-13-

141 13 3
                                    

"Silakan jalankan apa yang diperintahkan. Hati-hati, dan saling menjaga sesama anggota. Yang sampai duluan, merekalah yang menjadi pemenangnya." setelah Pak Bunar menjelaskan apa saja tugas mereka selama mengelilingi hutan, beliau berujar dengan tegas.

Sebagian siswa mengangguk paham, dan sebagiannya lagi segera menjalankan tugasnya sebagai panitia acara studycamp.

Kelompok 3 segera memulai perjalanan mereka. "Kenapa gue gak jadi panitia aja sih? Bikin ribet aja keliling-keliling hutan." gerutu Gibran dengan jengkel.

"Iya Gib, ribet asli." Gebi menambah gerutuannya.

Sedangkan Nadine yang sedari tadi berusaha berjalan sejajar dengan Pandu agar bisa merangkul lelaki itu, lagi-lagi mendapat tolakan mentah dari Pandu.

"Lo mau diem atau kita tinggalin lo ditengah-tengah hutan?" tegas Pandu dengan wajah datarnya.

Setelah berjalan beberapa menit dengan mengikuti alur yang sudah disediakan mungkin dengan tim si Pak Bunar, akhirnya mereka mendapatkan bendera pertama yang dipegang oleh Farhan.

"First!" pekik Farhan sambil mencabut bendera itu dari batang pohon yang sudah tumbang. "Sembilan lagi." ujarnya sambil terkekeh.

Setelah setengah perjalanan sudah mereka lalui, sudah 5 bendera yang kelompok itu dapat. Dan mereka butuh 5 bendera lagi untuk kemudian dapat kembali ketempat semula.

"Kira-kira selesai jam berapa ya?" tanya Ziva.

"Sore lah pasti." sahut Didi.

"Gib, balik aja yuk." sahut Pandu yang spontan membuat seluruh langkah temannya terhenti dan seluruh tatapan beralih kearahnya.

Pandu menaikkan alisnya. "Kenapa?"

Nadine langsung mendekat pada Pandu, "yuk, aku juga udah gak betah disi—"

"Gak ada yang ngajak lo ngomong." tegas Pandu.

"Lo gila apa sinting? Ini udah setengah perjalanan." ujar Gibran sambil menatap jengah kearah temannya itu.

"Lagian lima bendera lagi tuh bisa-bisa sampe malem kita baru balik ke tenda." ujar Nadine seakan membela Pandu.

"Lanjutin aja dah dulu, kalo udah kejauhan dan kita nggak dapet bendera lainnya, ya kita balik." ujar Didi mengambil jalan tengahnya.

Akhirnya dengan terpaksa Pandu meneruskan perjalanan. Ketika mereka bertemu dengan 3 petunjuk untuk jalan yang berbeda-beda, mereka mulai kebingungan sendiri.

"Gue bilang juga apa, balik." sahut Pandu.

"Gini deh, kita bagi jadi 3. Gue, Ziva, Laras ke kanan. Aranda, Didi, Refa, Gibran ke kiri. Pandu, Gebi, Nadine ke jalur yang tengah." ujar Farhan diangguki oleh seluruh anggota.

Sedangakan Gebi dan Pandu yang lagi-lagi harus menggerutu karena harus bersama-sama lagi.

"Pandu, aku takut." lagi-lagi Nadine bersuara yang terdengar begitu menyebalkan.

"Lo bisa diem gak sih? Berisik tau dari tadi ngomel mulu." bentak Gebi.

"Lagian kalo lo takut kenapa lo gak bilang sama Pak Bunar?" sambung Pandu dengan begitu geram.

Nadine memasang wajah muramnya. Ia menatap Gebi dengan tatapan penuh kebenciannya. "Liat aja, gue bakalan bikin lo nyasar disini." gumam Nadine.

Gebi dan Pandu berjalan mendahului Nadine, sedari tadi mereka saling sibuk mencari dimana letak bendera yang belum mereka temui itu. Menyusahkan sekali memang.

Sedangkan Nadine, gadis itu memutar otaknya agar bisa membuat Gebi nyasar ditengah-tengah hutan yang seram ini. Seketika muncul ide yang cukup gila di kepalanya. Nadine segera mengambil sepotong kayu yang cukup tajam dan ia melukai kakinya sendiri.

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now