Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.•
•
•Adel merebahkan tubuhnya di kasur yang telah disiapkan Ratna. Dia memejamkan mata sejenak guna mengistirahatkan netranya yang lelah. Tak lama kemudian, ia bangun dan mengeluarkan seluruh isi tasnya.
Ia memutuskan membersihkan tasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan alam mimpinya. Sesibuk apapun Adel, kebersihan tetaplah nomor satu.
Aktifitasnya terhenti saat menemukan dua gelang berwarna hitam dari rajutan benang. "Perasaan, aku cuma punya satu gelang. Kenapa malah jadi dua? Emang gelang bisa beranak ya?"
Dia mengoceh kepada dirinya sendiri. Sedangkan Ratna, sudah membuat pulau kapuk di sampingnya. Adel mengenakan satu gelang itu ke tangannya. Dan yang satunya lagi, ia simpan di kotak pensilnya.
"Tapi, gelang ini seiras banget sama punyaku. Malahan, bisa dikatakan sama." Adel berpikir keras dan menebak-nebak punya siapa gelang tersebut. "Apakah punya Riski?"
Bukannya menemukan jawaban, Adel malah tertidur. Dia ikut menyelam ke alam mimpi bersama Ratna.
♥♥♥
Pulangan pondok tiba.
Seluruh santri, baik laki-laki atau perempuan sudah mengemasi barang-barang yang nanti akan dibawa pulang. Mereka juga sudah melakukan ro'an atau kerja bakti membersihkan pondok sebelum pulang.
Hari ini adalah hari yang dinanti semua santri karena akhirnya bisa melihat tanah kelahirannya. Bisa berkumpul dengan sanak keluarga, bisa melakukan hal-hal diluar aturan pondok, dan lain sebagainya. Mereka pun saling berpelukan sebab dua minggu ke depan, mereka akan berpisah dan tidak bertemu.
"Adel, keluar yok," ajak Ratna.
"Ke mana?"
"Warung bakso."
"Kamu mau nraktir aku?" tanya Adel.
"Iya, mau gak?" Ratna menjawab pertanyaan Ratna dengan menyunggingkan senyum.
"Mau dong. Ayok sekarang." Adel mengandeng lengan Ratna lalu keluar dari aula pondok.
Ratna terus menyunggingkan senyum. Ia menatap Adel dengan rasa sesal. Ini adalah hari terakhir dia bisa bersama dengan Adel. Bisa tersenyum dan melakukan hal-hal konyol bersama.
Ia menatap Adel memakan bakso dengan tatapan sendu. Jujur, ia tak ingin berpisah dengan sahabatnya itu. Adel adalah sahabat terbaik yang pernah dimilikinya. Juga, Ratna tidak mau dia merasa sendiri saat tidak ada dirinya nanti.
"Huh." Ratna menghela nafas kasar.
"Kenapa, Na?" tanya Adel khawatir melihat raut muka Ratna yang kusut.
"Gakpapa," ucap Ratna.
"Yaudah lah."
Mereka kembali ke pondok setelah menyelesaikan makan baksonya. Ratna dan Adel bercengkrama seperti biasanya. Namun, sedari tadi, hati Ratna sangat gelisah. Ia terus berkutat dengan pikirannya bahwa sebentar lagi, ia akan menikah.
Ternyata, orang tua Ratna sudah menjemput dirinya. Ratna semakin gelisah dan bingung harus melakukan apa. Ia takut, takut akan kehilangan semuanya. Kehilangan mimpinya, sahabatnya, dan suasana pondoknya. Dia belum siap menghadapi kehidupan barunya bersama orang yang tak pernah dikenalnya. Karena sampai sekarang pun, hati Ratna hanya ada nama Allah, Rosululloh, dan Rif'an Faisal Ramadan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...