27.💞

900 125 28
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.



"Jika itu yang kamu mau, aku akan melakukannya," jawab Fais lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruang tamu.

Ratna sontak berdiri dan memandang Fais yang sudah berjalan menuju ruang tamu rumahnya. Ia menjerit dalam hati. Mengapa dia harus berpura-pura bahwa dia tidak ingin perjodohan ini terjadi? Padahal di lubuk hati yang paling dalam, dia sangat menginginkannya.

Ratna pun berjalan perlahan menuju ruang ramu. Hatinya sungguh sakit jika Fais harus mengatakan apa yang dikatakannya tadi. Dia sangat mencintai Fais. Namun, lagi-lagi ia hanya bisa pasrah pada takdir.

"Mungkin Fais memang bukan jodohku. Terima kasih ya Allah, telah membuatku bahagia walau hanya sebentar," lirihnya dalam hati.

Sebelum Fais membuka suara di depan keluarganya dan keluarga Ratna, dia menoleh ke belakang guna melirik Ratna. Ratna hanya membalas senyuman palsu dan menganggukkan kepala.

Ketahuilah, perempuan memang pintar dalam urusan pura-pura bahagia soal perasaan. Walaupun dia begitu mencintainya, tapi ia berusaha melepas apa yang seharusnya bisa menjadi miliknya. Karena menurutnya, kebahagiaan itu bukan hanya sekedar kepemilikan, tapi melepaskan juga sebagian dari kebahagiaan.

"Maaf," ucap Fais dihadapan semua orang yang sedang menikmati hidangan di meja tersebut.

Seluruh mata di ruangan tersebut pun mengarah ke Fais.

"Maaf untuk apa, Fais?" tanya Hana–Ibu Fais dengan sangat heran.

Fais tidak langsung menjawab pertanyaan Ibunya. Namun, dia menoleh ke belakang untuk melirik Ratna. Lagi-lagi, Ratna hanya tersenyum palsu seperti tadi.

"Fais tidak bisa melanjutkan perjodohan ini." Fais berucap sangat pelan.

Ratna yang mendengar perkataan Fais seketika menitikkan air mata. "Fais, aku sangat mencintaimu," batinnya.

"APA YANG KAMU KATAKAN FAIS?" teriak Hamzah–Ayah Fais dengan penuh amarah.

"Fais," lirih Hana–Ibu Fais.

"Maafkan Fais," tutur Fais dengan menundukkan kepala.

Hana meneteskan air mata saat mendengar penuturan anaknya itu. Dia tidak habis pikir bahwa Fais akan melakukan hal tersebut.
"PERJODOHAN INI HARUS TERJADI," cetus Hamzah dengan melotot ke arah Fais.

"Tapi Fais tidak mencintai Ratna, Yah. Fais udah suka sama perempuan lain." Fais berusaha melakukan pembelaan diri walau sebenarnya kata-katanya menyakiti hati semua orang, terutama Ratna.

"Cinta bisa muncul karena kebiasaan, Nak," elak Hana.

"Hargai keputusan Fais, Yah, Bu!"

Di sela-sela perdebatan antara Fais dan Orang tuanya, Ratna membuka suara.

"Fais berhak bahagia dengan pilihannya sendiri, Tan, Om." suara Ratna membuat semua orang yang mendengarnya tercengang. "Jangan memaksanya menikahi wanita yang tidak dicintainya."

Ratna mengakhiri perkataanya dengan senyuman manis nan tulus. Walau di dalam hatinya sedang menangis.

"Kamu yakin, Na?" sahut Marwa–Mama Ratna.

Ratna menelan salivanya. "Yakin, Ma. Ratna ikhlas kok perjodohan ini gak terjadi."

Fais tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Ratna. Ia sangat tahu bahwa Ratna mencintainya. Namun, mengapa ia setuju bila perjodohan ini tidak terjadi?

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang