Gadis berpakaian berantakan memasuki kamarnya dengan keadaan setengah sadar, membanting pintu kamarnya hingga tertutup rapat. Matanya senyu, namun air mata tak kunjung berhenti keluar. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke kasur, ia terlihat begitu frustasi.
Pukul 4 pagi rumahnya besar itu belum ada penghuni yang melakukan aktivitas, selain sholat subuh di kamar masing-masing. Oh, mungkin Mang Uno dan Bi Leha yang sudah berkeliaran untuk kembali kepada rutinitas mereka yaitu mengurus rumah.
Kedua mata yang berlumur air mata itu tertutup perlahan-lahan, bergegas pergi ke alam mimpinya untuk ia temukan ketenangan sejenak. Gadis itu kembali membuka matanya tepat pada pukul 7 pagi, itu pun karena sinar matahari yang sudah mulai menyusup lewat gorden kamarnya yang baru saja di buka lebar oleh Bi Leha.
"Non Gebi, habis dari mana? Kenapa pakaian Non seperti ini?" Bi Leha mendekat, duduk di samping Gebi sambil memperhatikan penampilan Gebi yang super berantakan.
Gebi tersenyum, ia menggelengkan kepalanya kemudian beranjak dari kasur. "Gebi mau mandi dulu ya Bi, mau siap-siap ke sekolah."
Bi Leha yang sebenarnya sangat amat penasaran dan khawatir pada Gebi terpaksa menangguk, lalu ia berdiri dan bergegas keluar dari kamar Gebi. "Bibi sudah buatin Non sarapan, nanti kalau sudah selesai langsung turun ke bawah ya, Non." ucap Bi Leha begitu membuat Gebi damai, ternyata masih ada orang yang memperdulikannya dengan begitu manis dan tulus.
"Makasih, Bi."
Setelah mandi dan siap dengan seragam sekolah, gadis itu segera keluar kamar dengan wajahnya yang dipaksa untuk ceria. Gebi berjalan menuju ruang makan untuk memakan sarapan yang sudah dengan kemuliaan hati Bi Leha sediakan untuknya.
Wajah Gebi seketika kembali suram ketika ia lihat Elsa dan Ibunya sedang sarapan di meja makan. Mau tidak mau Gebi harus duduk bersama mereka; hal yang paling Gebi benci sebenarnya.
Gadis itu langsung menyambar sandwich yang sudah tersedia di atas piring, ia melahap makanan itu tanpa melihat kedua orang yang kini justru memperhatikannya.
"Gebi, kamu ke sekolah sama aku ya?" suara Elsa terdengar begitu lembut dari samping kanannya.
Gebi mengernyitkan dahinya, melirik Elsa sebentar kemudian kembali menikmati sarapannya bersamaan dengan pertanyaan yang muncul di kepalanya.
"Nih anak amnesia apa sama kelakuan gue semalem? Dia sama sekali gak marah sama gue? Bahkan gak ngadu sama nyokapnya?"
"Gebi," Elsa kembali bersuara.
Gebi menoleh lagi, "nggak usah, gue bisa pergi sendiri." gadis itu menaruh sisa sandwichnya, kemudian segera pergi setelah meneguk sedikit susu yang juga sudah tersedia di atas meja
Erica melirik sinis ke arah Gebi yang semakin menghilang dari pandangan. "Sayang, cantiknya Mama, dengerin Mama ya... Kamu gak perlu bersikap baik ke dia kalau dianya aja gak pernah baik ke kamu, jangan buang-buang waktu dan tenaga kamu buat orang gak tau diri kayak dia. Ya, sayang?" ujar Erica yang dengan kata lain 'nasihat' untuk puterinya.
Elsa tersenyum lebar ke arah Ibunya, "Mama, Gebi itu sahabat Elsa dari dulu, Elsa gak mungkin jahat ke Gebi."
Sementara Gebi, gadis itu berjalan cepat menuju keluar rumahnya. Ia membuka pagar rumahnya untuk keluar, menunggu ojek online pesanannya tiba.
Suara derum motor ninja yang mendekat membuat matanya sedikit menyipit, memastikan bahwa motor itu bukanlah apa yang ada di pikirannya. Dan sialnya, ternyata itu adalah benar apa yang ada di pikirannya. Pandu. Ya, itu adalah Pandu bersama motor ninja kesayangannya.
Gebi menghela napas, memasang wajahnya dengan raut semasam mungkin. Motor itu berhenti tepat di depannya, Pandu membuka helm full face-nya.
Gebi memutar bola matanya malas, "harus banget di depan gue berhentinya? Disana masih luas!" ketusnya sembari melipat kedua tangan di dada.
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RandomPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...