20.💞

1K 126 20
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya.
Kalau kalian bacanya pas offline, tetep klik bintangnya. Nanti pas datanya hidup, votenya masuk kok.



H-1 perlombaan.

Adel dan Riski mulai serius berlatih kaligrafi. Soal pertengkaran kemarin, mereka telah melupakannya. Antara Adel dan Riski sudah saling memaafkan. Justru, hubungan pertemanan mereka semakin hari semakin membaik. Saling perhatian satu sama lain, menciptakan suasana nyaman, dan saling mendukung.

Perlahan juga, Adel juga melupakan sosok Fais yang dulu pernah singgah di hatinya. Ia terjerembab kondisi yang membuatnya merasakan apa artinya sebuah kebahagiaan.

Empat jam berlalu. Adel dan Riski mulai mengemasi barang-barangnya ke dalam tas dan bersiap kembali ke asrama masing-masing. Adel tersenyum ke arah Riski saat dia telah selesai melakukan pekerjaannya itu. Riski pun membalas dengan senyuman sehingga kedua dimplenya tampak.

"Jangan senyum," decit Adel.

"Kenapa?" Riski menjawab dengan wajah heran.

"POKOKNYA JANGAN!"

"Sebuah larangan adalah perintah bagiku," kekeh Riski.

"Sejak kapan?"

"Rahasia." Riski menyunggingkan senyumnya lagi.

"SENYUMLAH." Adel memerintah Riski dengan wajah malu.

Riski terus tersenyum. Kedua dimplenya menambah manis dan elok parasnya.

"Subhanalloh," batin Adel.

"Katanya larangan adalah sebuah perintah. Berarti, perintah adalah sebuah larangan kan!" jelas Adel.

Riski hanya tersenyum.

"Kenapa kamu selalu tersenyum?" tanya Adel, "Sebelumnya, kamu gak pernah tersenyum kayak gitu. Setahuku kamu cuma ketus dan selalu memasang wajah galak."

"Kepo," jawab Riski singkat. "Balik ke asrama sekarang, Del."

"Untuk pertama kalinya dia memanggilku dengan namaku. Dia kesambet apa?" lirihnya dalam hati.

"Oke." Adel menggendong tasnya.

Riski sudah melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Sedangkan Adel masih dalam keadaan duduk.

"Bagaimana ini?" resahnya.

Ia bingung harus bagaimana karena mendapati dirinya menstruasi hari pertama.

"Tidak ada solusi lain," batinnya.

"RISKI," teriak Adel.

Riski pun menghentikan langkahnya dan memutar balik tubuhnya.

Tubuh Adel gemetar. Ia bingung harus berbicara apa dan bagaimana.

"ke sini," perintah Adel.

Tanpa penolakan, Riski pun mendekati Adel.

"Jangan deket-deket."

Riski pun berhenti.

"Riski," panggil Adel.

"Dari tadi lo manggil-manggil gue terus. Ada apa hah?" tanya Riski sebal.

"Aku me—"

"Mengantuk?" celetuk Riski.

"Enggak. Aku me—"

"melongo?" lontar Riski.

"Menstruasi," lirih Adel sambil menunduk malu.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang