5.💞

1.5K 181 167
                                    

Happy reading 💞
Jangan lupa vote dan komennya



Senyum mengembang dengan manisnya di bibir Adel. Mengapa tidak? Hari rabu adalah hari yang sangat dinanti-nanti oleh seluruh santri putri Pondok Pesantren As-syifa tak terkecuali Adel.

Yaitu hari di mana Gus Alif akan naik mimbar masjid As-syifa dengan gagahnya untuk mengisi ngaos sore rutinan. Juga, hari di mana Adel rehat dari kesibukannya di dapur.

"Ratna, nanti aku bareng ke masjid sama kamu," ucap Adel.

"Emang kamu gak ada pekerjaan lagi di dapur?" tanya Ratna.

"GAK, DONG." sorak Adel yang membuat teman sekamarnya melirik ke arahnya.

"Pelan-pelan kenapa. Tuh, kan di plototi banyak manusia."

"Biarin ah, lagian jarang-jarang aku bisa ikut ngaos seperti ini. Iya kan?"

"Iya sih, nanti kita ghibah Gus Alif ya," bisik Ratna di telinga kanan Adel.

"Siap."

Memang perempuan itu tidak bisa di pisahkan dengan yang namanya gibah. But, jangan dibiasakan, Karena dosanya sama dengan makan daging dan darah kental orang yang dighibahin. Jijik kan! Makanya sebijak mungkin dalam menggunakan lisan.

"Na, kira-kira gantengnya kayak apa ya?" celetuk Adel penasaran dengan rupa Gus Alif.

"Jangan di bayangin, pokoknya Gus Alif itu ganteng banget. Kamu sih kemaren gak ikut acara penyambutan."

"Kalo bukan karena Ummi nyuruh aku buat makanan, aku sudah berada di garis terdepan," pekik Adel.

"Udah, jangan disesali. Toh kamu sudah melakukan hal spesial buat Gus Alif."

"Iya, sih."

Lima belas menit lagi ngaos Fathul Qorib dimulai. Seluruh santri bergegas untuk berangkat ke masjid As-syifa dengan membawa kitab kuning dan berpakaian rapi serba sarung.

Tiba-tiba dari ruang tamu, terdengar teriakan seorang anak kecil.

"MBAK ADEL."

"Adel dipanggil Gus Albab tuh," celetuk Villa yang baru saja dari ruang tamu.

Adel menghela nafas kasar.

"Jangan bilang kalau hari ini aku gak jadi berangkat ngaos lagi," gerutunya dalam hati.

Adel menyusul Gus Albab yang sedang menonton sinema Upin Ipin di layar tv.

"permisi, Katanya Gus Albab manggil saya?" tanya Adel.

"Iya, Mbak, aku pengen makan bubur ayam buatan Mbak Adel," rengek Gus Albab.

"Iya, Gus. Mbak Adel ke dapur ya. Mau buat bubur ayam dulu."

"Aku tunggu di sini ya, Mbak."

"Iya, Gus." Adel lalu melangkahkan kakinya ke dapur.

Bukannya langsung ke dapur, Adel malah belok ke Asrama putri untuk menemui Ratna. Ia meminta maaf kepada Ratna karena tidak bisa menemaninya ke masjid untuk ngaos.

Setelah berbicara dengan Ratna, Adel bergegas ke dapur agar buburnya dapat selesai dengan cepat. Dengan harapan, masih ada sisa waktu untuk bisa mengikuti ngaos di masjid.

"Sabar-sabar," lirihnya.

Untungnya, Mbak Silfa sedang free dan bersedia membantu Adel membuat bubur ayam.

Mahkota Impian Santri ✓[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang