40.💞

890 106 3
                                    

Selamat membaca :-)
Jangan lupa vote dan Komenny.

♥♥♥

20.00 WIB

Adel mengecek satu per satu barang yang sudah dikemas di dalam tas besarnya. Mulai dari baju, alat mandi, barang pribadi, buku-buku dan kitab, alquran, serta barang-barang lainnya yang ia butuhkan di pondok barunya nanti.

Ia meluruskan lengannya lalu memijat pelipisnya. Sehari penuh ia tidak beristirahat sama sekali, dan sekarang tubuhnya terasa pegal dan sedikit pusing kepala.

Setelah pulang dari acara akhirussannah MA Ar-rohman, dia langsung menyiapkan barang-barangnya yang akan dibawanya ke Pondok Pesantren Al-Munawwaroh. Dia tak ada waktu untuk bersantai atau hanya sekadar membaringkan tubuh. Makan pun, sampai disuapi oleh Ibunya.

Setelah dirasa komplit dan tak ada yang ketinggalan, barulah ia duduk sambil menyelenderkan punggungnya. Sejenak ia memejamkan mata untuk menetralisir gugupnya karena akan berangkat ke pondok barunya, yaitu Ponpes Al-Munawwaroh.

Flashback on

Setelah pembawa acara mengucapkan salam penutup acara akhirussannah, Adel buru-buru melangkahkan kakinya untuk segera pulang. Dia tidak ingin berlama-lama berada di tempat yang di mana ia terus menerus merasa bersalah.

"Adel!" teriak Mbak Silfa yang membuat langkah Adel langsung terhenti.

Adel berbalik badan mencari orang yang memenggilnya.

"TUNGGU! JANGAN PULANG DULU," timpal Mbak Silfa dengan nafas terengah-engah.

"ADA APA, MBAK?" jawab Adel dengan teriakan karena jarak yang masih lumayan jauh dengan Mbak Silfa.

"ADA TITIPAN DARI GUS ALIF," tangkas Mbak Silfa.

Adel mengangkat sebelah alisnya. "BUAT MBAK SILFA AJA!" ucapnya kemudian berlari menjauh dari Mbak Silfa.

Flashback off

Adel membuka matanya saat mengingat perkataan Mbak Silfa yang katanya ada titipan dari Gus Alif. "Kira-kira apa yang yang mau dikasihkan ke aku?" batinnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kok aku malah kepo. Udah lupain Gus Alif dan lihat Gus baru yang nanti ada di Ponpes Al-Munawwaroh. Pasti lebih uwaw," celetuknya. Namun, sedetik kemudian ia mengelus dadanya. "Astaghfirulloh, Adel. Mondok bukan karena pengen liat anaknya Kiai, tapi buat cari ilmu lillahi ta'ala."

Dia melirik jam yang terpasang di dinding bernuansa hijau rumahnya.

Pukul 21.30 WIB.

"ADEL, TRAVELNYA UDAH SAMPAI. KAMU SIAP-SIAP BERANGKAT YA!" teriak Ibunya yang sedang membuatkan kopi untuk sopir travel langganannya.

"Iya, Bu."

Adel mengangkat dua tas besarnya, satu tas gendong, dan satu plastik hitam isi makanan dan cemilan dari Ibunya.

Setelah meletakkan seluruh tasnya ke dalam travel, ia menyusul Zulfa yang sedang merapikan hijabnya. "Kamu ikut?" tanya Adel.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang