Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komen•
•
•"Terima kasih Tuhan, telah berhasil meleburkan rasa ini kepadanya."
-Adelia Rahma
•••
Sepuluh bulan kemudian
Adel terlihat fokus membaca buku hingga tak sadar bahwa ada laki-laki berparas tinggi nan tampan berada di sampingnya. Pria tersebut tidak ingin menganggu kefokusan Adel, dan memilih menunggu sampai ia tersadar dengan sendirinya.
Tak lama kemudian, Adel mendongakkan kepalanya dan mendapati Gus Alif di sampingnya dengan jarak sekitar tiga meter. Dia segera merapikan hijabnya yang tidak beraturan dan beranjak ingin putar balik ke dalam kamar. Namun, suara Gus Alif memanggil namanya berhasil menghentikan langkahnya.
"Mbak Adel," panggil Gus Alif saat melihat Adel yang sudah membalikkan badan membelakanginya.
Adel pun memutarkan tubuhnya kembali menatap Gus Alif. "Iya, Gus. Ada yang bisa saya bantu?"
Gus Alif memperlihatkan gigi putihnya. "Kenapa tadi pagi gak ikut setoran alqur'an?"
Seketika, wajah Adel nampak panik. Dia sungguh malu jika harus mengakui bahwa dirinya sedang menstruasi di depan Gus Alif. "Itu ...."
Adel tidak melanjutkan perkataannya.
"Itu apa, Mbak?" tanya Gus Alif penasaran.
"Itu ...." mulut Adel seakan terkunci tak bisa berkata apapun.
Gus Alif memutar bola matanya, bingung. Sedetik kemudian, Gus Alif tersenyum.
"Lagi haid, Mbak?"
"Gus Alif kok tahu? aku malu banget, Ya Allah," batin Adel.
Adel hanya menunduk tak berani menjawab tebakan Gus Alif yang sangat tepat itu.
Gus Alif yang peka akan Adel yang sedang malu, berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar Adel tak melulu menyembukan semburat merah wajahnya.
"Mbak Adel besok ujian madrasah?"
Adel mendongakkan wajahnya lalu menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Dikerjain yang sungguh-sungguh, Mbak. Untuk soal bahasa arab, materinya sesuai dengan yang sudah saya sampaikan saat sekolah kemarin," jelas Gus Alif.
"Siap, Gus. Terima kasih," jawab Adel seadanya.
Keheningan terjadi di antara mereka berdua. Adel ingin segera membalikkan badan karena jantungnya kini sudah berdetak lebih kencang dari detakan normalnya. Keringatnya bercucuran karena gugup berbicara empat mata bersama Gusnya itu.
"Pergi ke ndalem, aja, Gus. Kalau kamu di sini terus, aku bisa kejang-kejang," rintihnya dalam hati.
Gus Alif sepertinya mendengar suara hati Adel karena tak lama kemudian, Gus Alif membuka suara kembali.
"Siapkan hati yang lapang buat nanti, ya," papar Gus Alif membalikkan badan meninggalkan Adel memandang kepergiannya.
"aya udah nyiapin hati dari dulu, Gus," celetuk Adel.
"Buat siapa, hayo?" cakap Mbak Silfa yang berhasil mengejutkan Adel.
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...