-27-

79 7 0
                                    

Sempat beberapa hari tidak masuk, ternyata membuat banyak murid merindukan Gebi. Jam istirahat Gebi ditarik paksa oleh Hanin dan Citra untuk segera ke kantin walaupun ia sedang mengerjakan tugas yang tertinggal.

"Kalau gue dihukum karena belum ngumpul tugas, gimana coba?" ujar Gebi saat tubuhnya sudah didorong ke bangku kantin oleh Hanin dan Citra.

"Chill aja kenapa sih?" Hanin menepuk pundak Gebi sambil menyengir.

"Lo sih bisa chill, lah gue? Banyak sist tugas, lo pada mau apa kerjain semua tugas gue?" Gebi memutar bola matanya jengah.

"Nanti kita bantuin. Lagian kan Citra sekretaris sayang, gampang lah. Dia tuh kerjaannya yang nginput nilai, jadi santai aja. Oke?" ujar Hanin melirik Citra yang kini sedang menggibaskan rambutnya.

Gebi menghela napasnya, "terserah lo berdua."

Hanin berdiri dari duduknya, "lo mau mam apa? Gue traktir."

"Gak usah, gue ada kok-" ucapan Gebi terputus saat ia ingat bahwa ia hanya bawa uang untuk ongkos pulang naik angkot atau bus nanti. "Oke, gue mau bakso aja deh, sambelnya banyakin ya." ucapnya kemudian tersenyum kikuk.

"Gue juga kan, Han?" Citra bersuara antusias.

"Gak dulu." Hanin langsung berjalan menuju kedai bakso.

"Hanin sialan!" pekiknya, "Geb sebentar ya, gue mau mesen dulu."

Gebi mengangguk.

Saat kedua temannya sedang memesan makanan, Gebi memperhatikan sekitar. Ia memandangi semua yang ada disana sedang menikmati makanan dan minuman tanpa memikirkan bahwa besok ia ingin makan apa. Gebi terkekeh, "kok bisa sih gue ada di titik ini?" gumamnya begitu pahit.

"Gebi?"

Itu suara Elsa. Gadis kalem itu menghampiri Gebi, ia membawa segelas jus alpukat yang sebenarnya akan ia nikmati di kelas. Namun karena melihat Gebi disana, ia langsung mengurungkan niatnya.

"Gebi, kamu kemana aja?"

Gebi memutar bola matanya malas, tidak berniat sedikitpun untuk mealdeni gadis di hadapannya itu.

"Gebi, aku khawatir." Elsa meraih tangan Gebi, namun dengan cepat Gebi menghidari tangannya.

"Siapa suruh lo khawatirin gue?" ketus Gebi.

"Kamu sekarang tinggal dimana? Sama siapa?" tanya Elsa lagi.

"Gak penting buat lo."

"Geb, pulang ya?" tutur Elsa dengan matanya yang mulai memerah.

"Najis."

"Gebi, aku bakalan bilang Papa-"

"Gak usah. Gue gak butuh belas kasihan lo, Sa."

"Geb, Papa sayang sama kamu."

Gebi menatap Elsa dengan tajam, "iya, tapi itu jauh sebelum lo ngerusak keluarga gue." tuturnya dengan begitu pahit.

"Geb,"

"Lo bisa diem gak sih?"

"Kamu gak perlu pergi dari rumah, aku yang bakal pergi."

Gebi terkekeh hambar, "harusnya lo ngomong gitu sebelum gue diusir dari rumah."

"Tapi Geb,"

"Udah deh Sa, lo dan perempuan iblis itu gak ada bedanya. Gak usah sok paling suci di depan semua orang, karena lo dan Ibu lo- gak lebih dari sekedar benalu di keluarga orang."

Jleb. Ucapan Gebi barusan benar-benar mengiris hati Elsa. Seketika air mata gadis itu pecah dengan perlahan, Elsa menatap Gebi lirih bahkan tak menyangka bahwa ucapan dari mulut Gebi barusan dapat melukai hatinya dengan begitu hebat.

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now