Holaaaaa am backkkkk!!
Gimana? Jangan di hapus dulu dari library, karena masih ada ekstra part menanti!!!
Enjoy yaos!
*************
Gue berjalan menuju mobil sambil memutar kunci di jari, yap malam ini gue di SIJOKO.Setelah memastikan pesta perayaan berjalan lancar, dan para anggota Angkasa di pastikan pulang selamat, gue baru bisa bernafas lega dan bersiap pulang.
Meraih handel mobil, tangan gue di tarik dan di tahan di atas kepala dengan tubuh bersandar utuh ke pintu driver ranger Rover.
Lelaki dengan hoodie hitam dan menutup kepala dengan tudung hoodie.
Hanya beberapa detik gue kebingungan, karna aroma khas yang menguar benar-benar bikin gue nangis di tempat.
"Pliss, lepasin gue. Kita udah bahagia dengan cara masing-masing kan?"
Cengkraman di tangan gue mengendur, mata dengan retina coklat itu menatap gue lemah. Gue bisa apa?
Detik berikutnya, ia memeluk gue erat.
Lagi, gue bisa apa? Gue akan selemah itu jika menyangkut cowok ini.
Gue membalas pelukannya, seerat yang gue bisa. Kelenjar air mata gue bocor, lebih tepatnya tumpah begitu saja.
"Gue akan ngelakuin apapun demi lo ndra"
"Gue juga akan ngelakuin apapun demi Lo Gan"
Mengurai pelukan, Gani menangkup kedua pipi gue. Mengusap air mata yang terus merembes dengan kedua ibu jarinya, tapi ini semakin membuat gue terisak.
"Setelah gue dan Jani nikah, kita bisa bareng dan cari jalan keluarnya" gue menggeleng, dan menggenggam kedua tangan yang masih menangkup pipi gue.
"Gue akan ngelakuin apapun demi lo Gan"
"Kita akan balik kaya dulu lagi, cuman masalah waktu ndra. Percaya sama gue, setelah sebulan urusan gue dan Jani selesai"
Gue menggeleng, melepas tangan Gani dan menggenggam nya erat.
Menatap kedua mata cowok yang berhasil membawah seluruh hati gue pergi, raga kosong yang berdiri sekarang bisa hidup dan tertawa karna masih menyimpan jutaan kenangan yang hanya bisa kami ukir dalam waktu singkat.
"Gan, gue akan ngelakuin apapun demi Lo"
Gani menunduk, menopang dahinya di bahu gue.
Bahu cowok ini bergetar, ada isakan dan berikutnya bahu gue basah karna air mata.
"Lo gak akan aman kalo tetep sama gue Gan" suara gue kembali parau.
"Ini yang terbaik, lo tetep sama Jani. jalanin hidup bareng dia, lupain gue"
"Ndra"
Matanya memerah, genggaman erat di tangan gue, dan ada tetesan air mata yang memohon.
"Jangan tinggalin gue! Gue gak bisa kalo gak ada lo" suaranya sedikit tercekak.
"Gue gak akan bisa nafas tanpa lo, gue gak sanggup nahan sakit ndra! Lo juga gak harus ngambil keputusan ini, kita bisa cari jalan lain" ucapan Gani terputus ketika ia menekan suara agar tak bergetar.
"Gue gak akan bisa nafas tanpa lo ndra"
"Lo bisa Gan, pasti"
Gue mengusap pipi Gani, ia menahan tangan gue agar tetap ada di pipinya. Gue bener-bener gak sanggup, tapi gue gak punya pilihan.
"Tetep jalanin hidup, mungkin bahagia lo bukan di gue"
Gue menjarak, Gani melangkah mundur.
Gue tersenyum tipis, "jangan bikin gue khawatir Gan!"
Memasuki Ranger Rover, gue segera melesat pergi. Melirik spion, Gani masih berdiri mematung di sana.
Gue menginjak gas dalam, air mata kembali menetes. Gak butuh waktu lama, gue sampai di area apartemen. Menekan password cepat, gue masuk dan sengaja gak menyalakan lampu.
Biarlah, hari ini gue pengen nangis sepuasnya!
💸💸💸
Gue memangku setoples cookies, dengan mata sembap dan masih bersetelan piyama pastinya.
Hari ini libur, dan para dewan Angkasa 44 ngumpul di apartemen gue.
Mereka gak komen banyak soal mata sembap, saat ini kami berkumpul karna permintaan Lydia, tapi si biang rusuh malah ngaret.
Dengan wajah tanpa dosa, ia masuk dan menduduki sofa. Tangganya melempar kotak yang dapat gue tangkap dengan baik, kotak cukup besar.
Gue melempar kan tatapan tanya, "apa nih?"
"Buka aja" Lydia meraih pepsi, lalu menenguk dengan ekspresi malas.
Gue semakin penasaran ketika mengangkat gaun-gaun cantik ke udara, hadiah? Buat apa?
"Bulan depan gue kawin, kalian berempat bakal jadi bridesmaids"
"HAH?" suara Anggun, Novita dan Meka yang kompak, sedangkan gue memilih mendengarkan penjelasan Lydia.
"Gue minggu kemarin kobam, dan wourk out sama cowok"
"Suer lo? Gila!! Lo bener lepas segel Lyd?" Meka beringsut mendekat ke Lydia dengan excited.
"Gue bisa pastiin kalo gak hamil, tapi nyokap si cowok tetep kekeh anaknya kudu tanggung jawab" Anggun dan Novita mengangguk menyimak.
"Siapa?" gue menatap Lydia tajam.
Bisa-bisanya dia seceroboh Ini, dan gue sebagai sahabat malah gak tau??
Untung ni cowok mau tanggung jawab, kalo enggak? Bisa mati ngambang dia karna ulah Novita.
"Dokter kayanya, gue gak tau kalian pernah ketemu atau enggak. Tapi, yaudah lah!"
"Respon bokap nyokap?" tanya Anggun sebelum meneguk jus jeruk nya.
"Fine aja, Lesya malah demen" dumel Lydia sambil membuka chitato.
"Sekolah lo gimana? Lo tau kan kalo sekolah gak bakal nerima siswa-siswi yang udah nikah" giliran Novita sambil asik dengan snake Pocky favorit nya.
"Tetep jadi rahasia, kalo ada yang nanya bakal di akuin sebagai saudara"
"Saudara apaan kalo udah pernah nyoblos" ucapan Meka di hadiahi cubitan pedas Lydia.
"Ndra, lo sakit?" tanya Anggun saat menatap gue yang ikut menggeplak Meka.
"Enggak. I am okay"
"Bad lie ndra" Novita ikut menatap gue tajam.
Menarik nafas, gue menatap mereka satu-satu. Oke Sandra, pamit adalah langkah terbaik meski menyakitkan.
"Gue bakal pindah ke Barcelona"
Jangan lupa vote dan komen buat typo🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANI (TAMAT)
Teen FictionWARNING⚠ BERLOGO 18+ KARNA BANYAK KATA² KASAR! yang gak cukup umur, ganti cerita dulu🔞 Awalnya semua baik-baik saja, gue udah biasa menjalan kan aktifitas sebagai anggota Angkasa. Tapi semenjak hari itu, semua berubah, gedek? Pasti lah, gue jadi...