بسم الله الرحمن الرحيم. اللهم صل علي سيدنا محمد و علي ال سيدنا محمد.
Part ini agak panjang, ya. Siapkan mata. Hehe.
Jangan lupa klik 🌟 dan komen
•
•
•"Lo ngapain ngejar gue?" tanya Adel tanpa menoleh ke belakang.
"Gue gak mau lo terbelenggu kebencian ke gue," papar Riski dengan tetap mengatur jarak dengan Adel agar tak menimbulkan fitnah apapun.
"Kan emang bokap lo yang salah."
Riski menghela nafas kasar. Sedetik kemudian, ia mengukir senyum di bibirnya.
"Adel."
"Hm."
"Dengerin penjelasan gue. Susah payah buat gue dapet kesempatan bicara sama lo. Kalaupun lo gak percaya, itu hak lo. Tapi, hargai perjuangan gue dengan dengerin penjelasan gue. Plis," tutur Riski.
"Oke," jawab Adel singkat.
Riski bernafas panjang. Ini kali kedua dia harus menguak kembali luka lamanya.
"Sebelum gue cerita, lo tahu nama bokap gue?" tanya Riski dengan menatap jalanan.
"Nando," ketus Adel.
"Ck," pekik Riski.
"Bener kan?" geram Adel.
"Salah. Nama ayah gue itu Nandi. Nando adalah nama kembaran ayah gue. Lo mungkin udah terkena tipu muslihatnya Om Nando pada masa itu. Rupa dan perawakannya 99% sangat mirip. Namun, perilakunya berbanding terbalik. Ayah gue itu lemah lembut dan baik, kalo Om Nando itu keras dan pintar memainkan taktik. Dan yang udah membawa lari uang ayah lo adalah Om Nando, bukan ayah gue."
Riski memgambil nafas jeda pembicaraannya.
Walaupun Adel berjalan di depan Riski, tapi telinganya fokus mendengar penjelasan Riski.
"Om Nando berulah saat gue sekeluarga sedang ke rumah nenek di Jakarta. Dia berhutang pada Pak Zaenal sebesar lima puluh juta dengan mengaku dirinya adalah Nandi. Setelah itu, dia menghilang entah ke mana. Gue ataupun ayah gue juga gak tahu bahwa Nando menghilang." lagi-lagi, Riski bernafas panjang.
"Satu minggu kemudian, gue sekeluarga pulang ke Bogor karena mendengar berita dari salah satu teman Ayah bahwa Nando telah membawa lari uang Pak Zaenal. Ayah gue langsung nyari Pak Zaenal, tapi rumah kalian sudah gak berpenghuni. Ayah gue akhirnya bertanya ke tetangga, dan ternyata Pak Zaenal sudah meninggal karena stroke dadakan. Ayah gue berpikir ini semua pasti ada sangkut pautnya dengan uang yang dibawa lari Nando. Namun, Ayah gue selalu nyalahin dirinya sendiri karena gak bisa ngendaliin ulah Om Nando yang membuat nyawa orang melayang."
Riski menghentikan langkahnya. "Tolong berhenti sejenak, Del!" perintah Riski yang langsung dipatuhi oleh Adel.
"Kita sekarang sama-sama jadi anak yatim. Ayah gue udah meninggal tahun kemaren. Apakah lo masih benci sama gue?" pinta Riski sambil menatap punggung Adel yang ada di depannya.
Adel tak berkutik. Pikirannya meracau bingung. Hatinya merintih tak bisa diartikan. Ia tidak tahu harus berucap apa dan bagaimana. Dia masih berusaha memercayai ucapan yang keluar dari mulut Riski.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...