Cowok berseragam putih abu itu melangkahkan kakinya menuruni tangga, langkahnya cukup santai namun matanya tetap seperti mengintimidasi seisi rumah. Pandu menghela napasnya kasar saat matanya menangkap seorang lelaki yang umurnya tidak terlalu jauh darinya, hanya berbeda 5 tahun diatasnya. Lelaki itu berada di ruang makan, menikmati sarapnanya dengan begitu nikmat ditemani dengan seorang wanita paruh baya yang baru saja membenarkan jas hitam kantor milik pria itu.
Pandu mempercepat langkahnya saat melintasi ruang makan, ia benar-benar menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah itu.
"Pandu, Nak," teriak Dinda- Ibu Pandu.
Pandu tidak memedulikan suara itu, justru ia semakin mempercepat langkahnya.
"Nak, kamu gak sarapan?" rupanya Dinda mengejar Pandu sampai ia berhasil menahan lengan Pandu dari belakang.
Pandu terpaksa berhenti, ia menoleh ke arah Ibunya, namun tatapannya masih sama seperti hari-hari sebelumnya—selalu berapi-api. "Di sekolah aja."
"Kenapa gak sarapan di rumah sayang? Mama udah bikinin kamu sarapan loh padahal."
"Semenjak Papa nggak ada kan memang Pandu gak pernah sarapan di rumah." ujar Pandu kemudian meninggalkan Dinda yang kini mati kutu di tempat.
***
Dengan emosi yang berusaha ia redam, Pandu menatap lurus ke depan untuk tetap berjalan menuju kelasnya. Entah mengapa mood-nya selalu buruk setiap pagi.
"Bebsky!!"
"Pandu, sayang gue!"
"Anjrit tumben raja es masuk pagi!!"
"Pandu, ada salam dari temen gue!"
"Ndu, lo ganteng banget hari ini fix no debat!"
Heuh. Jengah sekali rasanya setiap hari harus mendengarkan beribu pujian dari para fans Pandu. Namun si cowok dingin itu tetap tidak peduli terhadap sekitarnya, tujuannya hanya satu; yaitu kelas.
"Eh, Pandu anak ganteng... Tumben udah dateng,"
Itu sahutan dari Habib yang kini sudah terpampang jelas sedang duduk manis di bangkunya. Pandu menaruh tas ranselnya yang tidak berisi apa-apa selain charger ke atas mejanya.
"Lo sendiri juga tumben udah dateng," ucap Pandu setelah ia duduk di bangkunya.
"Gue setiap hari dateng jam segini ego!" Habib menghampiri Pandu, "sarapan yuk, nih Gibran barusan bilang di grup dia lagi di kantin sama Jeri sama Ciko."
"Duluan deh, gue nyusul."
"Yaudah, gue cabut ya."
Habib berlalu, meninggalkan Pandu yang duduk di bangkunya. Pandu menghela napasnya panjang, sepertinya mood-nya memang benar-benar tidak bagus hari ini.
Namun sedetik kemudian Pandu teringat seseorang, ia menoleh ke samping kirinya—tempat duduk Gebi. Entah apa yang ada di kepalanya, mengapa ia tiba-tiba bisa memikirkan gadis itu.
***
Ini sudah memasuki jam pelajaran kedua tetapi gadis yang biasanya duduk bersama Pandu belum datang juga, hampir saja ia dialfakan kalau bukan Citra sekretaris kelasnya. Untung saja Citra sangat pengertian, walaupun ia tak tahu kabar Gebi mengapa tidak masuk, tapi ia tetap menulis "izin" untuk Gebi di absen. Teman yang baik.
Dari mulai pelajaran pertama tadi, Pandu tidak keluar kelas sama sekali. Bahkan sampai Jeri dan Ciko menghampiri ke kelasnya pun ia tetap menolak untuk diajak bolos, padahal biasanya ia selalu nafsu dengan hal itu.
Sebelum bel masuk jam istirahat kedua berbunyi, Pandu berjalan menghampiri tempat duduk Citra yang ada di bagian paling depan.
"Cit, Han,"
Citra yang terlihat sedang bergosip ria dengan Hanin itu pun menoleh ke arah Pandu. Kedua cewek itu sama-sama menaikkan satu alis mereka.
"Gebi kenapa gak masuk?" tanyanya, langsung to the point. Cowok itu memang tidak suka bertele-tele.
Sebelum menjawab, Citra beradu tatap dengan Hanin beberapa saat untuk kemudian mereka menggelengkan kepala ke arah Pandu.
"Kan lo berdua temennya, masa gak tau?"
"Gebi gak ada kabar," jawab Citra.
"Nomornya gak bisa dihubungin, semua sosial media Gebi juga gak aktif." tambah Hanin.
Pandu mengangguk saat sebelumnya sempat berpikir sejenak.
Setelah Pandu kembali ke tempat duduknya, Citra dan Hanin mulai saling melempar pertanyaan dengan kehebohan ciri khas mereka.
"Anjrit, demi apa Pandu nyariin Gebi?!"
"Yang barusan itu beneran, Cit?"
***
Entah mengapa sejak tadi pikiran Pandu yang mulanya tidak pernah memikirkan sesosok gadis pun sekarang justru seluruhnya tertuju pada seorang gadis yang selalu menjadi alasannya malas masuk kelas karena harus duduk bersamanya.
Setelah bel pulang sekolah, Pandu bilang kepada teman-temannya untuk tidak ikut kumpul dulu hari ini dengan alasan dirinya butuh istirahat di rumah. Meski teman-teman Pandu sangat meyayangkan, namun mereka harus tetap memaklumi hal itu.
Cowok berahang tegas itu menyelinap di kerumunan orang-orang yang sedang sibuk menusuri koridor untuk pulang. Mata Pandu harus tetap jeli, ia tidak boleh ketinggalan langkah gadis cantik yang kini sedang ia ikuti.
Pandu berhasil menyelinap hingga akhirnya ia bisa memberhentikan langkah gadis itu.
"Maaf,"
"Eh, Pandu, ada apa?"
"Maaf Sa, gue ganggu lo."
Elsa tersenyum manis, "gak ganggu kali, kamu kayak apa aja deh." gadis itu terkekeh sebentar. "Ada apa, Pandu?"
"Gue—gue mau nanya Sa, Gebi kenapa gak masuk? Dia nggak ada ngasih kabar ke kelas."
Meski sebelumnya Elsa sedikit heran mengapa ia menanyakan hal itu, namun ia tetap berpikir positif; mungkin Gebi sudah bercerita dengannya bahwa mereka adalah saudara tiri.
"Hm, aku, aku nggak—"
Pandu terus menunggu jawaban gadis itu.
"Maaf Pandu, aku buru-buru." Elsa berbalik badan, berniat untuk melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil.
"Sa," Pandu menahan pergelangan tangan Elsa. Cowok itu paham sekali bahwa Elsa menghindarinya saat tahu dirinya bertanya tentang keberadaan Gebi.
Elsa memberontak, ia melepaskan genggaman Pandu. "Maaf, aku buru-buru." setelah berhasil terlepas, gadis itu berlari kencang menuju mobilnya.
Dan sudah, Pandu tidak bisa memaksa. Ia terpaksa harus membiarkan Elsa pergi, menghindar dari dirinya. Sedangkan kini pikirannya semakin bertebrangan kemana-mana. Kalau Elsa saja tidak mau memberitahu, yasudah ia akan cari tahu sendiri tanpa bantuan dari siapapun.
Padahal kalau dipikir-pikir, kenapa juga ia segininya mengkhawatirkan Gebi?
••••
A/N:
Hai hai haiii siapa yang kangen sama Panduuu? sorry bgt baru up, doain aja aku rajin up karena sepertinya bakalan iya... aku semangat bgt nulis KDR karena udah mulai masuk ke konfliknya nih, seru soalnya!!Btw guys buat kalian yang mau masuk grup WA aku, kalian bisa langsung cek linknya di bio Instagram aku ya @wardaaans 👈🏻see u! and jgn lupa nabung karena AKdH bentar lagi bisa kalian peluk versi novelnya, hayuu tahan jajannya!🥲💓
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RandomPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...