39.💞

907 112 2
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan Komennya.



Zahra memutar bola matanya bingung. "Apa?"

Adel tersenyum pahit menatap Ibunya kemudian mengedarkan pandangan ke kursi depannya.

Adel bercerita pada Ibunya tanpa melebih-lebihkan atau menambahi sebuah fakta. Ia memasang wajah marah dan geram di tengah-tengah ceritanya.
Seperti penyakit kulit yang mudah menular, wajah Zahra juga marah dan geram melihat wajah Adel yang merah padam. Zahra pun tersenyum smirk lalu menyela cerita Adel.

"Siapa namanya?" tanya Zahra.

"Riski, Bu!"

♥♥♥

"Gue kok tiba-tiba kepikiran Adel, ya." Riski memijat kepalanya yang tidak pusing. "Dia ke mana seminggu gak kelihatan."

Dia tak sadar bahwa di belakangnya ada Si Jaka Tingkir abal-abal, siapa lagi kalau bukan Zafran, yang hobinya nguping urusan orang. Tingkat kekepoannya pada kakak kelasnya ini sudah mencapai tingkat langit ke-6 sebelum langit sidratul muntaha.

"Kangen, ya," goda Zafran sambil nyengir di samping Riski.

Tanpa ba bi bu, Riski menampar pipi Zafran. "Lo udah dari kapan di sini?" ketusnya.

"Dari tadi," jawabnya dengan mengelus-elus pipi tanpa jerawat tersebut.

Riski menghembuskan nafas kasar.

"Gue punya solusi, Kak. Lo mau?" tawar Zafran saat Riski hampir beranjak dari duduknya.

"Masuk akal gak?" tanya balik Riski.

"Pastilah."

Riski kembali ke posisi semulanya yaitu duduk. Dia mendekatkan telinganya ke wajah Zafran.

Zafran pun mengucapkan sesuatu di telinga Riski dengan sangat pelan. Riski hanya mengangguk-ngangguk dan sesekali mengangkat sebelah alisnya.

"Sok rajin, lo!" decit Riski.

"Mau gak?" tanya Zafran dengan yakin.

"Bentar, Gue malah kepikiran sama Gus Alif yang mau ngelamar Adel."

Jari telunjuk Zafran menggosok-gosok area dagunya. "Kesampingkan dulu soal lamaran Gus Alif. Kalau lo mau maju, trabas aja. Lo mau dia milik Gus Alif?"

Riski menggelengkan kepalanya dengan mantap. Walaupun sebenarnya hatinya ragu. Pantaskah dia yang masih bau kencur bersaing dengan Gusnya yang sudah mapan?

"Ayok gas," ajak Zafran yang sudah berdiri.

"Sekarang?"

Zafran menganggukkan kepala. Riski pun beranjak lalu berjalan di belakang Zafran.

Sesampainya di ndalem, Zafran mendapati Gus Alif yang sedang membaca alqur'an di ruang tamu. Dia pun tersenyum puas.

"Beruntung," lirih Zafran dengan mata berbinar.

"Assalamualaikum," salam Zafran lalu disusul Riski.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang