33.💞

939 113 51
                                    

Happy reading 💞
Vote dan komennya jangan lupa



"RISKI." suara Adel mengejutkannya.

"Dia liat gue?" batin Riski panik.

"Kamu ngapain ke sini?" tanyanya dengan suara pelan.

"Adel bicara pelan? Bukannya dia lagi fase benci gue ya?

Tiba-tiba terdengar suara anak kecil menyahut pertanyaan Adel.

"Main, kak," ucap anak kecil tersebut.

Adel mengusap pucuk kepala anak kecil itu. "Hati-hati, Riski. Inget rumah, ya!" celetuknya.

"Siap, Kak. Riski nyusul temen aku dulu, ya, " ujar Riski yang langsung melenggang pergi meninggalkan Adel.

Adel pun melanjutkan perjalanannya menuju asrama putri. Sebelum melangkahkan kakinya, ia menengok ke belakang terlebih dahulu.

"Riski Ibrahim, aku tahu sedari tadi kamu ngikutin aku," lirihnya lalu membalikkan badan dan berjalan cepat.

Di seberang sana, Riski Ibrahim menghembuskan nafas panjang, lega. Karena dirinya tidak terciduk oleh wanita yang dibuntutinya. Dia pun kembali memandang ke arah posisi Adel berbicara dengan anak kecil yang namanya sama dengannya tersebut. Namun, nihil. Hanya ada lalu lalang orang yang sama sekali tidak dikenalnya di sana.

Alangkah terkejutnya saat dia menghadap ke tanah, secarik kertas tergeletak di sana.

Dia mengambilnya dengan perlahan, dan mulai membacanya.

JANGAN PERNAH LAGI BUNTUTIN AKU KAYAK MALING YANG MAU NGAMBIL UANGKU.

♥♥♥

Adel keluar dari ruang tamu setelah selesai menyiapkan makan siang untuk keluarga ndalem. Sebab besok sudah mulai ujian madrasah, di mana pun dan kapan pun, Adel pasti membawa buku. Bukan hanya membawa, tentu saja ia baca.

Saat sudah melewati pintu, dia langsung membuka buku paket Bahasa Arab lalu dibacanya sambil berjalan. Ia terlalu fokus menghafalkan mufrodat-mufrodat  yang ada di buku tersebut, hingga tak sadar bahwa ia dibuntuti oleh seseorang di belakangnya.

Orang itu terus mengikuti langkah Adel dengan sangat pelan agar tak mengganggu kefokusan Adel.

Samar-samar Adel mendengar dentuman kaki berjalan. Ia tak menghiraukannya. Namun, semakin banyak langkah kaki yang ia jalankan, suara itu semakin terdengar dengan jelas.

Tanpa membalikkan badan terlebih dahulu, Adel memberikan peringatan. "Gak usah ikutin aku. Kalau masih buntutin, aku akan—"

"Akan apa?" jawab seseorang yang mengikuti Adel dibelakangnya.

Mulutnya tercekat. Dirinya seakan menjadi sebuah patung. Saraf-saraf tubuhnya seakan kehilangan fungsinya.

"Ratna," lirih Adel kemudian balik kanan.

"Iya, ini aku," tutur Ratna dengan mata sembab.

Adel refleks memeluk Ratna tanpa ijin terlebih dahulu. Ia mengeratkan pelukannya rapat-rapat bahagia akhirnya orang yang selama ini di doakannya kembali. Air mata juga mengucur dengan tidak sopannya.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang