9.💞

1.2K 148 41
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya



"Bismillahirrahmanirrohim." kang Aldi mulai membuka suara. "Juara tiga lomba seni gambar diraih oleh villa dan Yoga."

Tepukan dari telapak tangan seluruh santri terdengar begitu ramai.

Villa dan Yoga melangkah maju ke depan dan berdiri tepat di samping Fais.

Kang Aldi pun melanjutkan pengumumannya."Juara dua diraih oleh Sista dan Riski."

Tepukan yang semakin riuh terdengar memenuhi seisi ruangan aula.

Riski dengan komuk malasnya dan Sista yang menampakkan wajah yang berseri-seri berjalan ke depan.

"Juara pertama di raih oleh Adel dan Wahyu, bagi pemenang pertama lomba seni gambar ini akan mendapat tambahan hadiah dari Gus Alif. Silahkan menuju ke depan," perintah Kang Aldi.
Adel masih memasang wajah terkejut menerima kenyataan yang menimpanya ini. "Apakah ini mimpi?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Adel menepis pikirannya bahwa semua itu hanya mimpi. Dia menyakinkan pada dirinya bahwa ini semua adalah sebuah kenyataan bukan hanya sekedar mimpi.

Adel berjalan pelan ke depan dan memilih bersanding di dekat Ratna.

Gus Alif menyerahkan hadiah kepada para pemenang. Mulai dari juara tiga hingga juara satu.

Namun, saat menyerahkan hadiah untuk Adel, Gus Alif terdiam sejenak dan menatap lekat mata Adel.

Hal itu tidak di curigai oleh santri-santri lain, tapi ada satu santri yang sadar akan perihal tatapan Gus Alif tersebut.

Dia yang mulai menyimpan rasa dan ingin menumbuhkannya seiring berjalannya waktu.

Laki-laki itu adalah Fais. Walaupun kelihatannya dia tidak memperhatikan Adel, Namun fokusnya hanya tertuju pada wanita seangkatannya itu.

"Ada apa dengan Gus Alif?" batin Fais melihat tatapan aneh muncul dari pandangan Gus Alif pada Adel.

Acara pembagian hadiah pun selesai. Seluruh santri kembali ke asramanya masing-masing untuk bersiap mengaji diniyah. Terkecuali panitia sebab mereka harus membersihkan aula terlebih dahulu.

"Kang Fais," panggil Ratna.

"Iya?"

"Kenapa kamu kelihatan sedih?" tanya Ratna penasaran.

"Gak apa-apa, Na," jawab Fais singkat.

"Cerita aja," ungkap Ratna.

"Gak ada apa-apa, Ratna," tukas Fais.

"Beneran? Kapan-kapan kalo mau cerita, aku siap jadi pendengar kok," ucap Ratna.

"Jujur, aku ingin sekali mengusap air matamu, tapi apalah dayaku yang hanya bisa berucap dalam diamku," lirih Ratna dalam hati.

"Makasih, Na." tutur Fais.

♥♥♥

Dua hari kemudian

"Akhirnya aku bisa nyium bangku kesayanganku," kekeh Adel dengan memeluk bangku sekolah yang ada di samping kanannya.

"Ya Allah, gini amat punya temen. Bangku aja pengen dia cium, apalagi suaminya nanti," celetuk Ratna dengan raut tanpa dosa setelah apa yang dikatakan barusan.

Tangan Adel menjitak kepala Ratna. "Mau tambah?" lontar Adel.

"Satu kali udah cukup, Ratu. Jangan tambah lagi. Dayang Ratna sudah tidak kuat," pinta Ratna yang membuat Adel jijik mendengarnya.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang