33

71 2 0
                                    

Ajakan Lydia kemaren tentu Gue tolak mentah-mentah, Gue bukan tipikal pengecut dan lari dari masalah. Setelah membenahi rambut dan penampilan Berusaha agar bekas pukulan Lydia kemarin tidak terlalu kentara , Gue melangkah ke ruang rapat. Hari ini, ada rapat pemegang perusahaan. Kalau gak mengingat dari sini uang jajan dan sumber dollar Gue, ogah deh hadir di rapat yang menguras waktu.

"Nona" Reza berdiri di pintu ruangan, Gue berjalan menuju ruang rapat bersisian dengan Reza.

"Nona Salsa juga datang hari ini"

"Tumben?" kami memasuki lift menuju lantai 7, sedangkan ruangan gue ada di lantai 6.

"Atas perintah tuan Stevan" suasana hening sampai lift terbuka.

Melangkah keluar, Gue menatap Reza sebentar. "Kalau Gue pergi, kira-kira nasib Lo gimana?"

"Maksud Nona?" ada raut wajah khawatir dan takut di sana, ketebak sih. Entar dia kerja apa kalo Gue pergi?

"Ah lupakan, ayo!" Gue kembali berjalan menuju ruang rapat.

Menatap pintu dua daun terbuat dari kaca, Reza membukakan pintu. Seluruh perhatian menatap Gue, takut? Big no!

"Maaf saya terlambat" menatap Oma, beliau melempar kode segera duduk di sebalah Bibi Syavita dan Reza berdiri di belakang Gue.

"Sesuai ketentuan sebelumnya, harta nyonya Ratna Sudibyo meliputi 3 perusahaan induk, 2 rumah sakit swasta dan beberapa aset lainnya" sekretaris Oma membacakan sebuah surat, Gue mendengar dengan ogah-ogahan.

"Maka dari itu, berdasarkan keputusan beliau perusahaan akan di tangguh kan sampai cucu-cucu beliau yakni Salsabila Gabriel Sudibyo dan Sandra Galuh Sudibyo menikah. Sementara itu tugas menjalankan perusahaan akan di bagi, perusahaan otomotif dan rumah sakit khusus pusat akan di tangani oleh Syavita Sudibyo selaku wali sah dari Sandra" Gue membelalak, apa-apaan ini?

"Sisanya, 2 perusahaan elektronik dan rumah sakit khusus rujukan akan di tangani oleh Stevan Sudibyo selaku wali sah dari Salsabila Gabriel Sudibyo. Untuk Sultan Sudibyo, beliau tidak di berikan beban mengurus perusahaan mengingat kondisi beliau yang masih sangat lemah." sekretaris Oma selesai membacakan surat.

"Stevan gak setuju, masak Syavita ngurus otomotif?" Oma menatap Paman cukup lama, dan kali ini Gue juga setuju keputusan paman untuk pertama kalinya.

"Sandra juga gak setuju, biarin aja paman yang ngurus semua perusahaan. Biar Sandra sama Bibi yang urus rumah sakit" Gue menyuarakan protes.

"Ini keputusan mutlak Oma, kalian jalankan atau terima resikonya!" Paman Steven bungkam, alah mental tempe.

"Tapi Oma, Sandra gak setuju kalo--"

"Sandar, Oma lebih tau segalanya" Oma bangkit diikuti sekretaris yang mengekor.

Oma berhenti melangkah saat pintu terbuka, "dan yah satu lagi Sandra, papa kesayangan kamu ada di rumah sakit yang Syavita kelola. Jaga baik-baik nya cucuku" setelah melempar senyum tipis Oma pergi.

Gue bangkit meninggalkan ruangan rapat, berjalan cepat menuju parkiran. Saking paniknya, hampir di tabrak mobil karna menyebrang jalan tanpa menoleh.

"Maaf" Gue berlari menuju civic warna putih salah satu koleksi Gue.

Memutar stir, melaju ke rumah sakit tempat papa di rawat. Entah apa yang di lakukan Oma sampai papa bisa keluar dari penjara dengan keadaan lebih mengenaskan dari sebelumnya

Menginjak pedal gas tanpa henti, gak butuh waktu lama Gue memarkirkan mobil di pelataran rumah sakit. Sesekali mengangguk membalas sapaan, Gue segera bergerak menuju ruang VIP.

ALGANI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang