24

83 3 0
                                    

"Kalau seandainya hal yang kamu yakini dan kamu tunggu itu pasti sih gak masalah, tapi nyeseknya, ketika yang kamu tunggu dan kamu pertahankan enggan untuk di pertahankan"

Suara penyiar radio yang di putar mobil Alex mewarnai perjalan, gak ada percakapan dan sialnya Gue gak tau sama sekali di bawa kemana. Pernyataan Alex kemarin jelas Gue tolak mentah-mentah, tapi cowok dengan kacamata bingkai hitam ini tetep kekeh menyematkan lebel 'pacar'. Dan sekarang alasan yang berhasil membuat Gue bangun dari tempat tidur di hari libur dengan tanggal merah ini, lagi dan lagi karna Alex.

Dengan lempengan, pukul 7 pagi berhasil bikin ribut dengan suara bel di apartment Gue. Gila kali ni orang?

Keasikan melamun karna masih setengah mengantuk, Gue gak sadar ketika Alex memarkirkan mobil nya di depan toko bunga. Ia menatap Gue lama, jangan harap penampilan Gue yang membuat dia pangling. Salahin dia, pokonya semua ini salah Alex!

Dengan hoodie kebesaran warna hitam dan celana batik warna coklat, rambut acak-acakan di tambah gue sempet bawa boneka ice bear. Salah satu tokoh beruang di kartun we are bear bear yang biasa di tonton Lydia dan Adiknya, see? Gak tertolong deh penampil Gue. Bersyukur aja Gue sempet cuci muka dan sikat gigi, Gue gak mau keluar rumah dengan nafas bau naga. Catet tuh!

"Ikutan turun?"

"Dengan penampakan Gue kaya gini? Gila Lo?"

Alex menyodorkan masker warna hitam sekali pakai, "pake ini kalo Lo malu"

"Ogah, apa kata dunia ketua umum Angkasa keluar rumah kaga mandi?" Gue menatap Alex garang.

Dengan lancang nya, Alex mengaitkan masker di kedua telinga Gue. "Gue sekarang lagi sama Sandra, cuman Sandra. Bukan Sandra dari keluarga Sudibyo, Atau Sandra ketua Angkasa" Alex tersenyum tipis saat pekerjaan nya selesai.

Tatapan kami cukup lama, sampai Gue mendengus kasar. "Jangan pikir semua kelakuan sweet lo bisa bikin baper! Gue kebal ama jurus-jurus fakboi kaya Lo!!"

Gue membuka pintu mobil dengan keadaan memeluk boneka ice bear di tangan kanan, mengekor ke Alex yang masuk ke toko bunga.

"Alex? Apa kabar?" seorang wanita dengan celmek yang berbordir nama toko bunga menyambut Alex, gue memilih bungkam dan mengekor persis anak kambing.

"Baik, Frida sendiri?" buset ni anak gak di ajar tata Krama ya? Ama yang lebih tua manggil nama doang, gak pake embel-embel lagi.

"Iya, Fifi lagi keluar. Kamu bawa siapa?" merasakan ada aura yang lagi menatap Gue penasaran, Gue mendongak karna terlalu asik menatap lili putih di pot paling bawah dan gak memperkenalkan diri, gini-gini Gue masih tau tata Krama!

"Ini Sandra, temen Alex"

"Your girl friend?"

"Yes"

"No!!" Gue menggaruk kepala saat sadar betapa toannya suara Gue.

"Hai Sandra, saya Frida" Gue menerima jabat tangan Frida, suara nya lembut banget, moms eable.

"Hai Aunty, happy to meet you"

"No! Jangan panggil Aunty, just call me Frida. Saya tidak setua itu" Gue mengangguk, saking tolol nya Gue senyum padahal masih pake masker.

"Kamu sakit?" Gue menggelengkan kepala.

"Dia malu jalan sama Alex, makanya pake masker Frida" Gue menginjak kaki Alex yang terbalut nike zoom warna merah, kelewat jujur amat deh nih ketua OSIS.

Frida tertawa, tangannya bergerak menuju pot lili putih yang dari tadi Gue perhatikan. Ia mempersilahkan kami duduk di kursi tinggi menghadap meja bar, Frida meletakan lili putih lengap dengan pot berukuran sedang di hadapan kami.

"Dulu, saya punya seorang teman. Ia sangat cantik, dan ketika melihat Sandra saya jadi teringat lagi padanya, apalagi saat sadar kamu menatap bunga lili putih ini penuh minat" Frida menatap Gue cukup lama.

"Boleh kamu buka maskernya?" Gue menggelengkan kepala, jangan sampai tebakan Gue bener, jangan pokoknya!!

"Memangnya kenapa Frida?" Alex menatap Frida penuh tanya, lalu berganti menatap Gue.

"Rambut hitam dan mata Sandra begitu mirip" Frida gak melepaskan tatapannya.

"Frida, pernah dengar teori manusia dan 7 kembaran nya? Aku rasa ini hanya kebetulan" sejujur nya Gue gak terbiasa ber Aku-kamu ria, tapi gak sopan kan Gue-elo dengan wanita sesopan ini?

"Ah kamu benar Sandra, mungkin kebetulan. Oh iya, ada apa kalian mau kemari?" Frida mengubah mimik wajah dari sedikit sendu kembali ceria.

"Mau ngambil buket bunga untuk Alexa"

"Sandra, did you want to help me?" Gue mengangguk.

"Only girl! Boy, you still sit in there" ujar Frida saat Alex bangkit dan menarik tangan gue, sok cakep kali dia pake masang tampang pupy eyes. Eww, Gue melempar boneka ice bear yang dari tadi Gue peluk. Kasian kalo di tinggal sendiri, beruang nya maksud Gue.

Frida menyodorkan celmek, Gue mencepol rambut asal. Frida tersenyum saat melihat telinga Gue, ketebak sih. Piercing telinga Gue yang jauh dari kesan anak baik, bodo amat.

"Kalau suatu hari kamu punya pertanyaan, dan tidak bisa menemukan jawabannya sendiri. Pintu toko saya buka dari pukul 8 sampai 5 sore, kalau datang malam konsekuensi nya kamu harus menginap" ucap Frida sambil menggunting beberapa tangkai bunga, dan menyiapkan alat yang di butuhkan.

"Why?" ia menoleh, tatapan kami bertemu.

"Saya tidak punya alasan tetap, tapi saya yakin dengan apa yang saya rasakan."

"Kalau perasaan kamu salah?"

Frida menoleh, memamerkan lesung pipinya yang cukup dalam. "Feeling antar saudari tidak pernah salah Sandra"

💸💸💸

Di depan kuburan dengan balutan marmer yang cantik, buket bunga yang Gue dan Frida buat sudah bertengger manis di sana. ALEXA RISIOUS PIETER, kakaknya Alex. Orang kesekian yang Oma bunuh tanpa rasa bersalah, dan sekarang Gue bener-bener benci harus hidup dengan darah Sudibyo dalam tubuh.

"Kenapa?" Alex mendongak, posisi Gue  berdiri memudahkan Gue untuk mantap wajah Alex yang berjongkok di sebelah nisan.

"Kenapa bisa sampai mati?"

Alex mengusap nisan kakaknya, tanpa di sebutkan orang awam juga bakal tau, betapa sayangnya Alex ke kakaknya. Rasa bersalah muncul, kenapa? Ketika Alex tau Gue cucu seorang Sudibyo, Orang yang notabene pembunuh kakanya. Malah maksa melabeli Gue dengan gelar pacar, ni orang niat bales dendam ya? Kalo iya, salah orang.

"Kakak cuman menjalankan tugasnya sebagai jaksa yang jujur, tapi orang yang lebih berkuasa dan punya banyak uang bisa melakukan apa pun bukan?"
Alex menarik nafas kasar.

"Saat itu keluarga Lo, entah nenek atau siapapun itu. Gue benci mereka!!" Alex mengatakan dengan datar, tangan Gue mengepal kuat.

"Mereka jadi terdakwa kasus pembunuhan, dan saat itu kakak Gue bertugas sebagai jaksa penuntut umum. Lo yang lebih tau keluarga Lo Ndra, dan inilah endingnya"

Gue diam cukup lama, sampai kedua tangan Alex memutar Gue paksa. "Ada satu pesan yang selalu Gue inget dari kakak. Jangan pernah benci keturunan nya, hanya karna tetuanya berbuat salah."

Gue menatap mata cowok di hadapan Gue, "awalnya Gue gak terima, Gue terus mencari latar belakang pelaku pembunuhan. Sampai pada titik itu, malam itu semuanya jelas. Gue sadar, Gue udah terlanjur cinta sama salah satu keturunan yang tetuanya hobi mewariskan dosa"











Holaaaaaaaaa, i back😂😂😂

ALGANI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang