8.💞

1.3K 149 74
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.



"Apakah Kang Fais suka sama Adel?" pertanyaan Ratna sukses membuat langkah Fais terhenti.

Fais menelan air Liurnya karena kaget mendengar pertanyaan Ratna.

"Jawab, Kang."

"Aku sudah mulai menaruh rasa dari pertama kali aku melihatnya di masjid, saat dia nabrak Riski. Namun, aku belum terlalu yakin dengan perasaanku karena aku belum begitu tahu detail tentang Adel," ucap Fais jujur lalu melanjutkan langkahnya ke tempat tujuan.

Ratna mematung mendengar jawaban dari mulut Fais.

"Ternyata, dia menyukai sahabatku sendiri. Aku harus ikhlas melepasnya dan belajar melupakan sosok Fais di hidupku."

"Ohhh begitu, Kang. Tungguin aku dong!" Ratna mempercepat langkah kakinya agar bisa menyamai langkah Fais.

Setelah sejajar dengan langkah Fais, ia membuka suara.

"Adel orangnya baik, pinter, sabar banget dan kayak gak pernah dendam sama orang lain. Walaupun orang itu pernah nyakitin perasaanya," ungkap Ratna menceritakan sisi baik Adel.

"Iya kah?" Raut Fais semakin penasaran dengan sosok Adel.

"Iya, Kang. Kalau kamu bener-bener cinta, diperjuangin ya. Fighting." Ratna menyemangati Fais dengan wajah sumringah.

Sakit.

Hati Ratna terasa sangat sakit mendengar setiap kata yang terlontar dari laki-laki yang selama ini ia idamkan.

Kata yang tak mengandung duri, tapi mampu menusuk hingga relung hatinya.

Dia berusaha tegar dan menepis perasaanya agar sahabatnya bisa mendapatkan kebahagiaan.

Sesampainya di tempat tujuan, Fais dan Ratna beserta panitia-panitia lain bergegas mengatur meja, kursi dan degdog ruangan.

Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sampai-sampai tidak ada yang melihat Gus Alif berdiri di antara mereka.

Arya yang melihat Gus Alif pun kaget dan langsung menyalaminya. Arya juga memberikan kode pada seluruh panitia untuk berisitirahat sejenak menyambut kedatangan Gus nya.

Setelah semuanya berkumpul, Gus Alif memberikan sedikit pengarahan untuk mendekor ruangan lomba seni gambar.

"Sekertarisnya mana?" Gus Alif bertanya pada seluruh panitia yang ada di ruangan.

"Sa–saya, Gus." Lilin mengangkat tangan.

"Jumlah semua peserta berapa?" tanya Gus Alif.

"Pe–pe rempuannya enam, dan laki-lakinya ada de–delapan." Lilin menjelaskannya dengan terbata-bata.

"Oke terimakasih," ucapnya kepada Lilin. "Nanti, letak meja nya dibuat melingkar aja yah, agar panitia mudah buat ngawasinnya. Agar pesertanya juga bisa saling kenal. Di perlombaan ini, laki-laki dan perempuan boleh campur Karena ini adalah perlombaan umum. Namun, inget batasan. Walaupun boleh campur, ini masih di area pondok. Jadi hanya boleh bercengkrama saja, itu pun jaraknya harus satu meter. Paham?"

"Paham," jawab mereka serempak.

Seluruh peserta pun melanjutkan aktifitasnya dengan senang hati.

"Kang Fais," panggil Ratna.

"Iya, ada apa?" kata Fais sambil menyeret sebuah meja.

"Kamu gak titip salam buat Adel? Besok kan dia lomba," ucap Ratna Lirih disampingnya.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang