Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.•
•
•"Ini punya siapa, Del? Kok bisa sepasang. Dan dibaliknya ada tulisan together and forever, pula." tangan Mbak Silfa meraih sepasang gelang dari rajutan benang yang seiras bahkan hampir sama.
Tangis Adel yang awalnya tidak bisa ia hentikan, seketika mereda saat mendengar pertanyaan Mbak Silfa. Ia perlahan menyentuh kedua gelang yang sekarang digenggam Mbak Silfa. Dia membaca dengan seksama tulisan yang ada dibalik gelang rajutan tersebut.
"To–gether and fo–rever," batin Adel dengan berusaha mengingat-ngingat ada apa dengan gelang itu.
Flashback on"Lia, Cita-citamu jadi apa?" tanya seorang anak laki-laki yang berumur sepuluh tahunan.
"Kepo."
"Cerita, dong," pinta anak laki-laki tersebut dengan memperlihatkan lesung pipitnya yang sangat manis.
"Kamu mau tahu beneran?""Iya."
Anak laki-laki tersebut mengurangi jarak duduknya dengan Lia hingga tersisa sejengkal saja. Lia pun memelototi anak itu.
"Woi, jangan deket-deket, kali. Kita bukan muhrim. Kembali ke tempat semulamu sana!" perintah anak kecil perempuan yang berhijab warna biru tersebut.
"Banyak semut di sana. Nanti kalau aku digigit gimana? Aku kan manis, Adelia!."
Lia menelan salivanya tidak menyangka bahwa teman laki-lakinya akan mengatakan hal yang menurutnya sangat menjijikkan. "Pahit iya. Asem apalagi, tapi sok berlagak kemanisan."
"Kamu gak ngakuin kalo gue manis?" tanya anak laki-laki itu yang ternyata bernama Riski.
Riski pun mencetak senyuman di bibirnya. Namun, sedikit agak berbeda dengan biasanya ia tersenyum. Kali ini, dia terlihat sangat manis hingga madu pun tak bisa menyamai manisnya senyum Riski. Ia berlaku seperti itu agar anak perempuan kecil di sampingnya tersebut mengakui bahwa ia mempunyai rupa yang manis.
Tepat saat Riski sedang tersenyum, Lia menoleh ke arah Riski. Tak bisa dipungkiri, Riski memang sangat manis. Dia pun menaruh perasaan kagum pada wajah temannya itu.
"Gimana, gue manis, kan?!" tanya Riski dengan tidak menyurutkan senyumnya.
Lia hanya terdiam. Dia semakin tidak bisa Membuka suara saat melihat lesung pipitnya itu. "Jangan senyum!" perintah Lia.
"Kenapa?"
"Dosa."
"Sejak kapan senyum dosa? Setahu gue, senyum itu ibadah. BUKAN DOSA, BAMBANG," papar Riski.
"Khusus kamu, senyum itu dosa."
"Bilang aja lo gak kuat lihat senyum manis gue, iyakan?" celetuk Riski sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ngarep," cetus Lia.
Mereka berhenti bercengkrama dan terlihat fokus menikmati pemandangan laut yang ada dihadapan mereka.
Bagi Adelia, Riski adalah orang yang sangat berarti untuknya. Dia yang bisa membangkitkan semangat hidupnya berkobar kembali setelah lama padam. Dia jugalah yang mengajarinya tentang bagaimana caranya menginjakkan kaki dibumi ini. Riskilah yang berhasil membangun benteng untuknya agar tidak mudah roboh dan rapuh.
Bagi Riski, Lia adalah anak perempuan kecil yang ingin selalu dilindunginya. Wanita yang berhasil menyentuh hatinya dengan setiap kata yang terlontar dari mulutnya. Dan dialah cinta pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...