Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.•
•
•Kini, Adel dan Riski sedang berada dalam satu ruangan. Canggung dan hening. Itulah suasananya sekarang. Riski yang savagenya jangan ditanya. Dan Adel, tipe cewek yang tidak mau mengawali pembicaraan.
"Ustad Asyraf gak dateng-dateng sih," gerutu Adel dalam hati.
Adel yang sudah tidak bisa menahan diamnya, akhirnya membuka suara lebih dahulu.
"Kang," panggil Adel.
"Hm," jawab Riski.
"Mau jajan gak?" tawar Adel.
"Gak."
"Yaudah. Aku keluar dulu mau beli gorengan." Adel melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.
Setelah keluar dari ruangan latihan kaligrafi, ia menghela nafas panjang.
Sembari berjalan, ia menggerutu dalam hati. "Bisa-bisa nafasku bau gara-gara diem mulu. Tuh, orang, manusia atau batu sih. Andai yang ikut lomba itu Kang Fais. Pasti seru!"
Sesampainya di warung, ia membeli gorengan sebanyak dua ribu rupiah. Tak lupa, dia juga membeli dua air putih gelas dan chocolatos.
Adel berjalan pelan kembali ke ruangan. Di dalam ruangan, ia mendapati Riski yang tertidur di atas meja. Tangannya menjadi tumpuan kepalanya. Riski terlihat sangat nyaman dengan tidurnya itu.
Adel mendekati tempat duduk Riski. "Yah, malah tidur. Padahal aku udah beliin dia jajan. Btw, kalo dilihat dari dekat, dia manis juga."
Adel tersenyum menatap Riski yang tertidur pulas. Sedetik kemudian, ia sadar. "TADI AKU BILANG APA? Sadarlah, Adel. Kamu dalam fase membencinya!"
Adel kembali ke tempat duduknya, lalu memakan makanan yang ia beli tadi.
Riski terusik dengan suara bungkus snack yang sedang di remas Adel. Riski pun terbangun dan menatap tajam ke arah Adel. Tatapannya bagaikan singa kelaparan yang ingin menerkam musuhnya.
Adel terkejut dan hanya bisa diam membisu. Dia yang merasa tidak melakukan kesalahan apapun, menatap mata Riski balik.
"APA?" ketus Adel.
"BUANG BUNGKUS SNACK LO," geram Riski.
"Oh ini," kekeh Adel sambil menunjukkan bungkus snacknya.
Adel berjalan keluar membuang seluruh bungkus snack yang ia makan tadi. Saat ia masuk, kening Adel mengerut. Ia melihat Riski yang sedang asik menikmati chocolatos dan air putih yang ditaruhnya di meja Riski.
"Ck, dasar gatau malu." Adel berdecak sebal.
Adel meneruskan menulis sketsa yang akan dia gambari dengan tinta. Fokusnya hanya tertuju pada kertas yang ada di depannya. Sehingga, ia tak menyadari bahwa Riski ada di samping Adel dan melihat sketsa miliknya.
"Bagus juga." Riski memuji sketsa Adel. Namun, dibarengi dengan senyum smirk.
Adel bodo amat dengan perkataan Riski. "PERGI SANA!"
Adel mengibas-ngibaskan telapak tangannya guna mengusir Riski.
Riski pun beranjak dari samping kursi Adel duduk. Namun, sebelum itu ia sempat mengatakan sesuatu.
"Gue suka chocolatos. Kapan-kapan beliin gue lagi," ungkap Riski.
Adel semakin geram melihat Riski. "Dikasih hati malah minta rempela. Bukannya bilang makasih malah minta dibeliin lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...