Cowok bertubuh atletis itu berjalan sambil memasukkan tangannya ke kantung celana abunya, dengan tegap ia berjalan mengikuti panjangnya koridor yang akan membawanya menuju area parkir motor.
Beribu sorai para siswi terdengar sangat membosankan menyusupi indra pendengaran Pandu. Cowok itu benar-benar harus terus menatap lurus kedepan, pasalnya jika ia menoleh sepersekian detik saja bisa-bisa semua siswi yang memandanginya akan merasa baper karena berhasil mengalihkan pandangan Pandu. Itu sih pikir mereka, padahal jujur kepala Pandu sangat pegal karena harus menatap lurus sepanjang koridor.
"Pandu, follback ig dong."
"Pandu, foto bareng dong, plis!"
"Pandu, ih, ganteng banget sih."
"Cool banget sih, Pan!"
"Pandu, lo mau jadi pacar gue gak? Maaf Ndu, cuma TOD sumpah!"
"Ndu, gue gak kuat liat ketampanan lo, sumpah!"
"Pandu, plis kondisikan muka ganteng lo!"
Pandu menghela napasnya jengah, kemudian mempercepat langkahnya saat sudah hampir keluar dari area koridor dan bersiap meneruskan perjalanan menuju parkiran motor.
"Pandu, tunggu!"
Langkah cowok itu terhenti saat kakinya baru saja menapak di luar area koridor, saat ia merasakan sentuhan di pundaknya ia segera menoleh ke belakang untuk kemudian ia dapati seseorang di hadapannya yang sumpah demi apapun ia sangat bosan sebab harus bertemu gadis itu lagi.
Satu alis Pandu terangkat sebagai respon. Cewek itu, Gebi, langsung melepas tas ranselnya dan segera membuka resletingnya, ia mencari sesuatu didalam sana.
Pandu mengernyitkan dahinya saat ia perhatikan bahwa gadis di hadapannya ini nampak sedang mencari sesuatu dengan rusuh.
"Ada apa?" Pandu baru mengeluarkan suara saat ia sudah tak tahan menunggu makhluk menyebalkan ini.
Gebi menoleh kearah Pandu lantas langsung menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya tidak gatal, ia menutup kembali resleting ranselnya.
"Sebenernya tuh gue mau balikin jaket lo, tapi ternyata gue lupa bawa deh kayaknya." ungkap Gebi sambil menggigit bibir bawahnya.
"Lupa bawa atau ilang?" tanya Pandu santai namun seperti mengintimidasi.
Gebi membelalakan matanya, "lupa, beneran." ia mengacungkan jari tengah dan telunjuknya berbentuk peace. "Tadi kelas gue jamkos sampe akhir, gue sama sekali gak buka tas gue, jadi gue gak sadar kalo gue ternyata gak bawa jaket lo. Sori ya, besok janji deh gue bakal bawa jaket lo." jelas Gebi.
Pandu mengangguk sekilas lalu berbalik badan untuk melanjutkan perjalanannya.
Gebi reflek memekik, "woi!" sumpah gadis itu kesal tingkat dewa. Memang begitu kah Pandu? Tidak pernah menghargai ucapan orang lain, sungguh menyebalkan.
Pandu memberhentikan langkahnya tanpa menoleh kebelakang, dengan sangat geramnya Gebi menghampiri kehadapan Pandu. "Gak sopan banget sih lo, gak pernah dididik apa sama orang tua lo? Kalo orang ajak lo ngomong tuh ya respon apa kek gitu, jangan diem aja kayak ayam sayur terus tiba-tiba pergi gitu aja!" ucap Gebi dengan gerakan tangan yang ia peragakan seperti orang sedang dalam emosi jiwa raga.
Pandu hanya menaikkan satu alisnya dengan wajah tanpa dosa, "terus?" satu kata yang keluar dari mulut Pandu itu sumpah demi apapun membuat Gebi sangat ingin menyakar flat boy di hadapannya ini.
Karena suara Gebi yang cukup besar, kini banyak siswa siswi yang menyaksikan adegan pertengkaran kecil itu dengan saksama.
"Sumpah ya Pandu, lo itu—"

YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
OverigPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...