Selamat membaca ●︿●
Jangan lupa vote dan komennya♥♥♥
Adel berjalan cepat menuju tempat hape pondok berada. Derai air matanya mengucur dengan derasnya dari pelupuk matanya. Nafasnya terasa sesak karena tangisannya.
Sesampainya di ruang hape pondok, Adel mendapati tiga santriwati yang sedang mengantri. Ia pun menepuk bahu salah satu santriwati yang sepertinya antrian paling akhir.
"Setelah kamu," ujarnya pada Ara, santri ponpes Asy-syifa juga.
"Iya, Mbak," jawab Ara.
Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya tiba gilirannya. Dia pun menerima hape nokia pencet dari Ara.
"Aku duluan ya, Mbak," pamit Ara.
Adel tak menjawab apapun. Ia hanya menganggukkan kepalanya.
"Alhamdulilah gak ada orang," batinnya sambil melihat sekelilingnya.
Dia menemukan subjek nomor 'Ibu Adel'. Dia pun langsung memencet panggil.
Tak menunggu waktu lama, Zahra-Ibu Adel mengangkat teleponnya.
"Assalamualaikum, Bu"
"Waalaikumussalam, Nak. Gimana kabarmu"
"Ibu, Adel pengen ngomong sesuatu"
"Apa, Del?"
"Adel boleh boyong sekarang?"
.....
"Boleh, ya, Bu. Adel mohon"
.....
"Nanti kalau udah di rumah, Adel ceritain."
"Ibu mendukung apapun keputusanmu, yang penting kamu bahagia."
"Terima kasih, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, besok Ibu jemput."
Adel mematikan panggilannya lalu menghela nafas panjang. Air matanya pun mengucur kembali.
Entah kenapa hatinya sangat sedih. Seharusnya dia merasa bahagia dan senang dengan kejadian kemarin. Namun, kenyataannya adalah sebaliknya. Dirinya gusar dan tidak nyaman dengan keadaannya yang sekarang.
Dia merasa semua yang terjadi kemarin hanyalah sebuah fatamorgana saja. Ilusi yang cuma bersifat sementara dan hanya terjadi di dunia khayalan semata.
"InsyaAllah aku yakin dengan keputusanku," lirih Adel dalam hati.
♥♥♥
Keesokan harinya, Adel memberesi semua isi lokernya. Baik loker baju maupun loker buku.
Ia memindahkan seluruh isi loker ke dalam tas besar yang biasanya disebut harves. Di sampingnya, terdapat Mbak Filma yang juga ikut membantu Adel beres-beres.
"Adel, kamu yakin mau boyong?" tanya Mbak Silfa dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, Mbak," jawab Adel singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Impian Santri ✓[END]
Teen Fiction"Maksud kamu apa megangin hijabku?" ketus Adel tanpa menoleh ke arah Riski. "Lo ngapain pindah pondok?" tanya Riski keluar dari topik. "Bukan urusan kamu!" "Lo pindah pondok mana?" Riski tetap menanyakan hal yang sama walaupun tidak mendapatkan ja...