Wills

1.4K 187 6
                                    

***
Krystal tersenyum kecil ketika dia membuka ruangan milik mendiang ayahnya. Sejak masuk rumah sakit dan setelah pulang, ini pertama kalinya krystal masuk kedalam ruangan ayahnya lagi. Krystal mendudukan dirinya di kursi kerja sang ayah, menatap beberapa buku yang ada di atas meja dan berakhir dengan menatap sebuah bingkai foto dimana dia tersenyum cerah sambil merangkul erat lengan ayahnya yang juga tersenyum sangat cerah.

“Appa aku merindukanmu”, lirih krystal sedih. Sejak bertemu dengan hina dan semua keluarganya yang selalu menemaninya, krystal sedikit demi sedikit bisa merelakan kepergian ayahnya. Dia seharusnya tahu bahwa jika dia juga pergi, ibunya hanya akan hidup seorang diri dan kesepian. Jadi sekarang Krystal memutuskan untuk hidup dengan baik untuk menjaga ibunya.

Tok..tok,

Krystal menoleh menunggu siapa yang akan muncul dari balik pintu.

“Nuna?”, Ternyata jenolah yang masuk dengan senyuman hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.

“Jeno?... Kau sudah pulang kerja?”, Krystal berjalan mendekati jeno sambil menatap jam dinding yang ternyata menunjukkan pukul 9 malam.

“Sudah Nuna… aku datang membawa Tteokpokki untuk nuna”, Jeno menunjukkan kantong plastic bawaannya.

“Kau ini… ibu mungkin sudah tidur, ibu bilang sedang tidak enak badan”, Krystal menuntun jeno untuk duduk di sofa yang memang ada diruangan itu.

“Nuna jika nuna merasa kesepian, nuna bisa menghubungiku, mark hyung atau pun jaemin… nuna tidak sendirian nuna”, Krystal tersenyum tipis, dia tahu bahwa adik-adik sepupunya sangat menyayanginya dan akan selalu ada untuknya.

“Aku tahu… maafkan aku”, Jeno menggeleng pelan sambil membukakan bungkus tteokpoki.

“Jangan minta maaf nuna, ada baiknya nuna berjanji tidak akan melakukan itu lagi”, pinta jeno. Krystal mengangguk mengiyakan.

“ayo dimakan nuna”, Krystal menurut. Satu tangannya digunakan untuk membawa satu persatu tteokpoki masuk kedalam mulutnya. Jeno senang melihat wajah kakak sepupunya sudah lebih segar dan bahkan lebih bahagia.

“Nuna”

“Hmmm”, Sahut krystal yang masih asyik mengunyah tteokpoki di mulutnya.

“Maaf untuk tiga hari lalu”, Kedua alis krystal menyatu, tak mengerti dengan ucapan jeno.

“Tentang kakak hina”, kata jeno sekecil dan sepelan mungkin. Jeno selalu berpikir bahwa dia tidak berhak membicarakan mendiang kakak sepupunya karena tidak ada saat kejadian memilukan itu terjadi. Jeno tidak tahu perasaan bersalah yang selalu menghantui krystal, mark dan juga kakeknya.

“Tidak apa-apa… mungkin dia memang terlihat mirip-“, Krystal menelan sisa tteokpoki yang ada dimulutnya. Tatapannya terpaku pada lantai rumahnya yang berwarna putih. Jujur saja, malam itu krystal bermimpi bertemu dengan woo jae. Woo jaenya yang menangis dan minta tolong, krystal hanya sanggup menangis tanpa bisa melakukan sesuatu untuk membantu adiknya yang putus asa.

“Nuna… maaf”, Jeno semakin menyesal karena krystal kini menangis, dengan sigap jeno menghapus air mata krystal.

“Ah…. Tidak apa-apa… hanya tiba-tiba merindukannya”, Krystal buru-buru mengapus air matanya dan kembali memaksakan senyuman.

“Jeno-ya”,

“Ya Nuna”

“Apapun yang terjadi… jangan biarkan jaemin tahu atau bahkan mengingat semuanya”, jeno mengangguk paham. Perjanjian di antara keluarga jung yang harus benar-benar ditepati. Jangan biarakan jaemin tahu ataupun mengingat kejadian 18 tahun yang lalu. Keluarga jung harus saling menjaga satu sama lain, terutama menjaga jaemin karena jaemin mungkin tidak akan bisa menanggung rasa bersalah dan trauma yang akan dia tanggung setelah mengingat semuanya.

“Tapi Nuna-“, jeno menggantungkan kalimatnya sebentar. Dia ragu, haruskah dia memberi tahu krystal.

“Wae?.. katakana saja”,

“Ania”, jeno menggelengkan kepalanya pelan dengan kekehan ragu. “ani… aku hanya melihat jaemin bertingkah aneh… mungkin aku terlalu khawatir… dia bermain-main dengan memakai kaca mata paman 3 hari lalu. Dia juga menulis atau mungkin membaca sesuatu lalu meletakkannya di salah satu buku di rak itu”, jeno menunjuk kea rah rak buku tempat jaemin menaruh surat wasiat yoon ho.

“Dia hanya bermain-main nuna… dia itu memang aneh”, jeno terkekeh pelan dan krystal menimpali.

“Kau tahu sendiri jaemin punya selera humor yang aneh”, Timpal krystal tapi jauh didalam lubuk hatinya krystal berpikir keras tentang apa yang jeno ceritakan.

***

“Jaemin-ah”, Jaemin yang tengah menikmati secangkir kopinya menoleh dan mendapati pamannya datang dengan senyuman.

“Paman dari mana saja?”, Tanya jaemin sambil menaruh gelasnya di atas meja.

“Bejalan-jalan… melihat kakekmu, orang tuamu, orang tua mark, mark, jeno dan sekarang menemuimu”, Yoon ho tersenyum lalu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan jaehyun.

“Dimana Jaehyun?”,

“Kembali ke ruangannya, menemani Hina”, Yoon ho tersenyum lalu menjatuhkan tatapannya ke atas langit.

“Paman akan pergi besok jaemin-ah”, Tatapan jaemin melotot tak percaya, dia tak berpikir pamannya akan pergi secepat ini.

“Tapi krystal nuna belum membaca surat paman”, berat rasanya ketika jaemin harus kehilangan pamannya dengan cara seperti ini. Melihat pamannya pergi dalam wujud roh.

“Tidak apa-apa… krystal mungkin akan rapuh lagi jika membaca surat itu sekarang”, Jaemin menggepalkan kedua tangannya, mencoba menahan air mata yang hendak keluar dari keduanya.

“Jam berapa paman akan pergi?”, Tanya jaemin sedih.

“Aku tidak tahu, tapi mungkin di sore hari…. Karena paman meninggal saat sore hari. Paman hanya perlu menunggu malaikat maut menjemput”,

“Apa paman tidak ingin melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu sebelum pergi.. aku bisa membantu, aku akan membantu paman-“

“Jaemin-ah”, yoon ho tersenyum lembut. Satu tangannya berusaha menyentuh wajah jaemin meski kenyataannya dia tidak bisa menyentuh jaemin.

“Aku tidak pernah mengatakan selamat tinggal kepada arwah”, jaemin tidak bisa menahan air matanya lagi. Air matanya terjatuh begitu saja membasahi wajahnya.

“Maafkan paman… selama ini pasti sulit bagimu memiliki kemampuan ini… apapun itu, kau harus jujur kepada orang tuamu…. Apapun yang kau rasakan, jangan memendamnya sendirian. Kedua orang tuamu sangat mencintaimu, mereka pasti akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu… Jika… jika kau benar-benar tidak menginginkan pertunangan ini, katakana dengan jujur-“

“Aku sudah mengatakannya, tapi mom selalu memberi tahuku untuk mencoba”, Jaemin menghapus air matanya lalu memasang wajah cemberut.

“Ibumu pasti berpikir hanya herin yang bisa merawatmu karena dia sudah mengenalmu sejak kecil”, Jaemin menaikan bahunya tak acuh.

“Jaemin-ah”

“ya paman”

“Rahasiakan ini dari jaehyun”, Jaemin menautkan alisnya tak mengerti. “Paman ingin kau membantu jaehyun mencari siapa orang tua kandungnya… Meskipun jaehyun sendiri tidak menginginkannya, tapi paman pikir dia harus tahu siapa orang tua kandungnya sebelum dia benar-benar memutuskan untuk pergi atau memang dia ditakdirkan untuk mati”,

“Sejujurnya aku juga ingin melakukan itu, entah kenapa aku selalu merasa bahwa aku harus membantu jaehyun hyung… aku ingin membantu jaehyun hyung hidup kembali dan bahkan hidup bahagia”, jaemin terkekeh pelan setelah ingat bagaimana dulu dia menghindari jaehyun mati-matian. “Aku lucu kan paman?... aku menghindari jaehyun hyung mati-matian karena aku tidak mau direpotkan tapi sekarang justru aku yang menawarkan lebih banyak bantuan”, Yoon ho tersenyum menanggapi kekehan kecil jaemin.

“Kau nyaman bersamanya”, Jaemin mengangguk pelan.

“Jaehyun hyung terkadang menasehatiku dan bisa membuatku menurunkan sedikit egoku”, Yoon ho tersenyum miris. Bolehkah dia berharap lebih tentang hubungan mereka?

“Paman juga… Jaehyun anak yang baik. Dia berhak hidup bahagia”, Untuk sesaat hanya keheningan yang menemani yoon ho dan jaemin. Langit malam bertabur bintang yang juga ikut menemani malam mereka.

“Hiduplah dengan bahagia jaemin-ah”, kata yoon ho memecah keheningan.

“Aku pasti akan melakukannya”, Jaemin tersenyum kecil.

“Jangan membenci kakekmu”, Jaemin mendesah malas. “Kakekmu hanya takut kehilangan dirimu”, Jaemin memutar matanya malas. Jaemin ingin menyela tapi ucapan yoon ho selanjutnya berhasil membuat jaemin bingung.

“Kakekmu dihantui rasa bersalah karena kehilangan seseorang”,

“Nenek?”, Tanya jaemin menyimpulkan tapi yoon ho menggeleng.

“Aku tahu bahwa apapun hal yang disembunyikan pasti suatu saat akan diketahui juga…. Jadi…. Jaemin-ah”, Jaemin menunggu dengan was-was apa yang akan diucapkan oleh pamannya.

“Alasan kenapa kakekmu sangat protektif padamu adalah karena kau pernah mengalami kecelakaan… dan ada seseorang yang bersamamu saat itu… dia meninggal karena kecelakaan itu”,

“Apa?-“

“Berjanjilah padaku”, Jaemin ingin protes tapi tatapan memohon dari yoon ho mengurungkan niatnya. “Jangan pernah bertanya kepada siapapun di keluarga Jung… jangan… jika kau ingin tahu, maka carilah sendiri… karena kejadian itu adalah kejadian yang paling pahit dan selalu ingin kami hilangkan dari ingatan kami”, Yoon ho menghela nafas pelan.

“Aku percaya padamu jaemin-ah… Selamat Tinggal”, Jaemin ingin mencengah pamannya pergi tapi jaemin seperti kehilangan kekuatan, ada sesuatu yang menahannya.

“Kehilangan Seseorang…… Dia meninggal karena kecelakaan itu”,

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang