20

112 2 0
                                    

Mengetuk pintu dua daun yang megah, gak kalah elit sama penampakan rumah dua lantai warna cream di padu putih gading. Seorang wanita cantik berbalut daster bunga-bunga warna tosca muncul, beliau langsung menarik Gue dalam pelukan. Nyaman, pelukan yang selalu Gue rindukan.

"Sandra, akhirnya main juga ke sini" Nyokap Anggun menarik Gue masuk menuju meja makan, kebiasaan kayanya. Gue emang doyan numpang makan ke sini, udah kebiasaan dari kecil.

"Maaf ya bu, Sandra jarang main ke sini"

"Gak papa, udah makan?" beliau mengusap rambut Gue. For god shake, sebelum ke sini Gue buru-buru cat rambut kembali ke natural. Entah kenapa, dengan mudahnya Gue ikutin semua kemauan Nyokap Anggun.

"Udah kok Bu, Anggun mana Bu?" mengedarkan pandangan, si menara sunset gak nunjukin batang hidungnya semenjak Gue datang.

"Ada di atas, Kamu susul sana"

"Yaudah Sandra susul ya Bu, ini ada martabak kesukaan Ibu. Di makan ya!"

"Kamu dateng aja Ibu udah senang kok Ndra, pake repot segala"

"Gak papa kok bu, Sandra ke atas ya!"

Gue menaiki tangga memutar menuju kamar Anggun, pintu coklat dengan stiker Angkasa di tengah nya. Hanya itu, gak ada embel-embel lain. Suram amat deh idup nih anak, sama kaya Gue :))

Tanpa repot mengetuk, Gue membuka pintu. Anggun dengan balutan pakaian rumah andalannya, piyama kelinci warna pink. Di jamin sih, kalo ada foto Anggun berpenampilan kaya gini makin banyak yang ngecap dia cewek terimut di balik wajah judes nya.

"Ngetok kek, berasa kamar sendiri?" sindir Anggun saat Gue menghempaskan tubuh di sampingnya, kebiasaan cewek satu ini kalo di rumah. Ya nontonin kartun-kartun berjuluk 'anime' mikinya yang udah memenuhi satu hard disk lebih.

"Gue gabut, yaudah ke sini. Eh, Lo masih utang cerita sama Gue!"

"Cerita? Cerita apa?" Anggun mengalihkan laptop di atas pangkuan ke nakas, bisa Gue liat scane kissing dari layar laptop.

"Lo nonton kartun atau bokep sih Nggun?"

"Sandra setan! Kedengaran Emak Gue awas Lo, tanggung jawab kalo laptop gue kena sita!!!" Gue tertawa renyah.

"Oke balik ke topik, Lo masih utang cerita ke Gue bangsat!"

"Cerita apaan anjing? Ngomong jelas dikit kek!" oke Anggun mulai geram, makin seneng aja Gue bikin dia kesel, tapi bukan itu tujuan Gue kesini.

"Gimana ceritanya Lo nolak Farrel?" Anggun terdiam, memeluk bantal warna pink lalu menenggelamkan wajahnya yang merah padam.

"Heh jawab! Jangan kumat tsunder nya!"

"Gue…"

"Jangan gantung-gantung setan!"

"Makanya dengerin Gue anjir, jangan di potong kek!" Gue memeluk bantal di pangkuan, bersiap mendengar cerita Anggun.

"Gue takut di cium" demi neneknya tapasya yang insap ngerjain si icha, Gue melayangkan pukulan bertubi-tubi ke Anggun.

"NONTON BOKEP SERING, TIMBANG DI CIUM AJA TAKUT LO ANGGUN KEILASKA!!"

"DIEM LO DAJJAL!!, NTAR EMAK GUE DENGER!!!" Gue dan Anggun bergulat, main perang bantal yang berakibat hancur dan berantak nya kamar anggun.

"SANDRA, ANGGUN. JANGAN TERIAK-TERIAK!!!" teriakan dari Nyokap Anggun menghentikan perang, Gue dan Anggun terlentang di atas kasur, sama-sama menghadap langit-langit kamar.

"Itu alasan Gue kalo Lo ndra?" menoleh, Anggun menatap Gue. "Jangan ngelak mulu dari perasaan sendiri, ntar kalo udah pergi baru kerasa!" sambungnya sambil menatap langit-langit.

"Apa orang kaya Gue berhak Nggun?"

"Why not?"

"Murderers will forever remind murderers" Anggun bungkam, tanpa perlu repot Gue menceritakan ulang Dia juga udah tau. Pembunuh gak layak punya rasa cinta!

💸💸💸

Hanya hari ini, dari pagi sampai jam terakhir pulang sekolah Gue mengikuti pelajaran sedikit terganggu, biasanya gak perlu repot memeras otak. Tapi hari ini, Gue harus mati-matian membangun fokus ke White board. Bel pulang sudah berdentang 15 menit yang lalu, Gue dan Angkasa 44 udah di parkiran samping lapangan basket belakang.

"Gue cabut bareng Anggun yaa!" Meka bergelayut manja ke lengan Anggun, dengan berat hati gadis itu mengangguk.

"Yaudah Gue juga balik duluan!" Novita memasuki mobil yang parkir tepat di samping gue.

"Tumben motoran?" Gue menatap Lydia yang duduk di atas Motorsport kesayangannya, bersiap menggunakan helm.

"Si Buto ijo ngulah lagi tuh"

"BACOT LO NGGUN!" Lydia mengacungkan jari tengah, di balas peletan lidah Anggun. Setelah memberi kalkson pamit mobil Anggun melesat di susul Novita dengan mobilnya.

Lydia berhenti di sisi mobil Gue, membuka kaca helm ia mengetuk kaca mobil. "Hati-hati pulang, kabarin kalo ada apa-apa!"

Gue mengacungkan jempol, Lydia melesat pergi dengan motornya. Gue kembali keluar dari mobil saat melihat cewek berseragam mencetak tubuh mendekat dengan para babu nya, ah keroyokan nih?

"Seneng Lo udah rebut Gani dari Gue?"

Gue meludah "Cuih, tuh ambil Gani Lo. gue gak butuh!"

Linda mendekat, melayangkan tinju yang dengan mudah gue hindari. Satu tendangan bersarang ke pipi si cabe, serangan bertubi-tubi mereka layangkan. 3 lawan 1, takut? Gak lah!

Akibat sedikit meleng, satu tonjokan mendata di rahang kiri. Sial, melayangkan satu bogem di dagu Linda, lanjut menendang perut salah satu gengnya. Bercak darah mulai menetese di hidung Gue, dengan kepala nyut-nyutan Gue menghabisi mereka dengan membenturkan kepala mereka ke lapangan.

"Itu aja udah pingsan?" menendang sedikit pipi salah satu gengnya cabe nya Linda, Gue memastikan mereka pingsan.

Langit sudah berwarna kelabu, Gue mendongak merasakan beberapa tetes gerimis. Langkah kaki mendekat mengalihkan perhatian Gue, Gani berdiri dengan payung nya tepat saat hujan lebat turun. Tatapan kami bertemu, Gue menyeringai menatap mata tajam yang akhir-akhir ini membuat gelenyar aneh di perut saat saling menatap.

"Gimana? Masih mau berurusan sama Gue?" Gue tersenyum bahagia saat Gani masih diam, berharap rasa yang gue pendam akan hilang bersamaan dengan menyerahnya Gani.

Gani berjalan mendekat, payung hitam milik cowok berhoodie abu-abu itu kini ikut melindungi Gue dari rintikan hujan. Gue memalingkan wajah saat hangat nafas Gani berhembus menerpa hidung Gue, mata coklat itu menatap menusuk.

"Gue gak pernah main-main sama ucapan Gue!" mata Gue terbelalak, tangan kiri Gani yang bebas menarik tengkuk Gue mendekat.

Bunyi Air hujan yang menghantam genteng tak terdengar lagi, begitu juga dengan suara petir yang sesekali ikut menemani hujan turun. Di bawah payung hitamnya, Gani mengecup kening Gue lama. Untuk saat ini, boleh Gue berharap lebih? Berharap di terima ka hadiran Gue misalnya?






Hai-hai welcome back, selamat menjalankan ibadah puasa yaos😁😁

Stay healty and save twoo, don porget🌟🌟

ALGANI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang