Hai comeback nih, gimana?
Langsung cuss baca aja gasss!!
"Mau di hempas ampe mampus dia tetep berdiri kokoh, dan tugas Gue jadi tempat penenang ketika dia butuh. Yaa, dia sahabat gue!"
Anggun Keilaska
Happy reading
***************
Berjalan menyusuri koridor bareng Lydia, Terlepas dari cuaca yang cukup mendung, Gue mengerat kan pelukan ke hoodie.Yap, Gue emang lagi gak enak badan, entah karna lembur atau ketularan Troy.
"Ndra, Lo kenapa? Pucet amat?" Lydia menatap intens, menggeleng Gue menatap lurus ke depan. Menelusuri koridor di jam istirahat, rencananya emang mau ke kantin belakang.
"Meka nanti nyusul, jadikan ke kafe baru tu taplak meja?"
"Gue ngikut"
"Ndra, Lo beneran gak papa?" Gue kembali mengangguk, sedikit tersentak saat tatapan tajam milik retina coklat dari ujung koridor.
Ada Gani, Rehan, Satria, Gilang dan Farel di sana. Fadel juga turut bergabung, membuat beberapa anak cewek enggan lewat dan memilih berputra. Gue dan Lydia berjalan melewati mereka setelah membalas senyum tipis dari Fadel, Gilang mendaratkan tangannya ke kening Gue saat baru melangkah di depan cowok setengah waras itu.
"Positif depresi!" Gue menatap Gilang malas.
"Lo oke ndra?" pertanyaan dari Satria Gue balas anggukan.
"Dahlah, jauhin tangan Lo gelang karet!" Lydia menepis tangan Gilang, lalu menggandeng Gue berjalan menjauh.
"SANDRA, GANI BILANG JANGAN BIKIN DIA KHAWATIR" teriakan dari Gilang di susul tawa mereka, memilih cuek dan melanjutkan jalan.
Smartphone berdering, menggeser tombol hijau tanpa mau repot melihat nama si pemanggil, suara berat gak asing terdengar.
"Nona, tuan Alex meninggal"
Gue terhenyak sesaat, ini serius?
Berlari menuju parkiran, Gue mengabaikan teriakan Lydia. Sialan! Jadi ini tujuannya? Menyibukkan Gue dengan berbagai proposal dan pertemuan perusahaan sampai Gue lengah dan lupa keadaan Alex.
Menginjak gas dalam, mobil Ferrari hitam melesat meninggalakan Darmawangsa. Bersyukur bukan jam sibuk, Gue bisa dengan cepat menuju rumah sakit. Memarkirkan mobil, Gue berlari memasuki loby, mengabaikan tatapan aneh orang-orang di koridor tentang gue.
VVIP 3. Gue mematung di depan pintu, ada Frida di dalam. Mengintip kosong wajah Alex yang pucat dari Celah pintu, tepukan halus mendarat di bahu. Menoleh, ada Oma di sana dengan senyum khas nya.
"Jadi gimana? Jangan terlalu banyak bermain-main cucuku sayang"
💸💸💸
Setelah acara pemakaman Alex selesai, Gue di giring memasuki limusin Oma. Bibi Frida dan Fifi tersenyum tipis dari jauh, suasana makam juga sudah sepi. Pak Dius membuka pintu passenger seat, tepat di sebelah oma. Gue meremat kedua tangan di dalam saku hoodie, mereka gak boleh tau Gue gugup!
"Jangan kamu kira Oma lengan Sandra" menoleh, tatapan kami bertemu.
"Untuk ukuran gadis baik-baik, namamu sudah cacat. Oma tidak pernah melepaskan kalian tanpa pengawasan, tidak usah repot-repot bermain kucing-kucingan"
"Tapi, masih lebih baik di banding putri-putri Steven" Gue menunduk, harus apa sekarang?
Perjalanan menuju mension Oma cukup jauh, Oma memang memilih membangun kastil keramatnya di area perbukitan, untuk masalah mobilitas ke kantor Oma punya satu apartemen yang terletak di pusat kota, kalo terdesak Oma bisa tinggal di sana.
Memasuki area mension, halaman luas tersaji. Dulu pas tinggal di sini, Gue biasa naik mobil golf kalau mau ambil paket ke gerbang. Saat turun dari mobil, sosok pria paruh baya mirip papa tersenyum. Iya, dia Opa lelaki baik yang mendapat predikat cinta pertama Gue.
Berhambur dalam pelukan Opa, bisa merasakan betapa kangennya beliau. Yaa lebih baik begini, cuman Opa yang nerima Gue secara ikhlas.
"Panggil dokter, sepertinya cucuku sedikit demam" perintah Oma pada salah satu ajudan.
"Salahmu yang mempekerjakan dia seperti budak" Opa merangkul Gue, lalu memandang Oma datar.
"Dia cucuku juga, kita sudah membahas ini! Sudahlah, ayo masuk. Jangan sampai paparazi menangkap gambat pertengkaran kita" Oma berlalu masuk.
Opa menatap Gue, mengelus puncak kepala Gue sayang. "Sandra, yakin dan percaya sama Opa. Setelah jalan berduri dan terjal ini, akan ada kastil penuh permen di ujung jalan"
Gue tertawa, membalas pelukan Opa dari samping. "Sandra bukan anak kecil lagi Opa, cucu Opa yang satu ini kuat!"
Opa terkekeh, kami masuk ke dalam rumah bak istana milik seorang eksekutor. Ah kalau tidak mendengar ancaman kesehatan Opa memburuk, Gue ogah menginjak kan kaki ke penjara menyeramkan berkedok istana ini.
Saat ini tepat jam makan siang, Oma sudah duduk di pojok meja panjang bak kepala keluarga. Gue dan Opa mengambil tempat berhadapan, para maid mulai menyiapkan makanan. Percayalah meskipun mereka menyajikan makanan lezat sekalipun, Gue gak berniat menyentuh. Bayangan meja makan penuh mayat dan darah berseliweran, mengusir jauh nafsu makan.
Gue memang pernah tinggal di sini 3 tahun, singkat cerita. Papa di penjara saat Gue menginjak usia 5 tahun, Oma membawa Gue ke mainsion. Gue di didik menjadi Sandra yang seperti ini, yaa yang keras kepala, angkuh, dan gak mau mendengarkan orang lain, bibit hedon juga Gue dapet di sini. Hanya 3 tahun, sampai bibi Syavita membawa Gue, menempatkan Gue di apartemen atas perjanjian dengan Oma kalau gue bakal bantu bibi di perusahan. Sekian tamat.
"Ayo makan Sandra" Oma menatap sebelum menyendok makanan ke mulut, Gue membalik piring, menyilangkan garpu dan sendok pertanda selesai makan.
"Sandra capek, mau istirahat" bangkit dari kursi, lalu berjalan menuju tangga megah memutar di tengah rumah.
"Jangan sampai karna hal sepele kamu lemah ndra, ingat papa mu kritis sekarang" ucapan Oma membuat langkah Gue terhenti, berbalik Oma menyeruput teh dalam cangkir lalu melempar senyum khas nya.
Gue menatap Opa, raut wajah Opa tampak sedih dan Gue benci ini. Seandainya Gue punya wewenang membawa opa keluar dari penjara ini, seandainya Gue mampu membuka kelakuan buruk Oma, seandainya gue mampu menghancurkan kekuasaan Ratna Sudibyo, seandainya Ndra, seandainya …
Don't forget ninggalin jejak🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANI (TAMAT)
Teen FictionWARNING⚠ BERLOGO 18+ KARNA BANYAK KATA² KASAR! yang gak cukup umur, ganti cerita dulu🔞 Awalnya semua baik-baik saja, gue udah biasa menjalan kan aktifitas sebagai anggota Angkasa. Tapi semenjak hari itu, semua berubah, gedek? Pasti lah, gue jadi...