24.💞

867 113 5
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.



Gus Alif menatap tajam mata Ummi."Alif itu sebenarnya, ...."

"KAK," teriak Gus Albab.

Gus Alif menghentikan pembicaraannya. "Ada apa, Dek?"

"Albab mau es krim. Beliin ya," ucap Gus Albab dengan memasang wajah melas.

"Yes. Terima kasih adikku. Kali ini, kamu menolong kakak dari pertanyaan mematikan ini," batin Gus Alif.

"Siap," sahut Gus Alif lalu mengambil kunci motor di meja. "Alif pergi dulu, Mi, Del."

Sepanjang perjalanan, Gus Alif tak henti-hentinya mengucapkan kalimat hamdalah Karena akhirnya bisa menghindari pertanyaan Umminya itu. Dia belum siap untuk mengutarakan Perasaannya pada Adel. Biarlah waktu yang bisa menjawab kapan Gus Alif akan siap.

♥♥♥

Asrama putri kini sudah kosong tak berpenghuni. Sudah tidak ada orang lagi di dalamnya. Seluruh santri putri telah pulang ke rumahnya masing-masing,termasuk Adel. Gus Alif dan Gus Albab pun berkeliling asrama putri dari kamar satu ke kamar yang lain sebab perintah dari Ummi.

Gus Alif memperhatikan dengan detail setiap ruangan yang ada di asrama putri. Sampai akhirnya, dia di kamar yang bernama khumaira. Kamar Khumaira adalah kamar yang ditempati Adel, Ratna dan santri yang sudah lama mondok. Gus Alif pun tertarik dengan sebuah loker yang tertulis nama Adelia Rahma di pintunya.

Dia sangat menyukai nama itu. Walaupun dia hanya santri biasa, tapi dialah wanita yang selama ini selalu berkutat di pikiran Gus Alif. Namanya selalu terngiang di otak Gus Alif. Karena tingkahnya, Gus Alif selalu mengukirkan senyum di bibirnya.

"Bukunya masih tersimpan dengan rapi. Kamu baik untuk menjaga sesuatu. Dan aku harap, aku tidak salah untuk memilihmu agar kelak kamu akan selalu menjaga diriku dan menjadi pendamping hidupku." Gus Alif berucap dalam hati.

Gus Albab menarik lengan Gus Alif agar keluar dari kamar Khumaira itu. Gus Alif pun hanya bisa pasrah dan mengikuti apa yang adiknya inginkan.

"Kakak kenapa ngeliatin nama Mbak Adel terus tadi?" tanya Gus Albab.

"Gakpapa."

"Hayo, Suka ya?" goda Gus Albab.

"Gak"

Iya

"Jangan bohong, Kak," celetuk Gus Albab.

"Gak."

Iya

"Gak salah kan?" decit Gus Albab.

"GAK."

IYAAAA

"Kalau bohong cegukan lo!," papar Gus Albab.

"Gak."

Sedetik kemudian, Gus Alif cegukan. Gus Albab yang melihat kakaknya seperti itu, tertawa terbahak-bahak. "Aku bilang apa. Kak Alif bohong kan?"

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang