapi apakah anda bekerja di kepolisian Daegu?”,

“Majayo… kenapa?”, Mark tersenyum, sepertinya tuhan sedang membantunya.

“Sebenarnya aku datang ke daegu untuk menyelidiki kasus kematian Kakak Sepupuku”, Mina menautkan kedua alisnya lalu membenahi posisinya yang awalnya belum menghadap mark dengan sempurna.

“Lalu?”

“Mungkin anda juga tidak tahu karena kasusnya sudah 18 tahun yang lalu… penculikan dan kecelakaan mobil yang terjadi disini, tepat dijembatan ini”, Mina membenahi posisi jaketnya.

“Jika anda benar-benar ingin menyelidikinya, anda harus mengajukan permohonan penyelidikan kembali… aku tidak bisa membantu begitu saja, itu illegal… dan sebaiknya anda cepat karena masa kadaluarsanya tinggal 2 tahun lagi”, jelas mina.

“Benarkah?... boleh aku meminta kartu nama anda?”, Mina mengambil kartu namanya di dalam saku lalu memberikannya pada mark.

“Aku akan menghubungi anda secepatnya… dan… jika anda tidak keberatan, bisakah anda mencari berkas kasusnya?.... Korban penculikan Jung Woo Jae dan Jung Jaemin…. Kakak sepupuku, Jung Woo Jae adalah korban meninggalnya”, Mina menatap mark ragu

“Akan aku coba… tapi jangan berharap banyak”,

“Ghamsahamnida”, Mark membungkuk berkali-kali meskipun mina sama sekali tidak melihat. Mina buru-buru masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan mark sendirian.

***

Suho sedang menyedot lattenya di sebuah restaurant sambil sesekali memperhatihan salah satu roh yang ada dalam pengawasannya.

TAK!

“Akgghhh… Hy-“, Suho baru saja akan berteriak kesal kepada orang yang memukul kepalanya tapi dia mengurungkan niatnya setelah melihat orang itu adalah Taeyeon, Seniornya.

“Kau benar-benar berkeliaran seperti manusia”, dengan santainya taeyeon menarik minuman suho dan menyedotnya hingga habis. Suho hanya bisa melonggo padahal ingin sekali dia protes.

“Aiss sunbae kenapa kau tidak membelinya sendiri”, kesal suho sambil melipat kedua tangannya didada.

“Aku tidak punya uang”, Jawab Taeyeon Santai.

“Bagaimana roh-roh dibawah pengawasanmu?”, Tanya taeyeon sambil memperhatikan salah satu roh yang sedang duduk sendirian dipojok restaurant.

“Baik, tidak ada yang membangkang”, Jawab Suho santai.

“Ku dengar Jung Jaemin akhirnya luluh?”, Sudah bukan rahasia lagi jika jaemin bisa melihat hantu. Malaikat sangat tahu siapa manusia yang bisa melihat hantu dan yang mana yang tidak.

“Iya… aku juga terkejut… ani… tapi sunbae…aku ingin bertanya sesuatu”, Suho masih penasaran dengan ikatan diantara jaehyun dan jaemin, mungkin taeyeon tahu.

“Wae?... Dia membuat masalah?”,

“Bukan masalah… hanya… aku tidak mengerti kenapa Jaemin dan Jaehyun seperti memiliki ikatan… Mereka baru mengenal beberapa hari tapi jaehyun seperti memiliki kasih sayang yang begitu besar untuk jaemin”, Taeyeon mengedipkan matanya beberapa kali lalu melipat kedua tangannya didada.

“Mereka mungkin memiliki hubungan dimasa lalu atau dikehidupan sebelumnya”, Suho juga berpikir seperti itu tapi rasanya lebih dari itu.

“Jika ikatan yang mereka miliki terlalu kuat kemungkin hubungan itu masih ada sampai sekarang… aku peringatkan padamu… mereka yang memiliki ikatan terlalu kuat akan sangat berbahaya jika berbagi tubuh… Mereka akan berbagi memori, jika itu adalah masa lalu menyakitkan, aku tidak yakin jaemin akan sanggup menahan sakitnya… Kemungkinan buruknya adalah jaehyun tidak akan bisa keluar dari tubuh jaemin atau roh jaehyun akan melemah, yang paling buruk, dia akan mati di dalam tubuh jaemin”

“Apa?”, Suho baru saja ingin bertanya lebih lanjut tapi ponselnya sudah bordering dan menampilkan nama jaehyun dilayar.

“Sunbae aku harus pergi… firasatku tidak baik”, dalam sekejap suho menghilang dari hadapan taeyeon.

***

Jaemin pulang ke apartemennya Jam 9 malam bersama dengan jaehyun. Setelah sampai, jaemin buru-buru mandi. Jaemin tidak ingin jaehyun meminjam tubuhnya dalam keadaan lengket dan bau jadi dia harus mandi dulu agar jaehyun meminjam tubuhnya dengan nyaman.

“Hyung kau bisa menggunakan tubuhku semalaman… hyung makanlah apa yang hyung inginkan dan menulislah dengan tenang, jangan terburu-buru”, Jaehyun hanya mengangguk mengiyakan meskipun sebenarnya dia tidak akan melakukan itu. Dia cukup tahu diri untuk meminjam tubuh jaemin.

Jaemin merebahkan tubuhnya diatas Kasur lalu menutup matanya, mencoba untuk tidur dan membiarkan jaehyun masuk kedalam tubuhnya.

Jaehyun menghirup lebih banyak udara, jujur saja dia gugup. Jaehyun juga takut jika hal ini hanya akan menyakiti jaemin, tapi jaehyun sudah tidak punya waktu. Besok Adalah hari keberangkatan lucas dan mungkin 2 hari lagi adik-adiknya akan merelakan dirinya.

“Maafkan aku Jaemin-ah”, Ucap Jaehyun sebelum membaringkan dirinya untuk masuk kedalam tubuh jaemin.

Ada rasa panas yang bisa jaehyun rasakan ketika dia masuk kedalam tubuh jaemin tapi semua itu hanya sebentar karena ketika jaehyun membuka matanya dia sadar bahwa sekarang dia sudah ada didalam tubuh jaemin.

“Rasanya seperti hidup kembali”, Jaehyun mengangkat kedua tangan jaemin, memperhatikannya sedetail mungkin. Jaehyun kemudian bangun dan berjalan menghampiri cermin yang ada dikamar jaemin.

“Aku benar-benar ada didalam tubuh jaemin… wuah,… ini sangat mengangumkan”, gumam jaehyun sambil memperhatikan pantulan tubuh jaemin di dalam cermin.

“Wajahnya sangat kecil dan manis… dia sangat menggemaskan meskipun sudah dewasa”, Jaehyun tersenyum lalu mencupit pipi jaemin karena gemas.

“Akghhh”, Jaehyun meringis lalu tertawa. Betapa bodohnya dia karena mencubit pipi jaemin dan melupakan jika dialah yang akan merasakan sakit.

“Mungkin jaemin benar, aku harus makan sesuatu yang aku inginkan sebelum menulis”, Jaehyun pergi ke dapur, mencari bahan makanan yang mungkin bisa dia olah menjadi makanan yang dia inginkan.

“Seandainya ada bahan yang cukup mungkin aku bisa membuatkan roti untuk jaemin, sudah lama aku tidak membuat roti”, jaehyun menghela nafas pelan. Mengingat nasib toko rotinya yang kini harus tutup.

“Akgghhh”, Jaehyun tiba-tiba merasakan panas yang teramat sangat disekujur tubuhnya.

“Hyung!”, Jaehyun bahkan bisa mendengarkan jaemin berteriak dari dalam tubuhnya.

“Akghhhhhh”, Jaehyun berusaha berjalan ke ruang tamu tapi rasa sakit ditubuhnya kini menjalar ke kepalanya hingga jaehyun harus menjatuhkan diri dan memegang kepala jaemin dengan kuat.

Hyung appo!”,

Jaemin berteriak dari dalam tubuhnya. Baik jaehyun maupun jaemin sama-sama kesakitan.

“Hyung aku takut… hiks…hiks…hyung… hiks,,,hiks,,,”,

Jaehyun dan jaemin sama-sama mendengar tangisan jaemin saat kecil.

Dor….dor…dor…. brummmm…. Tin…tin..tin…..

Mereka sama-sama mendengar suara tembakan, suara Mobil yang mengebut dijalanan dan seperti merasakan guncangan di dalam mobil karena kecepatannya terlalu tinggi.

Jaemin-ah maafkan hyung”,

“Andwe… hyung…hiks…hiks..hiks….”

“HYUNG!..... BRAKKKKK”

“AKGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!”, Jaemin dan jaehyun berteriak bersamaan hingga Roh Jaehyun terpental jauh dari tubuh jaemin.

“Jae….Jaemin?”, Jaehyun kehilangan banyak tenaga sementara kini jaemin tak sadarkan diri di lantai dapur. Jaehyun panic, apa yang sebenarnya terjadi?, apakah roh jaemin menolak kehadirannya?, dengan sisa kekuatannya jaehyun meraih ponsel yang ada disakunya. Jaehyun menekan tombol 1 hingga menghubungkannya dengan suho.

“Hyung!.... to…long… Hyung…. Jaemin”, Jaehyun kehabisan tenaga. Jaehyun tak sanggup bicara lagi, dia yakin suho pasti akan datang menolongnya. Jaehyun mencoba merangkak mendekati tubuh jaemin.

“Maaf… jaemin…maaf”, Jaehyun menangis, sungguh dia tidak bermaksud membahayakan jaemin seperti ini. Jaehyun terdiam ketika tiba-tiba kalung yang melingkari lehernya perlahan berubah warna menjadi merah. Apakah artinya ini sudah saatnya dia mati?
***


######

Kalau sampai disini udah ada yang nebak ngak, sebenernya jaehyun siapanya jaemin???

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang