Typo?Komen aja!!
****
"Kasih tau gue, Sebenci dan semarah apa Lo Ketika yang di harapkan meretakkan harapan"
Berterima kasih pada intuisi yang meronta-ronta dan berperang dengan logika hanya karna malas membawa mobil, disinilah Gue sekarang. Di parkiran Darmawangsa, awalnya Salsa merengek minta di tebengin. Enak aja! Bunuh diri namanya!
Nganterin Salsa, sama aja menyerahkan diri ke Kandangan macan. Gak sih, ke rumah oma doang. Tapi, Gue belum siap. Dan menggunakan alasan Gue gak bawa mobil, Salsa dengan wajah sok cakep di monyong-monyongin menelfon sopir rumah.
"Lo pulang bareng Gue aja, ada yang mau di omongin!" Anggun menyugar rambut coklatnya.
"Nanya apaan Nggun? Kiat-kiat ngedate? Lo salah kalo nanya ke Sandra, mending ama Gue aja" ucapan Meka di balas sumpalan bungkus Lays dari Lydia.
"Bacot Lo, sono pulang sama Rehan! Udah di tungguin noh dari tadi!" Lydia menunjuk mobil warna putih yang gak jauh dari kami, Rehan sedang tidak kompak dengan teman-teman nya. Entah sengaja agar bisa mengantar Meka, atau terlalu malas membawa motor Besar miliknya.
Setelah pamit yang gak ada sopan santunnya, Meka berjalan menuju mobil Rehan. Di sana juga ada Gani cs, Gue memalingkan wajah Ketika mata kami berserobok. Masih kesal dengan tindakan nya di tengah lapangan tadi, setelah mendapat klakson tanda pamit, gerombolan KoLoS pergi mengosongkan area parkir.
"Lo jadi bareng Gue?"
"Turunin aja Gue di kantor"
"Lah, gak jadi pulang?" tanya Lydia sambil bersiap menghidupkan motor sport nya.
"Gak, ada urusan"
"Jangan aneh-aneh Ndra, atau Gue tusuk usus 12 jari Lo!" ancam Novita sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Mobil milik Anggun melaju meninggalkan Darmawangsa, kebetulan kantor Bibi Syavita sama rumah Anggun searah. Pas banget kann, gak perlu keluar ongkos bayar gocar deh.
"Tumben Syavita minta bantuan di weekday?" Gue menatap Anggun sekilas sebelum kembali asik menatap jalan.
"Kayanya harus menangin tender"
"Kenapa gak Salsa aja?"
Gue tersenyum tipis, "kaya anak emasnya Stevan boleh kerja aja"
"Elah, tap-- eh bentar. Itu Gani sama siapa?" mengikuti arah tunjuk Anggun, di sana Gani sedang duduk di salah satu kafe outdoor dan tersenyum manis pada Salsa.
Cukup hening beberapa detik, Anggun seolah memberi ruang buat Gue.
"Gue goblok ya Nggun?" masih dengan keadaan menatap keluar jendela, tepukan halus dari Anggun membuat Gue menoleh.
"Soal di lapangan?" Gue mengangguk, gak sampe nangis kok. Lebay amat, meski emang nyesek. Menarik nafas panjang, Gue meraih kantung berisi camilan. Menenggak sekaleng Pepsi jadi obsi yang gak buruk.
"Thanks ya"
"Ndra" Gue menoleh, sebelum menutup pintu mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANI (TAMAT)
Ficção AdolescenteWARNING⚠ BERLOGO 18+ KARNA BANYAK KATA² KASAR! yang gak cukup umur, ganti cerita dulu🔞 Awalnya semua baik-baik saja, gue udah biasa menjalan kan aktifitas sebagai anggota Angkasa. Tapi semenjak hari itu, semua berubah, gedek? Pasti lah, gue jadi...