Happy reading
Jangan lupa vote dan komennya.•
•
•"Iya, Gus. Kegiatan akhir tahun ajaran ini akan diketuai oleh Rif'an Fais Ramadhan." Mbak Silfa menatap ke arah Fais yang sedang duduk di pojokan aula.
Fais yang sedari tadi melamun, terkejut karena seisi aula menengok kepada dirinya.
"Kenapa pada nengok ke Gue, Ran?" tanya Fais pada Zafran.
"Kak Fais jadi ketua kegiatan akhir tahun ini," bisik Zafran di telinga Fais.
"Beneran?" tanya Fais.
"Heem."
Fais lalu menatap ke depan.
"Fais siap jadi ketua kan?" tanya Mbak Filma."Insya Allah, Mbak," jawab Fais seadanya.
Mbak Silfa pun mempersilahkan seluruh santri bubar dan kembali ke asramanya masing-masing.
Tinggal tersisa Fais, Mbak Silfa, dan Gus Alif di sana. Mereka berbincang-bincang tentang kegiatan yang akan diadakan dua hari ke depan ini.
"Gus, sebenarnya saya tidak terlalu baik untuk dijadikan ketua. Masih banyak anak lain yang lebih pantas." Fais mengutarakan isi hatinya yang sedari tadi ingin diucapkannya.
"Kalau kamu udah dipilih untuk jadi ketua, itu pertanda bahwa kamu sanggup," papar Gus Alif.
Mbak Silfa yang hanya sebagai pendengar setia, ikut menganggukkan kepala tanda setuju dengan apa yang dikatakan Gus Alif.
"Bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik, Gus?" tanya Fais dengan penuh harap.
Gus Alif tersenyum mendengar pertanyaan dari muluy Fais. "Kamu ingin jadi pemimpin atau orang baik?"
Fais hanya menggelengkan kepala. Ia tidak paham dengan pertanyaan Gus Alif itu.
"Menjadi pemimpin yang baik itu sama mustahilnya dengan politikus yang baik. TIDAK AKAN PERNAH ADA. Politik itu bukan ujian yang selalu ada jawaban yang benar," tutur Gus Alif, "Kenapa harus susah-susah mencari jawaban yang tidak ada? Bagaimana cara mencarinya? Sampai kapanpun kamu gak akan pernah bisa menemukan jawaban itu."
Gus Alif menghela nafas. Fais terdiam mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Gusnya. Dan Mbak Silfa memasang wajah takjub mendengar anak kecil yang dulu selalu dimasakkan nasi goreng, kini sudah tumbuh menjadi pria yang bijaksana.
Gus Alif melanjutkan pembicaraannya. "Oleh karena itu, jangan cari jawaban, TAPI BUATLAH PILIHAN. Apapun pilihan yang nanti kamu ambil, pasti akan mendapat umpatan. Sebaliknya. JIKA KAMU TAKUT DENGAN UMPATAN, SAMPAI KAPANPUN KAMU TIDAK AKAN BISA MENGAMBIL KEPUTUSAN. Dan jika kamu takut mengambil keputusan, kamu tidak pantas menjadi PEMIMPIN. Paham?"
Fais mengangguk dengan yakin. "Saya paham, Gus."
"Sekarang, kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?" tanya Gus Alif.
"Insya Allah, Gus."
Gus Alif dan Mbak Silfa pamit terlebih dahulu. Kini, Fais duduk sendirian di aula. Keadaan Otaknya saat ini sedang bekerja dengan baik. Ia merancang susunan panitia dan konsep kegiatan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...