25

100 2 0
                                    

Dengan wajah tanpa dosa, Meka meletakan satu travel bag, satu koper warna ungu dan satu tas bermerek H&M kesayangannya ke atas sofa. Gue yang asik menikmati sepiring mie goreng sambil nonton cakep di depan tv mengerutkan kening, Meka mengambil tempat di samping Gue. Percayalah delosoran sambil senderan di kaki sofa tu posisi ternyaman setelah rebahan, hidup rebahan!!

"Kenapa?" Gue menatap Meka sekilas sebelum kembali memasuakn sesumpit mie goreng.

"Bokap nyokap ribut"

"Yaudah sini nginep, ntar deliver McD"

"Sialan Lo!" Gue mengumpat, dan membiarkan Meka mengambil mie goreng yang masih sisa separuh, berlalu menuju pantry.

"Kenapa lagi emak bapak Lo?"

"Kekurangan jatah kali, ah pokoknya pusing Gue. Gak mikir apa kalo Gue belajar di kamar? Ke ganggu lah"

"Bullshit buat Lo yang belajar, mustahil suara emak bapak Lo bisa rembes ke rumah yang gedenya saingan sama ragunan!" meraih mug di atas kabinet, Gue sibuk memasukan biji kopi ke dalam coffee maker.

"Tau aja deh, makin sayang Gue ama Lo ndraa" entah sejak kapan cewe dengan rambut sepundak itu di pantry, tindakan memeluk Gue tiba-tiba ini yang kaga Gue demen. Untung gak Gue banting, sabar ndra.

"Ini mata segede jengkol kenapa?"

Meka mengusap kedua matanya, dan yaa. Finally cewek ini nagis, lebih baik begitu ketimbang dia pura-pura bahagia depan Gue. Gak guna, udah hapal Gue tabiat manusia penuh tipu muslihat.

Menarik Meka dalam pelukan, Gue mengelus kepala nya. Meka ini anak bontot, punya seorang abang yang masuk panti rehab karna ketahuan make narkoba dan belum menunjukan progres membaik. Singkatnya tuh manusia sakau gak belum bisa sembuh, pokoknya gitu lah!

"Yaudah sini nginep sepuas Lo" Gue mengajak Meka ke kamar, guratan lelah udah gak bisa di sembunyikan si ondel-ondel.

Melemparkan tubuh di sofa depan Tv, Gue menerawang, membosankan? Tapi seru, ibaratnya mau mati tapi masih sayang ama idup.

Bel apartemen mengalihkan tensi, gue berjalan dengam ogah-ogahan. Menatap panel monitor, wajah manusia yang paling gue hindari setelah papah dan paman muncul. Oke, doble damn it!!

💸💸💸

"Heh Randy kambing, balikin pulpen Gue!!" teriakan Lydia ikut meramaikan suasaan kelas yang udah ngalahin GBK pas Indonesia tanding.

Cowok manis bername tag Randy berdiri di depan pintu sambil menggoyangkan pantatnya mengejek, Lydia bersiap meninggal kursi sebelum suara sang ketua kelas menginstruksikan diam.

Roy bersiap melayangkan tabokan super ketika Lydia mengambil ancang-ancang untuk segera memberkati Randy, memutar bola mata malas, Gue memilih menelungkup kan kepala di atas meja.

Suasana kelas sehabis sholat zuhur memang selalu kacau, ada ciwi-ciwi yang siap-siap tacap karna abis wudhu, tim kantin, atau tidur. Ada juga anak-anak non muslim yang memilih stay di kelas sampai jam sholat zuhur jamaah selesai, Lydia contohnya.

Mengabaikan kebisingan kelas, Gue berjalan keluar melewati koridor. Sesekali mengangguk saat ada yang menyapa, satu per satu anak tangga Gue tapaki dengan ujung rooftop sekolah.

Tanpa repot melihat sana-sini Gue langsung merebahkan diri di atas triple sofa tua, hospot paling oke kalo mau rebahan. Tatapan Gue terarah ke atas langit, cerah tapi tak membuat rooftop panas karna tak langsung terkena sinar matahari.

ALGANI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang