Gebi merebahkan tubuhnya di penghujung sore hari ini, lelah sekali rasanya seharian berbelanja bersama Hanin dan Citra untuk keperluan camping besok. Kini semua sudah siap, baju-baju serta keperluan Gebi lainnya sudah dibungkus dalam satu tas ransel yang lumayan besar. Simple saja, tidak perlu terlalu banyak bawaan.
Namun nampaknya Gebi melupakan sesuatu, sweater yang semalam diberi oleh Elsa. Ia lupa menyimpannya ke dalam tas hingga hari esok tiba, hingga Gebi sudah sibuk untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Padahal Gebi sudah niat untuk membawa sweater yang Elsa sangat berharap agar Gebi memakainya dimalam studycamp nanti, namun bukan Gebi namanya kalau tidak pelupa.
Gebi bergegas membawa tas ranselnya dan tak lupa ia memakai sling bag untuk sekedar menaruh dompetnya yang mini, powerbank, serta airpods kecintaannya.
Langkah Gebi gusar, namun tak menghalanginya untuk tetap memesan taxi online. Gebi berdiri di depan pagar rumahnya, menunggu taxi pesananya datang. Sedangkan di depan pintu sana, Gebi melihat jelas sekali; dimana Elsa yang sedang berpamitan dengan Firman dan Erica. Kedua orang paruh baya yang kini memeluk gadis kecil itu nampak memancarkan wajah kekhawatiran serta tak rela melepaskan gadisnya itu pergi.
Namun di seberang sini Gebi masih kuat berdiri dengan segala lukanya. Sebulir air mata terjatuh dari kelopak mata gadis malang itu. Namun dengan segera Gebi mengusap air mata itu lalu menarik napasnya dalam-dalam. Huh. "Lo kuat Geb, lo kuat!" gumamnya pahit, berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian taxi online pesanan Gebi datang, Gebi langsung masuk kedalamnya dan meminta si supir agar berangkat detik itu juga.
"Global Internasional School kan ya, Mbak?" tanya si driver.
"Iya, Mas." jawab Gebi tersenyum.
Di perjalanan, yang ia saksikan beberapa menit lalu masih terngiang-ngiang di otaknya yang kini memang hanya terisi dengan itu. Gebi berusaha menahan air matanya yang sudah memaksa ingin mengalir lagi, namun gadis itu juga tak menyerah untuk tetap menguatkan dirinya sendiri.
Tak lama mobil itu sampai di depan gerbang GIS, Gebi segera turun dari mobil setelah membayar ongkos. Didepan gerbang rupanya sudah ada Hanin dan Citra yang setia menunggu kedatangan Gebi. Mereka menghampiri Gebi dengan sapaan hangat mereka yang mampu membuat Gebi melupakan kejadian yang membuat hatinya begitu rapuh pagi ini.
"Udah rame aja ya," ujar Gebi saat mereka memasuki halaman sekolah rupanya sudah banyak siswa siswi serta para guru yang berkumpul disana.
"Nanti waktu bus wisata dateng, kita langsung berangkat. Kita harus gercep biar dapet tempat yang enak, soalnya kan perjalanan kita lumayan lama." ujar Hanin dengan begitu semangat.
Mereka bertiga duduk di pinggir taman, "cemilan kita gak lupa lo bawa kan, Han?" tanya Citra terlihat sangat protektif kalau sudah soal makanan.
"Tenang aja, pokoknya semua cemilan kita tuh udah tersedia dikoper gue. Kayak nggak tau koper gue aja, kan serba guna; semua masuk." ujar Hanin terkekeh.
"Lagian kok kalian pada bawa koper sih? Nggak terlalu heboh ya? Kita kan cuma sehari dua malem disana." ujar Gebi terkekeh.
"Lo nggak liat semuanya gimana?" Hanin menunjuk ke semua orang yang ada disana. Dan ya, benar, semuanya dominan membawa koper. Gebi tertawa receh. Entah Gebi yang terlalu simple atau mereka semua yang terlalu dibawa heboh hidupnya.
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
De TodoPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...